Part.6 Teringat Lagi
"ketika mencintai tak seindah memiliki, aku berharap akan ada pelangi seusai hujan hari ini"
Rayn.
"Maaf, Kakak harus berangkat, Jefri akan datang 1 jam lagi, kamu siap-siap ya." Pamitnya pada Rayn.
"Iya, Kak, hati-hati" jawab Rayn dengan senyum tipis.
Raka mengecup puncak kepala adiknya lalu menaiki mobil segera ke kantor.
Rafka melewati Rayn yang sedang berada di teras tanpa sepatah kata, sebenarnya ia sudah turun sedari tadi, hanya saja pemandangan didepannya membuat ia menghentikan langkah, setidaknya ia melihat Rayn tersenyum walau bukan dirinya sebagai alasan senyuman Rayn.
Memang selalu seperti itu, wajah dingin dan tatapan tajam Rafka seolah menghancurkan jembatan yang susah payah dibangun Rayn agar mereka bertiga bisa harmonis seperti dahulu.
Rayn memegang dadanya yang begitu nyeri saat melihat Rafka melewatinya begitu saja, dinding yang dibangun Rafka begitu kokoh, bahkan untuk sekedar menyapa saja ia tak berani. Ia sebenarnya paham apa yang membuat Rafka seperti itu, hanya saja ia lebih memilih tutup mulut seolah-olah memang ia yang salah, setidaknya Raka sudah memafkannya.
Bi Sari datang dari dalam rumah lalu bertanya pada Rayn, "Neng, jadi ikut Bibi?"
Rayn menghembuskan nafas berat lalu menggeleng.
"Rayn mau siap-siap aja, Bik, tolong bantuin Rayn ke kamar." Pinta Rayn.Bi Sari hanya menurut lalu mengantarkan gadis itu ke kamar.
"Kalo gitu Bibi berangkat dulu ya, Neng."
"Bi?" panggil Rayn saat Bi Sari hampir menutup pintu.
"Iya, Neng?"
"Emm," Rayn tampak bimbang,
"Ada yang perlu Bibi bantuin, Neng?"
"Titip salam buat Bunda Maya," lirih Rayn.
Bi Sari tersenyum lalu mengangguk dan menutup pintu, tak berselang lama Bi Sari menyembulkan kepalanya dengan cengiran khas miliknya.
"Buat Den Arya-nya nggak sekalian, Neng?" goda Bi Sari.
Rayn hanya tersenyum lalu mengangguk yang serta merta membuat Bi Sari berjingkrak kegirangan, dan setelah itu ia berjalan terburu-buru guna menyampaikan salam istimewa dari Rayn. Ternyata Arya dan ibunya telah datang, dengan semangat Bi Sari menyampaikan salam Rayn yang dibalas senyum malu dari Arya dan sorakan mengejek dari ibu-ibu komplek untuk Bu Maya.
----
"Nona, mau langsung pulang atau bagaimana?"
"Pulang saja, Bang , Rayn ingin segera istirahat."
"Baiklah, Nona."
Jefri dan Rayn keluar dari gedung rumah sakit, di halaman depan nampak begitu ramai orang.
"Bang Jef!" Panggil Rayn menyentuh jari Jefri.
"Iya, Nona?"
"Mengapa banyak sekali orang? Ada apa disana?"
"Sepertinya salah seorang anggota keluarga dari pemilik perusahaan APCompany sedang dirawat di rumah sakit ini, lihatlah itu ibunya." Jefri menunjuk seorang wanita paruh baya yang tengah diwawancari oleh beberapa wartawan.
Deg
Rayn terpaku, mengapa dunia sesempit ini. Sekuat tenaga Rayn mencoba menghindar, ia rela pindah rumah guna menghindari keluarga itu, tapi mengapa sekarang semua seolah telah direncanakan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast
General FictionKisah gadis 21 tahun bernama Rayn mengalami kelumpuhan total yang kecil kemungkinan dapat berjalan secara normal, hidupnya yang hanya seputar hitam dan putih perlahan kembali berwarna seiring hadirnya seorang wartawan TV swasta bernama Arya laksmana...