Part. 15 Kilas balik 4 tahun silam
"aku tetap menghujani mu dengan cinta walau nyatanya kamu selalu berlindung dibawah payung yang sama."
Rayna Adhira Maheswari
Note: Jadi di part ini sampai beberapa part berikutnya akan menceritakan kisah Rayn di masa lalu, sebelum bertemu dengan Arya. Lebih tepatnya kisah Rayn, Saga, dan Kania.
" Saga nanti pulang bareng ya?"
"Saga anterin Rayn ke toko bunga ya?"
"Saga tungguin Rayn!"
"Saga jangan cepet-cepet ih!"Dengan geram Saga menghentikan langkahnya tiba-tiba, Rayn yang belum siap langsung saja menabrak punggung tegap Saga hingga ia sendiri terjengkang kebelakang.
"Saga kalo berenti kasi kode dulu kek, sakit tau pantat Rayn." Rayn menepuk ringan pantatnya sekedar menghilangkan debu yang menempel pada rok abu-abu miliknya.
"Lo bisa nggak sih, jauh-jauh dari gue sehari aja. Gue tuh bosen denger suara lo. Gue tegesin lagi kalau gue itu bener-bener muak sama lo." Sarkas Saga sambil menunjuk Rayn.
Rayn hanya tersenyum ringan menurunkan telunjuk Saga dari wajahnya.
"Saga sibuk ya? Yaudah nggak papa besok aja kita ke toko bunga nya. Rayn duluan ya" Ucap Rayn terburu-buru pergi.
Saga yang melihatnya tak peduli, kembali melanjutkan langkahnya yang tadi sempat tertunda. Ia akan menghampiri pacarnya, Kania.Mereka berdua memang satu kelas, tapi tadi Kania dipanggil ke ruang guru. Bukan hal baru lagi memang saat guru memanggil Kania ke ruangan mereka karena walaupun Kania murid baru tapi dia begitu pandai dalam bergaul, sifatnya yang ramah serta sopan menjadi nilai plus untuknya, apalagi dengan nilai akademis nya yang bisa dibilang kalau Kania itu golongan siswi pandai membuat guru menjadi suka padanya.
Sangat berbanding terbalik dengan Rayn, gadis itu tidak terlalu pintar, dia selalu menduduki peringkat ketiga terakhir. Rayn juga tidak mudah bergaul, bahkan temannya pun bisa dihitung dengan jari. Trauma masalalu serta tekanan dari kedua kakaknya yang membuat Rayn menjadi gadis yang tidak suka berkerumun. Bukan Rayn menjadi gadis anti sosial tapi dia membatasi lingkaran pertemanannya.
Dimata guru, Rayn itu gadis biasa-biasa saja tanpa predikat membanggakan yang melekat di dirinya. Malahan Rayn disebut-sebut sebagai siswi yang paling banyak absensinya. Surat panggilan orang tua selalu ia dapatkan setiap akhir bulan, tapi tak pernah sekalipun ada yang menjadi wali bagi Rayn. Pihak sekolah tau bahwa Rayn yatim piatu, tapi pada biodata nya - Rayn masih memiliki anggota keluarga lain. Tapi tetap saja, Rayn memang susah diatur.
Oke, kembali pada Saga
Saga menunggu Kania menyelesaikan urusannya dengan Bu Gina, guru matematika sekaligus wali kelas mereka. Saga tebak pasti Kania akan ditunjuk untuk menjadi pembimbing adik kelasnya yang akan mengikuti lomba beberapa hari lagi.
Sekitar 5 menit ia menunggu akhirnya Kania keluar dengan wajah berseri. Saga segera menggandeng tangannya mengajak Kania untuk ke kantin.
"Gimana tadi?" Saga membuka obrolan saat mereka telah duduk dan memesan makan.
"Bu Gina nawarin aku buat ikut lomba minggu depan." Jawab Kania singkat.
"Loh, aku kira kamu bakal jadi tutor." Ucap Saga sambil mengelap saus di sudut bibir Kania. Kania menegang, jantungnya bertalu tak karuan, ia lagi-lagi jatuh cinta pada Saga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast
General FictionKisah gadis 21 tahun bernama Rayn mengalami kelumpuhan total yang kecil kemungkinan dapat berjalan secara normal, hidupnya yang hanya seputar hitam dan putih perlahan kembali berwarna seiring hadirnya seorang wartawan TV swasta bernama Arya laksmana...