Part 5
Tergoda Janda.Pov Putri.
Jam sudah menunjuk di angka 5. Aku sudah rapi. Belum bilang ayah ibu kalau mau pulang ke kostan. Aku ingin memastikan dulu, apakah ada kabar dari Mas Heru atau tidak.
Kalau sampai magrib tetap tidak ada, apa boleh buat. Harus pamit pulang ke kost.Adzan magrib berkumandang, bertiga kami sholat di mushola keluarga.
Setelah beberes, aku memakai jaket dan pamitan ayah ibu untuk pulang ke kost."Lho, kok mendadak, ada rapat atau ada yang penting?" Ayahku bertanya.
"Putri tak ingin buru-buru besok, Yah, terkadang macet jadi deg-degan, takut terlambat," jawabku. Memang kenyataan suka begitu, apalagi kalau macet
"Kalau tadi bilang, kan Tarno tidak pergi, bisa ngantar kamu dulu sebelumnya,"ujar Ayah.
Tarno merupakan sopir keluarga yang mengantar keperluan ayah ibu. Karena aku kan tidak ada di rumah.
Termasuk mengantarku kalau Senin pagi berangkat ke kantor."Ah, masih jam segini, Yah, nyantai saja kok, kan naik trans Jakarta cuma sekali, langsung turun dekat kost, " Ujarku menghibur ayah biar tak khawatir.
Setelah mencium tangan ayah ibu, aku berjalan ke depan gapura komplek menunggu bis, ada halte tak jauh dari situ.
Sambil menunggu, iseng ku kirim pesan ke Mas Heru.
(Mas, aku pamit, pulang ke kost)
( Maaf, tidak bisa bertemu)
Mas Heru langsung meneleponku.
"Halo, Put, kamu di mana? Baru aku mau ke rumah," Suara Mas Heru menggema.
"Maaf, Mas, aku sudah dijalan,"jawabku singkat padahal aku masih berdiri di depan gerbang perumahan.
"Bisa kita ketemu? Ada yang penting yang ingin aku sampaikan," kata Mas Heru lagi.
"Katakan saja Mas, tidak usah menyusul sudah setengah jalan, emang ada yang penting sekali, harus ketemu?" jawabku agak terkesan santai.
"E, tidak juga, ya sudah, nanti aku kirim pesan aja, ati-ati, ya?" telepon ditutup.
Bis trans Jakarta datang, aku segera naik. Aku duduk manis menikmati perjalanan. Tak berapa lama Mas Heru kirim pesan lagi.
( Halo sayang, maafkan Mas, ya, belum ketemu kamu, malah sudah balik ke kost)
( Gak, papa, Mas)
( Apa Putri ada acara? Kok pulang sore?)
( Gak ada Mas, pengin pulang saja)
Aku sengaja menggantung jawaban. Agar dia mikir.
Tak berapa lama bunyi lagi ponselku, pesan dari Mas Heru.(Bukan karena marah sama, Mas, kan?)
Aku gak menjawab, kubiarkan saja.
( Sudah sampai mana, sudah di kost kah? Kalau sudah, Mas mau nelepon saja, gak enak kalau nelpon di kendaraan umum)
'Huh, bagaimana nyampe, baru sepuluh menit di atas bis, batinku.
'Bagaimana, apakah aku mulai nanya saja ya? Bingung juga nih.Kubiarkan pesan itu diam di ponselku. Aku gak mau, kalau kutanya dan dia malah nelpon dan emosi, malah semua orang dengar kemarahanku.
Aku menikmati perjalanan ini yang tak lama lagi akan sampai.Akhirnya aku sampai kost juga.
Ku rebahkan badan yang sebetulnya tidak capek, tapi capek hati.
Aku telepon ibu, kalau aku sudah sampai di kost biar mereka tidak kepikiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tergoda Janda
Teen FictionNiat hati ingin merajut cinta, belajar membuka hati pada pemuda pilihan orang tua. Namun sang pria terseret asmara lama, Sang Janda. Bisakah aku mampu bersaing dengan janda yang menggoda?