Part 3

725 7 1
                                    

Part 3
Pov Heru

Malam semakin merambat. Mobilku melaju dari rumah Putri, belum lima menit, ponselku berbunyi.

"Iya, Wan, kenapa?
Ya,aku segera ke sana."
Aku melaju kencang menuju kafe.

"Nih, tolong kamu antar pulang Linda, ya, mabuk berat dia. Satu persatu teman sudah menghilang, bingung aku, sudah ditelpon bini suruh pulang,"ujar Iwan menuntun Linda ke arahku.

Aku segera membawanya jalan perlahan menuju mobil.
Badan Linda merapat, dia meracau tak jelas dengan tubuh lunglai.

"Aduh, bagaimana ini? Kubawa pulang berabe? Bisa habis kena semprot  babe gue nih!"pikirku.
Atau mengantarkan dia ke  rumahnya? Jangan-jangan dikira aku yang membuatnya mabok."

Ah, betul-betul bawa sial perempuan ini.
Tapi meskipun begitu, aku dulu sangat memujanya, sebelum sialan Rudi menghancurkannya, merusak masa depannya yang berakhir dengan pernikahan asal itu.

"Her, bawa aku ke mana saja. Aku rindu kamu, Her," Linda bergelayut di lenganku sambil ku seret untuk jalan menuju mobil.

"Sialan Linda,dekapannya di badanku membuatku menahan nafas, dadanya yang padat berisi menempel erat pada dadaku, aduh.. Iman kuat, tapi imin? Mana kuat?"aku ngedumel menahan hasrat.

"Her....," Tangannya mengalungkan di leherku,
Untung sudah sampai di mobil.
Ku sandarkan dia di jok tengah, kubiarkan dia terlelap.
Bingung aku mau ke mana. Jam sudah menunjukkan angka 12.00.
Kuputar mobil ke arah hotel yang tidak terlalu jauh.
Biarlah dia aman tidur disini.

Kubawa dia ke kamar, dia masih tertidur.
Aku tak tau, kenapa harus pakai acara minum segala, sih ?
Jadi ada orang teller, umpat ku jengkel.

Aku merebahkan diri di sampingnya sambil masih memainkan ponsel.

Tak berapa lama Linda terbangun. Mungkin minumnya sedikit, batinku sehingga sudah terjaga dari pengaruh alkohol.
Aku sih tidak tau, karena aku bukan peminum.

"Her, kau membawaku ke hotel? Kau memberi kesempatan padaku menebus kesalahanku?
aku siap membalas rasamu yang terlambat kusadari, Her,"ujar Linda tersenyum mesra.

"Lin, bukan itu maksudku.
Mana mungkin aku mengantarmu pulang. Apa penilaian mamamu padaku?Dikira aku mengajak mabok," jawabku santai tak memperhatikan dia.

"Sebodo dengan penilaian
mama, Her. Yang ada, aku selalu salah dimatanya, bikin malu keluarga, salah pilih lelaki dan masih banyak lagi," Linda mulai menangis.

"Aku salah pilih suami, Her, harusnya kau yang jadi menantu harapannya," Linda memelukku.
Perasaan aneh menggoda jiwaku.
Linda memandangku kemudian tangannya membelai pipiku.

"Masihkah ada peduli mu padaku, Her?" Linda menyenderkan kepalanya di bahuku
Aku diam tak bergeming.

"Segitu mudah hilang rasamu padaku, Her?
Tapi kalau sudah hilang, kenapa kamu belum juga menikah?" ujarnya memelas.

Jujur memang masih ada perasaan cinta aku dengan Linda. Tetapi setelah dia menikah aku mencoba melupakan dan tak ingin mengharapkannya lagi.

"Beri aku kesempatan membalas rasamu padaku, Her,"Linda merapat memelukku.
Bagai magnit aku mendiamkan saja tingkah Linda yang mulai mencium pipiku, membelai rahang ku.
Aku terbawa suasana dan bagai mendapat balasan cinta yang dulu ku damba, aku membalas ciuman Linda.

Bagai kucing ditengah gurun yang mendapat kiriman ikan, Linda menyerang ku dengan buas. Setan apa yang membius ku hingga aku terbawa dan mengimbangi aksi gilanya.

Malam itu jadi saksi bisu pengkhianatan cintaku pada Putri, tunangan ku.

Kami terkapar, hingga terjaga pukul 8.00 pagi.

Tergoda JandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang