Akhirnya tiba juga waktunya untuk membalaskan dendamnya terhadap pemuda bulan itu.
Itou Aram, sudah menyuruh salah satu orang kepercayaannya untuk melakukan ritual persembahan yang akan membuat kekuatannya meningkat drastis. Orang yang dimaksud itu adalah ayah angkat dari Eve dan juga Sou. Karena hal itu jugalah, kedua kakak beradik itu sangat menentang tentang rencana ini. Mereka berdua tahu bahwa Itou Aram hanya memanfaatkan ayah mereka saja. Tapi, mereka berdua tidak bisa dengan mudah meyakinkan ayahnya, karena ayahnya sudah terlalu percaya dengan Itou.
“Kalian berdua berjagalah diluar.” Sou dan Eve mengangguk enggan, mereka berdua dengan lesu melangkahkan kakinya ke luar dari ruangan itu yang kini hanya menyisakan ayah mereka dan Urata yang masih belum sadarkan diri.
Malam ini merupakan malam bulan purnama. Malam yang sudah ditunggu-tunggu oleh Itou Aram dan juga ayahnya. Eve tahu mengenai hal itu. Dia harus cepat-cepat membuang perasaan yang mengganggunya ini. Kebencian ini harus ia hilangkan untuk sementara waktu sampai ritual yang dilakukan ayahnya berjalan dengan lancar. Sampai saat itu terjadi dia dan juga adiknya akan menjaga tempat ini. Bukan demi Itou, melainkan demi sang ayah.
“Eve-nii, sepertinya ada dua orang yang mendekat ke arah sini.” kata Sou dengan sikap yang siap untuk melakukan serangan kejutan terhadap siapapun yang datang.
“Sou, ku serahkan yang belakang padamu!”
Sou mengangguk pelan, senyuman terpancar di wajahnya. Dia lalu menutup kepalanya dengan tudung, begitupun juga dengan Eve.
Jika sudah begitu, itu artinya mereka berdua sudah memasuki mode bertarung.
“Tidak akan aku biarkan siapapun memasuki ruangan itu!”
Sebuah tombak meluncur kearah Sou dan langsung ditangkis oleh item barrier milik pemuda itu.
“Jadi dibalik pintu itulah Urata-san berada.” lelaki berambut merah yang tadi menyerang Sou, perlahan mulai mendekati dirinya.
Sou terdiam sejenak untuk beberapa detik. Aura tidak mengenakan apa yang barusan ia rasakan itu? Sou reflek mundur beberapa langkah.
Lelaki berambut merah yang ternyata adalah Sakata itu mengambil kembali tombaknya. Tangan kanannya memegang tombak itu dari ujung ke ujung dan seketika itu juga tombak tersebut di selimuti oleh api miliknya.
Sakata harus menggunakan perpaduan antara senjata miliknya dengan sihir api yang baru saja ia pelajari itu, jika dia ingin menyelamatkan Urata. Karena lawan di depannya ini tidak bisa begitu saja ia anggap remeh. Walau penampilannya seperti anak kecil, tapi tetap saja, Sakata bisa merasakan bahwa anak kecil di depannya itu lebih kuat darinya.
“Aku pasti akan mengalahkanmu dan menyelamatkan Urata-san!” Sakata mulai menyerang Sou dengan tombak api miliknya.
Sou dengan mudah dapat menghindari semua serangan itu. Dia juga balik menyerang Sakata dengan tangan kosong yang mampu membuat Sakata kewalahan.
Perbedaan pengalaman bertarung mereka terlihat sangat jelas. Sakata yang tidak pernah menghadapi musuh yang lebih kuat darinya, tentu saja akan sangat kesulitan menghadapi Sou yang sudah sangat sering melawan musuh yang lebih kuat darinya. Mungkin itu jugalah yang menyebabkan kepala akademi sihir menugaskan mereka berempat untuk menyelesaikan misi kali ini. Agar mereka berempat dapat merasakan sendiri pengalaman bertarung melawan musuh yang nyata. Karena itu jugalah Sakata tidak boleh sampai kalah. Kali ini dia pasti akan mengalahkan siapapun yang menjadi lawannya.
“Kau tidak akan bisa mengalahkanku!” seru Sou pada Sakata yang nampak kelelahan. Mereka berdua sama-sama terlihat kelelahan. Sou tidak menyangka bahwa dia akan berhadapan dengan orang yang mampu bertahan selama ini dengan serangan miliknya.
![](https://img.wattpad.com/cover/223565279-288-k221310.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Akademi Sihir -Misi di Kota Kematian- [END]
Short StoryKisah ini dimulai saat kepala akademi tiba-tiba saja menambah hukuman kepada Urata, Shima, Sakata, dan Senra akibat kejadian kebakaran yang berlokasikan di asrama sihir putra beberapa waktu lalu. Mereka berempat harus pergi ke kota yang dijuluki den...