Sembilan

82 21 4
                                    

Arigatou untuk 1k readingnya (๑•̀ㅁ•́ฅ✧

Note: Sebelum membaca part ini, disarankan untuk membaca terlebih dahulu cerita singkat 'Akademi Sihir-mansion' di book yang satunya ( ;∀;) [Karena ceritanya terhubung]

Jika sudah.....

Selamat membaca!

Sementara itu di akademi sihir, tepatnya di mansion yang dihuni oleh ke enam orang pemuda dengan kepribadian berbeda itu, di waktu yang sama terdengar teriakan kegembiraan yang begitu kentara.

Nanamori yang sibuk mengurus berkas-berkas di ruang tengah tempat biasa keenamnya berkumpul itu, buru-buru menghentikan kegiatannya. Matanya tertuju pada pintu ruangan yang terbuka lebar, mencari siapa pelaku dibalik teriakan yang membuatnya tidak fokus tadi. Ia sebenarnya sudah dapat menduga siapa pelakunya dari suara teriakan tersebut. Nanamori hanya ingin memastikan saja, karena diantara mereka berenam ada satu orang yang bisa menirukan suara seseorang-walau kenyataannya ada satu orang yang tidak bisa ditiru suaranya, entah karena suaranya yang sulit untuk ditiru atau mungkin karena kemampuannya yang masih perlu diasah lagi-.

Sesosok pemuda dengan surai sakura berlari kearah dirinya. Syukurlah dugaannya tepat!

“Apa yang terjadi?” tanya Nanamori, setelah melihat raut wajah bahagia Satomi, perasaan kesal yang menyelimutinya menghilang.

Satomi menarik pergelangan tangan Nanamori, membawanya keluar dari ruangan itu. “Aku baru saja mendapat kabar dari Amatsuki-kun, katanya dia tau dimana keberadaan penyihir waktu itu berada.”

“Hontou?”

“Un, besok Amatsuki-kun, Soraru-san dan Mafu-kun akan pergi menuju lokasi penyihir itu.”

“Jadi, bukan kita yang akan menemuinya?” Ada sedikit rasa kecewa dalam kalimatnya.

Satomi menghentikan langkah kakinya, “lokasi tempat penyihir itu tinggal sangat berbahaya. Jika kita memasukinya, aku tidak yakin kita semua dapat kembali lagi kesini. Jadi urusan itu biarkan saja mereka yang melakukannya ada hal penting lain yang harus kita lakukan.”

Nanamori menautkan kedua alisnya, penasaran. “Apa itu?”

“Kau akan tau nanti.”

Nanamori terlihat kesal mendengar perkataan Satomi. Satomi hampir tertawa pelan melihat raut wajah pemuda yang usianya lebih muda darinya itu namun sifatnya lebih dewasa darinya itu yang terlihat begitu lucu, baginya. Satomi memang aneh, tapi masih dibawah level keanehan Jel yang tidak bisa dibandingkan dengan manusia pada umumnya.

Satomi tertawa membayangkan tingkah aneh Jel yang tiba-tiba saja muncul dalam kepalanya, membuat Nanamori menatapnya heran. Pemuda yang mempunyai satu jambul? dikepalanya itu mendekatkan wajahnya pada Satomi. “Apanya yang lucu, uhm?” tanyanya sambil bersidekap dada.

Satomi refleks menghentikan tawanya dan sedikit menjauhkan dirinya dari wajah Nanamori yang terlalu dekat.

Dari arah belakang Nanamori, Colon datang sambil membawa kotak berukuran sedang. Dia dengan sengaja menepuk punggung Nanamori, membuat pemuda itu menoleh sama sekali tidak terkejut.

Colon mendengus sebal, niatnya ternyata gagal. “Sama sekali tidak asik.” Ia langsung meninggalkan mereka berdua yang menatap Colon heran.

“Dia kenapa?”

Satomi mengangkat kedua bahunya, “saa...”

Satu jam kemudian, semua berkumpul di ruang rapat dewan siswa.

Jel berdiri.

Semua mata kini terpaku padanya.

Sebelum memulai pembicaraan, Jel berusaha untuk menghilangkan kegugupannya. Ia tahu ini bukanlah kali pertamanya, Jel berbicara di depan kelima temannya itu, seharusnya ini adalah hal yang mudah. Namun fakta bahwa saat ini, dirinya harus menyampaikan pesan penting yang ia dapatkan langsung dari Amatsuki itulah yang membuatnya gugup atau lebih tepatnya Jel takut salah menyampaikan pesan.

Akademi Sihir -Misi di Kota Kematian- [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang