Tergoda Janda
( Ch. Maria10012021)"Bagaimana Put, mau lagi, kaya yang semalem, hem?" Heru mengangkat dagu Putri melihat wajah istrinya yang merah karena malu.
"Mas, kita jadi pergi ke Puncak?" ujar Putri mengingatkan.
"Jadilah, kita kan mau bulan madu, sayang,"bisik Heru di telinga Putri.
"Ya sudah, kita beberes saja, kan belum siap-siap,"jawab Putri sambil hendak bangun berdiri, namun suaminya itu tetap memeluknya erat.
"Mas, aku belum mengambil baju-baju yang akan kubawa, sebentar dong, kan nanti kita bisa di sana," jawab Putri sungguh- sungguh.
Akhirnya Heru membiarkan Putri beranjak menuju almari menyiapkan pakaian untuk tiga hari.
Sementara pakaian Heru masih utuh di dalam koper tinggal mengangkat saja.
Kemudian berdua keluar kamar menuju dapur, untuk membuat sarapan, Heru membantu.
Putri membuat nasi goreng, omelette, dan roti bakar. Biarkan ayah, ibu, bulik ataupun Mas Heru bebas memilih, mau sarapan apa, semua sudah Putri siapkan."Waduh, pengantin kok sudah rapi, rajin banget membuat sarapan berdua," goda Bulik yang baru nongol dari kamar mandi sehabis bangun tidur.
"Bulik kesiangan, nih, gak bantu bikin sarapan,"ujar bulik langsung ke mushola keluarga untuk sholat.
Ayah, ibu yang sudah selesai sholat lalu duduk di meja makan, melihat hidangan sarapan sudah komplit.
"Wah-wah, bangga ayah ibu pada kalian, kompak akur, membuat sarapan,"senyum ayah mengembang menghias wajah tuanya.
"Kan mau pergi ke Puncak pagi-pagi Yah, biar tidak macet," jawab Putri.
"Oh, iya, Ya sudah, sini, ayo sarapan, ayah jadi lapar lihat macam-macam menu sarapan,"jawabnya sambil tertawa.
"Minumnya apa, Yah,"tanya Heru yang siap akan membuatkan minum.
"Teh saja biasa sama dengan ibumu, cuma gulanya sedikit saja."
Dengan sigap Heru segera membuatkan teh panas lima gelas. Biar semua sama saja. Dan setelahnya ditaruh di atas meja.
Bulik yang setelah selesai sholat juga segera duduk. Berlima mereka sarapan bersama."Jangan lupa pesan ayah ibu, segera buatin cucu buat kami," kata Ayah Putri sambil tertawa.
Heru dan Putri cuma tersenyum sambil mengangguk, malu.
****
Mobil meluncur ke arah Puncak.
Sepanjang perjalanan mereka ngobrol bercanda asyik. Mengingat malam pertama mereka."Aku jadi tau, kalau kamu tidurnya melungker,"goda Heru.
"Ah, Mas Heru kalau tidur, mulutnya terbuka,"balas Putri sambil tertawa.
Dicubitnya pipi Putri dengan mesra.
Perjalanan yang diselingi tawa canda dan makan kue serta cemilan tak terasa sampai juga di sebuah penginapan villa Gardenia, puncak.
Heru memarkir mobilnya dan mengajak Putri turun menuju pemesanan dan mengambil kunci kamar. Mereka akan menghabiskan libur bulan madu tiga hari di villa ini.
Suasana yang dingin segar disertai angin yang berhembus membuat keduanya segera beristirahat.
Minuman hangat jahe beserta kue terhidang di meja kecil di depan kamar.
Berdua mereka menikmati minuman itu tapi dibawa ke dalam kamar."Mas, kita benar-benar menikah, nih. Putri gak mau ada yang disembunyikan, kalau ada apa-apa harus terbuka ya?" kata Putri sambil minum jahe angetnya.
"Iya, sayang, kamu juga, ya. Jangan sungkan ngomong ke mas. Oh iya bagaimana rencana setelah ini. Apa kamu masih mau kost? Pindah ikut aku ya? Kita akan cari rumah berdua," ujar Heru.
"Di daerah mana mas?" tanya Putri.
"Ya, yang terjangkau sama tempat kerja kita berdua, yang tidak macet juga. Biar kita latihan mandiri. Walau kontrak dulu, sambil kita nyari rumah yang benar-benar pas," jelas Heru penuh semangat.
"Kamu setuju, sayang?" tanya Heru sambil mendekati Putri dan mendekap badannya dari belakang.
"Sepulang dari sini kita langsung nyari berdua, tempat yang cocok untuk kita tempati berdua, kamu mau?" tanya Heru sekali lagi. Putri masih diam. Tapi lalu mengangguk setuju.
"Apapun yang Mas putuskan, aku setuju. Semoga nanti dapat rumah yang cocok dan enak ya, Mas, maklum nyari tempat itu gampang-gampang susah," jawab Putri yang di benarkan Heru.
"Sayang, kamu pingin rencana anak kita berapa?" Heru merajuk sambil mengelus pipi Putri.
"Pasrah pada Tuhan, Mas, yang penting satu dulu," jawab Putri malu.
"Ya betul, yang penting satu dulu. Apakah boleh mulai sekarang, hem,?" Heru mulai mencium pipi Putri kemudian melepas hijab Putri, sehingga tampak rambut bergelombang Putri yang hitam sebahu menimbulkan aura kecantikannya nampak sempurna.
Putri menggeliat ketika Heru dengan perkasa menggendongnya dan merebahkan di atas kasur king size.
Heru sudah hilang kendali. Putri yang pasrah dengan perlakuan suaminya hanya menikmati perlakuan lembutnya.Siang yang redup dan sejuk, dipadu hawa dingin puncak membuat mereka terlena, gelora asmara mereka memuncak lalu sama-sama terhempas dalam samudra kepuasan.
Hanya deru nafas yang lambat laun mereda diselingi desahan yang semakin menghilang lalu mata berat terpejam.
Heru dan Putri berpelukan dalam satu selimut kemesraan.
Dua jam mereka terlelap, dan baru bangun menjelang sholat asar.Mereka mandi dan sholat bersama. Barulah memesan makanan.
Heru dan Putri berjalan- jalan mengelilingi villa, sambil berpelukan. Diselingi tawa canda. Malam ini mereka tak ke mana-mana hanya di kamar dan di kamar. Hanya memadu kasih dan berpeluk mesra. Menghabiskan malam dengan bercinta hingga pagi.Subuh Putri bangun. Membereskan pakaian kotor. Mengambil baju ganti Heru yang ada di koper, namun tak sengaja ketika menarik celana dalam yang akan disiapkan buat ganti, terlempar flashdisk dari selipan koper. Lalu disimpan di atas meja.
Putri segera mandi keramas. Setelah selesai dia membangunkan mas Heru. Yang dibangunkan cuma menggeliat."Kok sudah mandi, gak ngajak-ngajak?"protesnya pada Putri.
"Nanti takut lama, ayo mandi mas, keburu waktu subuh habis,"ujar Putri.
Heru segera mandi dan mereka sholat subuh berdua.
Setelah selesai mereka ingin jalan keluar menikmati hawa dingin yang masih segar."Mas, ini tadi aku nemu flashdisk di selipan koper ketika mengambil celana dalam, Mas,"ujar Putri.
Heru kaget melotot. Ingat itu flashdisk yang dikasih Linda waktu itu.
Buru-buru ia mengambil flashdisk di meja itu."Oh, ini flashdisk temanku, biar aku simpan. Ini sudah lama dicari,"ujar Heru segera menyimpan di dompetnya. Ada was-was yang dirasakan Heru.
Apa isi flashdisk itu? Untung Putri tak ingin tau banyak tentang flashdisk itu. Jujur aku kawatir. Takut kalau isinya yang bukan-bukan. Dasar Linda gila.
Ngapain ngasih flashdisk segala. Mana aku belum sempat buka lagi. Aku harus hati-hati agar tidak menjadi racun dalam keluargaku.
Ah, jangan coba-coba menggangguku lagi, awas kau Linda. Aku akan membuat perhitungan jika berbuat macam-macam denganku, desis Heru resah.
Akankah Linda muncul kembali?Bersambung.
Subscribe dan follow ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tergoda Janda
Teen FictionNiat hati ingin merajut cinta, belajar membuka hati pada pemuda pilihan orang tua. Namun sang pria terseret asmara lama, Sang Janda. Bisakah aku mampu bersaing dengan janda yang menggoda?