Part. 11 Cerita Saga
"Akan ada fase dimana yang paling sabar menjadi muak, yang paling peduli menjadi masa bodo, dan yang paling setia menjadi pergi ketika sabar, peduli dan setianya tak pernah kau hargai "
Langit sore ini mendadak tak bersahabat, Arya berlari memasuki kafe menghindari rintik hujan yang berlomba-lomba jatuh ke bumi. Rambutnya sedikit basah, dilihatnya Saga yang tengah melambaikan tangan padanya. Arya duduk meletakkan kameranya di meja. Seorang pelayan menghampiri keduanya, setelah memesan hening menyelimuti meja mereka.
Pesanan datang, Arya menyeruput lemon tea miliknya. Memecah keheningan, Arya memulai obrolan.
"Jadi, apa yang mau lo omongin?" tanya Arya to the point.
"Atas nama keluarga Adhiputra, gue minta maaf soal keributan malam itu, Bang." jawab Saga, tatapannya kosong kedepan.
"Bukan ini yang pengen gue denger!" Arya menaikkan satu oktaf suaranya. Membuat Saga terkaget hingga salah tingkah.
"Em... apa yang mau lo denger?"
"Rayn... soal apa hubungan lo sama dia, dan alasan kenapa Rayn bisa keliatan segitu bencinya sama lo."
"Gue nggak yakin mau cerita ini sama lo, Bang,"
"Cerita semua!" todong Arya, ia sangat ingin tahu tentang kehidupan Rayn.
"Oke kalau lo maksa, Bang...." Saga menghembuskan napas beratnya.
"Ini tentang 4 tahun lalu, masa sekolah tingkat akhir gue, Bang. Masa dimana gue lagi nyari jati diri gue yang sebenarnya, dan gue goblok karena udah bikin keputusan yang malah buat semua jadi kacau. Harusnya gue bisa lebih nahan emosi, tapi waktu itu gue kalut, Bang, gue ngerasa capek dibohongi terus. Dan tiba-tiba tepat didepan mata kepala gue sendiri - gue liat Rayn tergeletak ditengah jalan. Gue takut banget, gue... gue nyalahin diri gue sendiri, Bang, itu salah gue." Terisak Saga menceritakan singkat kisah mereka, ia tak mampu menahan gejolak emosi dalam hatinya.
Fashback on
"Halo,Saga, tolongin Rayn." Suara Rayn bergetar, Saga yang sudah berjanji untuk mengantar Kania pulang membatalkan janjinya.
"Lo dimana, Rayn?" panik Saga, ia meninggalkan Kania sendiri di parkiran, fokusnya sekarang hanya untuk Rayn.
"Gudang belakang, tolongin Rayn." Suara Rayn semakin bergetar ditambah isakan kecil dari mulutnya.
"Oke, tungguin gue!" Saga kalut, ia hendak berlari menuju gudang namun sebuah sentuhan lembut di lengannya menghentikan langkahnya.
"Maaf, Nia, Rayn butuh bantuan aku." ucap Saga melepas cekalan tangan Kania.
"Saga, kamu udah janji buat nganterin aku pulang loh, kamu mau batalin lagi?"
"Nia, Rayn lagi dalam bahaya, dia itu cengeng pasti sekarang lagi nangis disana, dia sendirian." tutur Saga. Saga mencoba memberi pengertian agar pacarnya tak salah paham.
"Terus disini aku nggak sendiri gitu? Aku nggak bakal nangis kalau kamu tinggal? Saga, aku juga bakal takut disini." Kania meneteskan cairan bening dari pelupuk matanya.
"Kania, bentar aja ya, nanti kita jadi jalan deh, aku janji." ucap Saga mengajukan jari kelingkingnya.
Kania menatap datar Saga, ia terlanjur kecewa.
"Terserah, aku pulang. Pesanku jangan janji kalau cuma buat diingkari, aku juga bakal bosen sama janji-janji kamu yang selalu batal cuma gara-gara Rayn."
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast
General FictionKisah gadis 21 tahun bernama Rayn mengalami kelumpuhan total yang kecil kemungkinan dapat berjalan secara normal, hidupnya yang hanya seputar hitam dan putih perlahan kembali berwarna seiring hadirnya seorang wartawan TV swasta bernama Arya laksmana...