Part 9
Tergoda Janda
( Ch. Maria)Malam Minggu yang manis, dua keluarga berkumpul untuk menentukan tanggal dan persiapan pernikahan Putri dan Heru.
Tiga bulan lagi pernikahan mereka bakal di langsungkan.
Putri dan Heru sudah menyetujui rencana pernikahannya ini. Wajah-wajah sumringah tergambar di wajah dua sahabat yang bakal menjadi besan itu. Purnomo dan Broto. Teman akrab dari SMP sampai SMA.
Teman rasa saudara. Karena sejak mereka sekolah Purnomo selalu berangkat boncengan sepeda dengan Broto. Mengerjakan PR sepulang sekolah bahkan terkadang sampai sore baru pulang. Purnomo yang ditinggal ibunya meninggal ketika masih SD merasa betah di rumah Broto yang bundanya penuh perhatian juga kepadanya."Pur, makan di sini saja, anggap seperti rumah sendiri, Broto anggap jadi saudaramu. Bantulah dia mengerjakan PR nya, ya, maklum Broto gak punya saudara, ibu gak bisa bantuin mengerjakan PR nya,"ajak bunda Broto suatu hari.
Sementara ayah Purnomo sering pergi ke rumah istri barunya, sehingga kurang memperhatikan anak bungsunya itu.
Kakak Purnomo, mencari kesibukan sendiri. Dia sekolah di STM waktu itu yang sekarang menjadi sekolah kejuruan. Setelah pulang sekolah, biasanya membantu di bengkel, lumayan mendapat uang. Purnomo sering diberi uang jajan dari kakaknya ini. Hingga kakaknya mampu membiayai sekolah Purnomo.
Berkat kepandaiannya Purnomo bisa melanjutkan ke sekolah kejuruan jurusan pertanian. Sampai berhasil mendapat pekerjaan di bidang penyuluh pertanian.
Hubungan persaudaraan Broto dan Purnomo tetap berlanjut hingga akhirnya mereka sama-sama sudah berkeluarga.
Bagai mimpi, niat berbesan yang semula dianggap sesuatu yang absurd, kini terwujud."Tak menyangka ya, Pur, kita benar-benar tetap bersaudara sampai ke anak cucu dalam arti yang sesungguhnya,"ujar Broto penuh tawa.
"Iya, ya Mas, betapa bahagianya bundamu, jika bisa menyaksikan ini semua," balas Purnomo bangga.
*****
Mendekati hari pernikahan Heru dan Putri sibuk mencoba baju pesanan untuk hari bersejarahnya.
Kebahagiaan terlihat di wajah keduanya. Heru terpana melihat Putri mencoba baju pengantinnya. Cantik dan mempesona. Ingin rasanya segera sampai di hari H, sayang masih dua minggu lagi, rasanya tak sabar menanti."Put, kamu cantik sekali, rasanya Mas tak sabar menanti," bisik Heru di telinga Putri, yang membuatnya merona dan merasa tersanjung.
"Mari kita jaga cinta dan kesetiaan ini, Mas,"jawab Putri tulus. Mengingatkan komitmen mereka tentang keputusannya menikah.
"Iya, kita sama-sama menjaga, merawat cinta dan kesetiaan ini, aku janji, Put, untuk setia hanya kepadamu, dan kau hanya kepadaku,"jawab Heru meyakinkan. Dan Putri mulai meyakini itu.
****
Hari ini di depan rumah Putri telah dipasang tenda-tenda dihias demikian cantiknya. Halaman depan rumah Putri yang luas sudah disulap jadi pelaminan. Ayah Putri menginginkan acara pernikahan Putri tunggalnya di rumah ini saja, bukan tidak punya uang untuk menyewa gedung, tetapi merupakan suatu kebahagiaan tersendiri jika rumah ini dipakai untuk hajatan menikahkan putrinya. Rumah yang besar dengan halaman yang luas cukup untuk acara akad nikah sekalian resepsi. Orang tua Heru juga menyetujui.
Esok harinya, Putri sudah dirias sedemikian cantik.
Baju pengantin berwarna putih panjang berenda indah menjuntai, sedang pengantin laki-laki menggunakan setelan jas warna hitam. Heru nampak gagah dan mempesona.
Pukul 09.00 acara ijab kabul dimulai.
Rina sebagai sahabat akrab Putri menunggui acara sakral ini."Put, akhirnya kamulah pemenangnya. Kamu harus jaga mahligai rumah tanggamu ini. Semoga bahagia selalu ya, samawa deh,"ujar Rina sambil memeluk Putri.
Sayup-sayup terdengar suara Heru."Saya terima nikah dan kawinnya Putri Saraswati binti Purnomo, dengan mas kawin berupa emas seberat 20 gram dan seperangkat alat sholat dibayar tunai,"dalam satu tarikan nafas. Dan terdengar penghulu bertanya "Sah?"
Serentak dijawab "Sah," membahana memenuhi ruangan.
Putri tersenyum dan dibawa oleh perias menghampiri Heru yang kini sah menjadi suaminya.
Putri mencium tangan Heru dan Heru membalas mencium kening istrinya.
Acara dilanjutkan dengan sungkeman pada kedua orang tua mempelai, mohon
doa restu agar langgeng bahagia dan cepat mendapat momongan.
Binar bahagia terlihat di wajah kedua pengantin.Acara berlanjut dengan resepsi. Beberapa tamu undangan yang tak mengikuti acara akad nikah mulai berdatangan. Terlihat teman-teman kantor Heru, teman kantor Putri juga, tetangga dan saudara.
Datang juga Linda. Kali ini dengan ibunya selaku tetangga."Selamat berbahagia ya, Mas,"bisik Linda pada Heru lalu memeluknya, juga memeluk Putri kemudian berlalu tanpa kata.
Tumben Linda anteng tak bertingkah.
Mungkin malu karena datang ke resepsi ini sebagai tetangga dan ia datang bersama ibunya jadi harus menjaga diri.
Linda mencoba untuk menenangkan hatinya yang bergemuruh begitu melihat Heru yang ganteng bersanding dengan Putri.
Apa yang akan dilakukan? Merebut? Ia hanyalah perempuan penggoda yang karena situasi mabuk waktu itu telah mampu menyeret Heru tidur dengannya di sebuah hotel. Apakah yang akan dilakukannya lagi? Menggoda Heru terlalu riskan. Dia sudah diblokir Heru. Heru telah membencinya. Namun ia akan tetap berusaha menggodanya. Linda yakin Heru masih mencintainya. Pengalaman tidur di hotel dengan Heru tak mampu dilupakan Linda.
Heru yang gagah, Heru yang perkasa, Heru yang susah digoda lagi justru membuat Linda ingin menaklukkan kembali.
Tunggu saja waktunya, bisik Linda sambil berlalu tanpa mencicipi hidangan.
Dia tak mau dengar kasak- kusuk ibu-ibu komplek ini tentang dirinya.
Bisik-bisik tak sedap sering didengar seiring statusnya yang janda dan di cap penggoda. Walau ia cuek dengan penilaian itu namun untuk hanya sekedar makan, ia tak akan mempermalukan dirinya dengan rela dibicarakan oleh warga komplek.
Pulang lebih dulu adalah solusi. Dengan berlenggang penuh gaya, Linda pulang, berjalan menuju rumahnya yang hanya beberapa meter dari rumah Putri diikuti pasang mata yang tajam menatap bodi aduhainya.
Tentunya mata para lelaki, para suami maupun bujang yang datang ke resepsi pernikahan Heru dan Putri."Eh, bukankah itu Si Linda yang malam itu bersama Pak Rio datang di acara bos?" tanya Agus temen Heru sambil mengingat-ingat.
"Iya, dia Linda itu,"jawab teman lainnya.
"Wah, ternyata cantik dan menarik ya, bodinya aduhai, aku baru lihat dari dekat ini tadi,"komentar Budi jomblo tua di kantor Heru.
"Wani piro, Pak Budi,"canda Agus diiringi tawa yang lain.
Acara resepsi meriah, hidangan melimpah, hiburan musik mengalun tanpa henti. Para tamu puas bercengkerama bercanda.Pukul 15.00 acara selesai.
Heru dan Putri capek berdiri menerima ucapan selamat dan pamitan dari teman-temannya diiringi banyolan candaan dari teman-temannya."Awas ya, malam nanti kita mesti tungguin dibawah jendela Putri, kita rekam suara teriakan Putri,"ujar Mirna teman kantor Putri.
"Her, hati-hati, ya, jangan asal serudak-seruduk kasihan Putrinya, santai aja," canda teman kantor Heru.
"Pakai lingere merah ya, Put,"ucap Rina mencubit pipi Putri.
Untung Rina tak ketemu Linda. Jadi tak terjadi insiden akibat dendam pribadi yang sempat disimpan Rina."Cepat kasih cucu ayahmu, Her," tante Ami ikutan menggoda.
Wah semua tamu pamit, meninggalkan kesan yang membuat wajah mempelai merah jambu.
Putri masuk ke kamar pengantin. Melepaskan selop yang membuat kakinya pegal.
Perias membantu melepaskan aksesoris pengantin dan membersihkan wajah Putri. Terasa rileks dan enteng. Putri mencuci muka dan mengganti daster panjang.
Tante Wati adik ibu membawa dua porsi makan dan es jeruk."Nih, pengantin makan dulu, capek, kan?" ujarnya sambil tersenyum.
"Terima kasih Tante, Mas Heru mana,ya?"Putri tengak tengok mencari suaminya. Sepertinya belum masuk ke rumah setelah tamu semua sepi.
Kemana Heru?
Bersambung
Subscrebe dan follow , ya
KAMU SEDANG MEMBACA
Tergoda Janda
Teen FictionNiat hati ingin merajut cinta, belajar membuka hati pada pemuda pilihan orang tua. Namun sang pria terseret asmara lama, Sang Janda. Bisakah aku mampu bersaing dengan janda yang menggoda?