Sebelas

64 17 3
                                    


Rumah besar itu terlihat begitu megah untuk seukuran rumah yang bukan termasuk anggota bangsawan atau kesatria kerajaan.

Mereka berempat kini sedang berada di ruang tamu rumah besar itu. Pemiliknya ialah seorang pria berumur kurang lebih empat puluh tahunan, mungkin seumuran dengan orang tua Urata.

Untungnya Urata dan tiga temannya itu dapat masuk ke dalam rumah orang yang sedang mereka selidiki tanpa hambatan apapun.

Tuan rumah menyambut baik mereka berempat sebagai perwakilan dari pihak kerajaan yang sudah berjanji akan memberikan bantuan pada kota Deathly.

Awalnya tuan rumah itu sedikit meragukan Urata dan kawan-kawannya itu, tapi setelah ia mengeluarkan sebuah surat resmi yang di beri cap langsung oleh raja. Mau tidak mau sang tuan rumah harus mempercayainya. Walau harus diakui bahwa dia masih belum sepenuhnya percaya.

“Jika benar kalian adalah orang yang di kirimkan pihak kerajaan kepada kami, maka aku akan menguji kalian disini.” Abraham Unc -si tuan rumah membawa mereka berempat ke halaman belakang rumah Unc.

Disana terlihat salah seorang lelaki berusia dua puluhan sedang melakukan latihan berpedang seorang diri. Menyadari ada yang datang, lelaki itu berhenti mengayunkan pedangnya. Ia lalu berjalan menghampiri Unc.

“Tuan Unc, siapa orang-orang ini?” tanpa rasa sungkan, lelaki itu bertanya pada Unc.

Urata yang melihat hal itu, sempat berpikir bahwa sepertinya lelaki bernama Unc ini tidak ada hubungannya dengan misi yang sedang mereka selidiki. Lelaki itu terlihat sangat bersahabat, semua orang sangat mengandalkannya. Urata bisa mengetahui fakta sederhana tersebut hanya dari melihat interaksi Unc dengan orang rumah.

Unc menepuk pundak lelaki berambut cepak itu. “Tolong ajarilah mereka cara bertarung yang sesungguhnya.” bisiknya tepat ke telinga lelaki itu.

Lelaki itu mengangguk. Lalu ia menunjuk Shima. “Kau majulah duluan! Atau kalian bisa menyerangku secara bersamaan.”

Lelaki itu mulai menarik kembali pedangnya, bersiap untuk menyerang Shima.

Mereka berempat sudah sepakat untuk tidak menyerang secara bersamaan. Mereka tidak ingin lebih mempermalukan nama pihak yang telah mengirimkan mereka untuk menghentikan kejadian 'kematian misterius' yang terjadi di kota Deathly.

Shima mulai menyerang terlebih dahulu, ia membuat pusaran angin di sekitar lelaki itu, sehingga membuat lelaki itu terjebak dalam pusaran angin miliknya.

Lelaki itu menghentakan kakinya dengan kasar ke tanah. Dia tidak mau kehilangan gravitasi akibat pusaran angin milik pemuda bersirau anggur itu. Dengan gerakan cepat lelaki itu membelah pusaran angin milik Shima. Tak hanya sampai disitu, lelaki itu berhasil menyayat kulit tangan Shima. Menyisakan sedikit rasa perih pada pemuda itu.

Shima mundur beberapa langkah, mulai menjaga jarak. Kedua tangannya terangkat, dia mulai menerbangkan lelaki itu dengan angin miliknya.

Lelaki cepak itu sedikit kesulitan untuk bisa melepaskan diri. Lagipula jika ia berhasil melepaskan diri, ia pasti akan terjatuh. Apalagi ketinggian ini lumayan bisa membuatnya begidik ngeri.

Tak menyia-nyiakan waktu, Shima langsung melepaskan angin miliknya. Membuat lelaki itu terjatuh cukup keras.

Bukannya meringis kesakitan, lelaki itu justru tersenyum. “Kena kau!”

Setelah mengucapkan kalimat tersebut. Tubuh Shima ambruk ke tanah. Dia tidak sadarkan diri.

☆AS☆

Pertarungan yang diajukan Unc telah selesai.

Mereka berempat kalah. Benar-benar memalukan. Apalagi selain Urata, ketiga temannya itu masih belum sadarkan diri.

Akademi Sihir -Misi di Kota Kematian- [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang