Part. 12 Nyanyian sore hari
"Kalau bukan hari ini pasti besok akan ada lagi."
Arya laksmana
Seminggu berlalu, Rayn sudah pulang dari rumah sakit, Raka belum juga kembali dan Rafka... entah kemana ia pergi, beberapa hari ini Rayn dirumah sendiri yang hanya ditemani oleh Bi Sari, kadang Arya datang membawa brownies coklat kesukaannya, kadang juga Maya sendiri yang menghantarkannya. Rayn jadi terharu.
Sore ini senja ditemani sinar jingga yang begitu menawan, Rayn duduk dikursi rodanya diatas balkon kamar. Segelas susu hangat rasa strowberi menemani senja Rayn hari ini.
Suara pintu terbuka, seorang pria dengan kancing kemeja terbuka semua yang menampilkan kaos hitam polos serta snikers putih dan jangan lupakan kamera yang selalu bertengger manis di lehernya. Dia Arya, ia membawa tupperware hijau ditangan kanannya serta sebuah gitar ditangan kirinya.
Rayn tersenyum menyambut kedatangan Arya, merentangkan tangannya, Arya kira Rayn ingin memeluknya ternyata hanya mengambil alih tupperware yang ada ditangannya.
"Aku kira kamu bakal peluk aku, Rayn."
Rayn yang tengah sibuk membuka penutup wadah itu langsung mendongak, mengernyitkan dahi lalu tersenyum geli.
"Oh, Arya mau Rayn peluk? Sini peyuk duyu." Rayn kembali merentangkan tangannya, wajahnya ia buat se-imut mungkin hingga Arya tak bisa menahan gelak tawanya.
"hahaha... lucu banget bayi kodok ini." ucap Arya mengacak gemas puncak kepala Rayn.
Rayn ikut tertawa, sedetik kemudian ia kembali serius menekuni tupperware di pangkuannya. Arya mencari alas untuk ia duduk, menggelar karpet lebut warna merah jambu milik Rayn, ia duduk diatasnya memangku gitar lalu memetiknya.
Rayn memakan brownies coklat dari Arya dengan suapan besar, hal itu tak luput dari penglihatan Arya, segera ia memasang kamera untuk memotret kelakuan lucu Rayn.
Cekrek
Rayn kaget, matanya melotot yang dengan segera Arya kembali mencuri foto Rayn.
"Lucu." gumam Arya saat melihat hasil dari jepretan kamera nya. Rayn menatap tak minat pada kamera Arya.
"Rayn memang lucu dari dulu." ucap Rayn bangga. Ia tak peduli dengan begitu banyak aib di kamera Arya, awalnya ia marah, dirinya malu kalau Arya melihat wajah jeleknya. Tapi lama kelamaan Rayn merasa masa bodo juga dengan kelakuan Arya yang suka mencuri foto menjadi paparazi untuk Rayn.
Arya masih menekuri kameranya, melihat-lihat foto Rayn yang semakin membuat jantungnya menggila. Rayn mencolek bahu Arya, memberi isyarat bahwa ia juga ingin duduk dibawah sana.
Arya paham lalu mengangkat tubuh ringan Rayn dan mendudukkannya agar bersandar pada tiang pembatas balkon, ia kembali memangku gitarnya lalu memetiknya pelan.
"Arya bisa main?" tanya Rayn meragukan kemampuan Arya dalam bidang musik. Yang Rayn tau Arya itu hanya berbakat pada kamera dan antek-anteknya.
"Ngeremehin aku hmm?" Arya mengangkat sebelah alisnya, lalu melanjutkan " Sekali kamu dengerin petikan dari gitar istimewa ku ini, aku jamin kamu bakal langsung jatuh cinta sama aku."
"Oke, Rayn siap." ucap Rayn ringan sambil mengambil lagi brownies dalam wadah.
Mata Arya membola, "Kamu siap jatuh cinta sama aku, Rayn?"
Rayn berhenti mengunyah, matanya menatap lekat Arya, "Kalau itu bisa bikin Rayn bahagia, kenapa enggak?"
Keheningan menyapa keduanya, Arya terus menatap wajah ayu yang sedikit pucat milik Rayn, tanpa kontrol jari-jarinya memetik senar-senar gitar menciptakan sebuah nada yang menghipnotis siapapun yang mendengarnya.
Cantik
Ingin rasa hati berbisik
Untuk melepas keresahan
Dirimu
O cantik
Bukan kuingin mengganggumu
Tapi apa arti merindu
Selalu (ow)
Walau mentari terbit di utara
Hatiku hanya untukmuArya bernyanyi dengan pandangan tetap pada Rayn, seolah memang lagu itu ditujukan padanya.
Ada hati yang termanis dan penuh cinta
Tentu saja kan kubalas seisi jiwa
Tiada lagi
Tiada lagi yang ganggu kita
Ini kesungguhan
Sungguh aku sayang kamuCantik
Bukan kuingin mengganggumu
Tapi apa arti merindu
Selalu (ow)
Walau mentari terbit di utara
Hatiku hanya untukmu
Ada hati yang termanis dan penuh cinta
Tentu saja kan kubalas seisi jiwa
Tiada lagi
Tiada lagi yang ganggu kita
Ini kesungguhan
Sungguh aku sayang kamu
Ingin ku berjalan menyusuri cinta
Cinta yang abadi untukmu selamanya
Hei heya ya ya heya ya ya heyaRayn ikut terbawa suasana, hatinya selalu berbunga saat bersama Arya,entah ini benar atau salah Rayn tak peduli. Rayn mengambil alih suara, ia ikut bernyanyi dengan suara merdunya.
Ada hati yang termanis dan penuh cinta
Tentu saja kan kubalas seisi jiwa
Tiada lagi
Tiada lagi yang ganggu kita
Ini kesungguhan
Sungguh aku sayang kamu
Ada hati yang termanis dan penuh cinta
Tentu saja kan kubalas seisi jiwa
Tiada lagi
Tiada lagi yang ganggu kita
Ini kesungguhan
Sungguh aku sayang kamu
Hei heya ya ya heya ya
Ini kesungguhan
Sungguh aku sayang kamuArya memetik nada terakhir, senyum tak pernah luntur dari bibirnya, semburat merah muda terlukis indah dipipi hingga telinganya, Arya tengah malu sekarang.
Rayn bertepuk tangan gembira, tawa itu selalu terpatri di wajahnya yang membuat Arya salah tingkah dibuatnya.
"Wih, Arya hebat, suaranya bagus banget!" seru Rayn heboh.
"Gimana... udah jatuh cinta belum?" goda Arya santai, memang di luarnya Arya terlampau santai, tapi tak dapat dipungkiri dalam hatinya Arya mati-matian menahan diri untuk tidak menyatakan cintanya secara langsung.
"Belum, mungkin nanti."
"Aku tunggu." ucap Arya mengakhiri percakapan.
Arya memindah Rayn agar duduk ke kursinya kembali, ia membereskan barang-barang yang berserakan dilantai, menggulung lagi karpet merah jambu itu, ia lalu berdiri disamping Rayn.
Keduanya disapa keheningan, mereka menatap kearah mentari yang sebentar lagi akan kembali keperaduannya, sinarnya menerpa wajah mereka. Arya menoleh melihat betapa cantiknya ciptaan tuhan yang satu itu, bulu mata yang lentik dipadukan dengan alisnya yang tak begitu tebal, seolah kata sempurna memang pantas disematkan untuk seorang Rayn.
Diiringi sinar yang mulai meredup, Arya menunduk mencium lembut puncak kepala Rayn. Rayn sendiri menikmati ciuman itu, matanya terpejam. Tiba-tiba Rayn menarik tengkuk Arya lalu berbisik tepat ditelinganya.
"Jangan terlalu menuntut, biarkan aku melupakan masalalu ku dulu, aku takut kamu hanya jadi pelampiasanku."
Lampung, 2021
Happy reading guys, dont forget to vote and comment, love you🌆
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast
General FictionKisah gadis 21 tahun bernama Rayn mengalami kelumpuhan total yang kecil kemungkinan dapat berjalan secara normal, hidupnya yang hanya seputar hitam dan putih perlahan kembali berwarna seiring hadirnya seorang wartawan TV swasta bernama Arya laksmana...