Part 12
Tergoda Janda
( Ch. Maria)Hari ini Putri dan Heru pulang dari Puncak. Tak terasa waktu bulan madu tiga hari sudah usai. Mereka berjanji akan selalu menikmati hari serasa penuh madu di waktu- waktu selanjutnya.
Dan kini mereka tengah berkeliling mencari rumah kontrakan. Dan setelah mencari yang ke sekian rumah, barulah dapat rumah yang cocok.
Tempatnya merupakan perumahan baru yang sudah direnovasi oleh pemiliknya, namun tidak ditempati, justru malah di kontrakkan.Dan itu merupakan keberuntungan buat pasangan pengantin baru ini. Setelah janjian bertemu yang punya rumah, mereka cocok memberi uang muka rumah kontrakannya lalu pulang.
Sehabis magrib mereka sampai rumah."Bagaimana pengantin baru? Capek dan senang?" sapa Bulik Pur adik ibu.
"Iya, Bulik, pulangnya agak macet,"jawab Putri.
Mereka segera masuk ke kamar dan ingin segera mandi.
"Eh, tunggu mandi bareng Mas, dong," Heru mengingatkan Putri yang selama ini selalu mandi sendiri.
Putri yang sudah di depan pintu kamar mandi jadi tersenyum malu.
Heru segera mendorong masuk ke kamar mandi. Berdua mereka mandi, saling mengguyur dan menyabuni.
Putri geli dengan tingkah suaminya yang menggosok punggungnya dengan sabun.
Heru bukan hanya menyabuni tetapi sambil meraba dan mencium tengkuk Putri. Putri memberontak geli. Namun bukan Heru kalau tidak sekalian menuntaskan hasratnya yang mulai menggebu kala melihat tubuh molek istrinya.
Dengan segala cara Putri di bimbing untuk mengimbangi gejolaknya agar segera tercapai hasrat menggebunya.
Putri mulai mengimbangi ciuman dan belaian di tubuhnya dengan semakin menikmati dan membalas setiap keinginan Heru. Hingga hasrat mereka tersalur walau belum tuntas.
Putri segera menyudahi. Mereka segera mengambil handuk dan kembali ke kamar, menggunakan baju siap-siap untuk makan malam.
Malu kalau terlalu lama mandi. Orang tua pasti sudah menunggu."Maaf ya Mas, gak enak di tunggu bapak ibu dan Bulik,"bisik Putri di telinga Heru. Putri tau Heru pasti belum puas.
"Iya, gak papa, nanti lagi," jawabnya sambil senyum memaklumi.
Di meja makan sudah tersaji masakan Bulik Pur.
Telah terhidang di meja makan, gulai daun singkong, rendang daging, sambel teri dan bakwan jagung yang masih panas. Sangat menggoda selera."Wah, Bulik yang masak semua, ini?" tanya Putri senang.
"Iya, syukurlah kalau senang menunya, ayo dicobain,"jawab Bulik sambil memberikan piring pada ibu dan mas Heru.Ibu mengisi piring bapak dengan nasi dan lauk komplit. Kemudian ibu mengambil sedikit buat dirinya sendiri.
Biasanya ibu juga mengambilkan untuk Putri tapi sekarang biarlah Putri yang meladeni Heru.
Gantian kini Putri mengambilkan nasi buat suaminya."Mas seberapa nasinya?" tanya Putri pada Heru.
"Ya,cukup segitu, dengan rendang dan sambel teri saja," ujar Heru."Wah, enak sekali bakwan jagungnya bulik,"ucap Heru sambil mengunyah bakwan hangat.
"Itu kesukaanku, Bulik tau banget,"ujar Putri senang.
Bulik tersenyum bahagia, syukurlah kalau kehadirannya dan masakannya disukai. Bulik sementara waktu tinggal di sini, karena sengaja di minta ibu Putri untuk menemaninya, seiring pernikahan Putri yang pasti segera diboyong Heru suaminya.
Sementara Bulik cuma hidup sendiri di kampung.
"Ayo, makan yang banyak biar sehat dan segera memberi cucu pada kami. Betul kan mbakyu?" Ujar Bulik pada ibu putri. Yang segera diangguki ibu dengan senyum.
Kami makan dengan lahap karena benar- benar enak masakan Bulik ini. Terutama gulai daun singkong di tambah sambil terasinya."Put, nak Heru, bapak mau tanya, setelah ini apa rencanamu? Apa Putri masih tetap kost atau tinggal dengan nak Heru atau bagaimana?" Bapak memulai bicara rencana ke depan kami.
"Kalau Putri terserah pada mas Heru, Yah."
"Begini pak, masih ada libur dua hari, rencananya kami berdua akan beberes pindah ke kontrakan. Kebetulan sudah mendapat tempat yang terjangkau jaraknya dari kantor Putri maupun tempat kerja saya. Doakan kami mau belajar hidup mandiri pak, bu." Ujar Heru.
"Oh gitu juga baik nak, yang penting kalian berdua harus rukun. Kalau ada masalah dalam keluarga, selesaikan dengan kepala dingin, harus saling mengalah," Tambah Ibu.
" Ya, bu. Kami akan ingat nasehat ayah, ibu."
"Ya, meskipun sudah tinggal berdua dengan suamimu, jangan lupa tengok ibu, ya Put."
"Ah, ibu ini belum jadi pindah sudah khawatir saja, pastilah bu. " Jawab Putri sambil tertawa.
"Maklum Put, kamu kan anak ibu satu-satunya, makanya biar gak sepi, segera beri cucu. Jangan cuma satu, yang banyak, ya, Bulik doakan, biar rumah rame, " Ujar Bulik sambil tersenyum.
"Waduh Bulik, satu saja belum, maunya banyak, memang kaya anak kucing?" Putri menyela.
"Kita amini saja, Put." Jawab Heru.
" Aamin Bulik," jawab Putri menyetujui pendapat suaminya.
Malam itu Putri dan Heru beberes barang-barang. Besok harus menyicil pindah ke kontrakan. Dan juga memindahkan barang yang ada di kostan Putri sekalian pamit dengan teman di kostnya.
Masih ada dua hari untuk memindahkan dan mengisi barang di rumah kontrakan.
Putri dan Heru menikmati semua ini dengan senang, karena itu maunya mereka berdua.
Heru tidak mau tinggal di rumahnya karena sangat jauh kalau ke kantor Putri.
Mencari kontrakan yang bisa dijangkau tempat kerja mereka berdua, merupakan solusi. Tidak ada yang merasa dimenangkan atau dikalahkan jika salah satu tinggal di keluarga suami atau istri.
Memutuskan berumah tangga harus siap saling mengalah, saling menghargai dan saling membahagiakan.Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Tergoda Janda
Ficção AdolescenteNiat hati ingin merajut cinta, belajar membuka hati pada pemuda pilihan orang tua. Namun sang pria terseret asmara lama, Sang Janda. Bisakah aku mampu bersaing dengan janda yang menggoda?