Part 2

768 4 0
                                    

Part 2

Seminggu sudah berlalu. Sabtu sore aku sudah di rumah. Mas Heru menelpon akan datang ke rumah sebentar lagi.

Segera kusiapkan es buah dan spaghetti kesukaannya.

Dengan celana jeans selutut dan kaos longgar santai, aku menunggu Mas Heru.

Kusapu wajahku sedikit dengan bedak dan lipstik, terasa segar setelah mandi dan sholat asar.
Tak berapa lama arjunaku datang.

"Kok, kurusan,"katanya setelah datang dan memelukku.

Aku cemberut tidak terima.

"Masak, sih kurus? Perasaan biasa saja, deh,"jawabku  manja.

"Tapi, tetap cantik kok," tambahnya menggombal.

"Mas saja tuh, yang lama gak perhatiin. Biasa lihat yang seksi, padat berisi, jadi melihat aku seolah kurus, kering,"ujarku sengaja ngeles.

"Siapa yang kamu bilang seksi? Kamu itu yang seksi, cuma agak kelihatan kurus. Kok jadi sensi gitu dibilang kurus. Makanya makan, jangan males," tambahnya.

Padahal aku sudah pengin menggiring pembicaraan ke arah Linda.
Aku curiga jangan-jangan mereka sering bertemu sejak kepulangan Linda ke kota ini, tanpa sepengetahuanku.

"Mas, ternyata Mas dulu satu sekolah, ya dengan Mbak Linda?" tanyaku agak takut.

Biarlah penasaranku tersampaikan, setelah kusimpan seminggu sejak pertemuanku dengan Linda di super market itu.

"Kok kamu tau,"tanya Heru curiga.

"Dia yang cerita, kalau satu SMA sama Mas,"jawabku pelan.

"Kapan ketemu Linda, kok gak cerita?"tanyanya kaget.

"Aku penginnya nanya kalau kita pas ketemu begini, jadi enak, tar  Mas ngerasa aku mengorek masa lalu Mas, malah mengganggu konsentrasi kerjanya kalau aku nelpon,"ujarku jujur.

Heru diam saja. Ada sesuatu yang mengganjal di dadanya. Linda memang gadis yang diincarnya dulu, tetapi si brengsek Rudi berhasil mendapatkannya.
Dan ternyata setelah menikah, cuma diterlantarkan dan akhirnya cerai.

"Mas masih suka nyambung dengan teman-teman SMA?" tanyaku lagi.

"Tidak, baru sebulan yang lalu aku dimasukkan ke grup alumni SMA dan mulai hai-hai lagi. Termasuk jadi nyambung lagi dengan Linda,"cerita Mas Heru.

"Eh, ngapain jadi ngurusin teman-temanku? sini, duduk dekat Mas. Orang lagi kangen kok malah ditanya aneh-aneh!" katanya lagi sambil mengambil spagetti dan mendekatiku. Karena melihat aku tidak beranjak ketika disuruh mendekat.

"Nih, buka mulutnya!"kata Mas Heru sambil menyuapkan spagheti ke mulutku. Aku menerima suapannya dan makan dalam diam.
Hai kenapa dengan aku ini? Cemburu dengan Linda?
Dan sudah membayangkan Linda dengan Mas Heru  seminggu ini? Aku harus bisa meredam rasa amarah dan cemburu.

"Mas, dulu pernah punya rasa ya, dengan Mbak Linda?" tanyaku tiba-tiba .

Mas Heru kaget dan membuatnya tersedak, hingga batuk karena Spaghettinya.

Reflek aku pegang pundaknya agar batuknya hilang.
Segera kuambilkan air mineral yang tersedia di meja.

"Terlalu pedas saosnya,"ujarnya untuk menutupi kekagetannya.

Aku mendiamkan ucapannya dan menunggu kelanjutan jawabannya.

"Bagaimana, Mas, pernah ada hubungan dengan Mbak Linda?" kutanya kembali, karena Mas Heru seolah lupa pertanyaanku.

"Itu dulu, aku yang suka dia, tapi dia malah memilih Rudi," jawabnya tenang.

"Kalau sekarang?" tambahku lagi.

"Kalau sekarang, ya sudah tidak ada rasa apa-apa, kan sudah ada kamu," katanya sambil mencubit pipiku.

"Kita jalani saja hubungan ini, semoga kian hari cinta kita kian tumbuh subur, ya?" Lagi Mas Heru mengelus pipiku.
Ada rasa hangat yang menjalar di hatiku.
Aku senang Mas Heru tetap menyayangiku sama seperti sebelum kemunculan Linda.

Tapi tetap saja ada rasa was-was yang tidak jelas.

Ku habiskan waktuku dengan bercengkerama dengan Mas Heru di rumah. Dengan makan spaghetti, juga es buah sambil bercanda.
Ada juga ayah ibu yang kadang ikut berbincang santai.

Setelah sholat magrib Mas Heru pamit pada orang tua ingin mengajak aku keluar.

Aku berganti pakaian kali ini memakai celana panjang, dan atasan pendek ditutup cardigan. Karena hari menjelang malam biar lebih hangat dan juga terlihat sopan, dan rapi.

Dengan mesra Mas Heru menggandengku membawa ke mobilnya.

"Kita mau ke mana, Mas?" tanyaku ketika mobil mulai bergerak.

"Jalan-jalan, pacaran, malam mingguan," katanya sambil tersenyum menggodaku.

Memang selama ini aku tidak pernah pacaran, dalam artian seperti orang-orang. Pergi berdua nonton gitu.
Namun sejak resmi tunangan bulan lalu, aku memulai hubungan yang lebih serius.

Aku ternyata diajak ke kafe. Dan di sana sudah ada teman-teman SMA nya. Rupanya mereka sudah janjian.
Aku dikenalkan ke temannya sebagai tunangannya. Aku bersyukur Mas Heru jujur .

Ada diantara mereka yang membawa anak.
Tak berapa lama muncul Linda.
Iya menyalami aku dan kemudian memeluk Mas Heru di depanku.

Aku melotot kaget, tapi dia cuek saja. Lalu beralih ke teman lain, juga dipeluknya.

Kami ngobrol bareng sambil makan.
Linda terlihat begitu akrab dengan Mas Heru, yang juga sedang asyik ngobrol dengan teman lainnya, nostalgia tentang masa SMA dulu. Terkadang diiringi tawa dan ejekan.

Aku diam saja tidak ikut campur.
Sesekali aku berbincang dengan beberapa perempuan di sebelahku.
Sekedar basa-basi.

Tiba giliran Mas Heru dipanggil untuk nyanyi berduet dengan Linda. Tepuk tangan riuh menggema.
Mas Heru maju, bernyanyi mesra dengan Linda.

Aku tak menyangka Mas Heru pandai bernyanyi, suaranya lumayan merdu.
Aku bangga tapi sekaligus cemburu.
Malam kian larut, aku mengajaknya pulang.

"Hai kenapa buru-buru pulang?" tanya temannya yang ku tau bernama Iwan, yang sedari tadi ngobrol sama Mas Heru.

"Kasihan nih si Doi," jawab nya sambil mengajakku pamit.

"Habis ngantar, balik lagi ya?" Linda nyeletuk.

Mas Heru diam saja cuma melirik sekilas.

Malam ini aku pulang penuh tanda tanya.
Ada hubungan apa lagi ya?

Sepanjang perjalanan terasa hening, aku pura-pura tidur.
Aku diantar sampai rumah, tanpa banyak kata.

"Istirahat, ya, sayang, besok aku ke sini lagi," katanya sambil mencium keningku.

Aku diam, mengangguk kaku.
Aku ingin bertanya, apakah akan balik lagi ke kafe ?
Tapi itu cuma ada dibenak ku. Mobil melaju menjauh.

Aku masuk, bapak ibu sudah tidur rupanya.
Aku menuju kamar ganti baju dan merebahkan diri sebentar, sebelum kemudian wudhu dan sholat malam.

Apakah Heru langsung pulang? Atau balik ke kafe, ya?
Aku tak tau. Dan malam itu aku merasa resah, susah memejamkan mata.

Bersambung.
Mohon bintang dan komennya.

Tergoda JandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang