Part 14

9 1 0
                                    

Part. 14   Cerita Rayn

"Aku pernah merasa patah sebelum tumbuh, merasa kehilangan bahkan sebelum memiliki."

Rayn~

"Rayn?" Panggil Arya hati-hati, ada setumpuk pertanyaan yang hadir di otak kecilnya.

"Hemm?" Jawab Rayn tanpa mengalihkan perhatian dari video yang tengah ia putar di ponsel Arya.

Posisi keduanya berada di ruang santai keluarga Arya, setelah setengah hari sibuk membuat kue brownies bersama Maya, Arya lalu mengajak Rayn untuk duduk disana. Ia duduk beralas karpet di bawah sofa di depan tv, dengan Rayn yang duduk di depannya, kepala Rayn bersandar pada dada bidang Arya.

"Aku boleh tanya sesuatu?" tanya Arya sambil mengelus puncak kepala Rayn.

"Tanya aja"

"Kamu jangan marah ya?"

"Heem." Rayn menjawab dengan anggukan kepala.

"Soal... bagaimana kaki kamu bisa jadi kaya gini."

Arya bisa merasakan punggung gadis di depannya ini menegang, Rayn menegakkan duduknya, wajahnya berbalik menatap Arya dalam.

"Arya yakin?"

"Ini bakal jadi rahasia kita ya?"

"Janji sama Rayn?"

Tak banyak yang bisa Arya ucapkan hanya anggukan kepala yang ia lakukan untuk menjawab semua pertanyaan Rayn.


Rayn menghembuskan nafas berat, lalu kembali ke posisi semula, dengan kepala yang bersandar pada dada bidang Arya.

"Tapi ini bakal lama, Arya tetep mau dengerin?"

Arya mengangguk sekilas, mengambil ponsel yang diserahkan Rayn padanya. Rayn mulai bercerita.

"Dulu, 4 tahun lalu, Rayn masih sama kaya gadis remaja umumnya. Sekolah, bermain, bahkan Rayn juga ngerasain yang namanya jatuh cinta. Haha, memang terlalu dini untuk gadis 17 tahun yang bahkan baru dapet ktp, tapi itu nyata adanya.
Dulu, 4 tahun lalu, Rayn juga ngerasain gimana sakitnya berjuang sendiri. Berjuang biar bisa dapet perhatian dari cowok yang Rayn suka, kadang Rayn juga bisa berubah jadi jahat kalau dia lebih merhatiin pacarnya dari pada Rayn. Iya, cowok yang Rayn suka bahkan udah punya pacar, kadang Rayn mikir, apa bener kata orang kalau Rayn itu cuma duri dalam hubungan mereka?. Tapi Rayn nggak peduli, waktu itu yang Rayn pikirin cuma gimana cowok yang Rayn suka bisa bales perasaan Rayn. Arya tau nggak siapa cowok yang dulu Rayn suka?"

"Sa- Saga?" tebak Arya yang langsung mendapat anggukan mantap dari Rayn. Arya tak bisa memastikan bagaimana raut wajah Rayn karena ia membelakanginya.

"Bangun pagi-pagi buta biar bisa masak buat sarapan dia, rela jadi cewek muka tebal biar nggak malu waktu dia buang bekal dari Rayn. Banyak sih yang bully Rayn waktu itu, tapi Rayn punya satu sahabat yang deket banget sama Rayn, yang rela dateng tengah malem hujan-hujanan ke rumah Rayn cuma karena dia tau kalau Rayn takut sama hujan petir, Sinta namanya. Dulu, cuma Sinta yang ngedukung Rayn, cuma Sinta yang belain Rayn buat kesalahan yang memang Rayn buat, cuma Sinta yang peluk Rayn di belakang sekolah waktu Rayn nangis karena Saga. Bersyukur banget dia ada disaat Rayn butuh sandaran.
Tapi pagi itu semua kacau, Sinta minta Rayn buat dateng ke rooftop saat itu juga, Rayn dateng dan nemuin Sinta dengan keadaan yang memprihatinkan. Bajunya lusuh, rambutnya acak-acakan, dan bau badannya asing banget. Rayn kaget waktu Sinta bilang kalau dia mau pergi jauh, jauuuh banget, abis itu dia peluk Rayn. Rayn sempet mikir kalau ini cuma prank tapi waktu seolah berjalan begitu cepat, Sinta lompat dari atas gedung berlantai 3.
Setelah kejadian itu, Rayn sendiri, bener-bener sendiri. Arya tau kan kalau 6 tahun lalu orang tua Rayn udah nggak ada, jadi Rayn pikir cuma Saga temen yang Rayn punya. Tapi Rayn salah, ternyata Rayn cuma jadi beban dihidup Saga, Rayn cuma benalu. Saga bilang Rayn nggak boleh deket-deket lagi sama dia, Saga bilang Rayn cuma parasit di keluarga dia. Saga bilang dia muak lihat Rayn ngejar-ngejar Saga terus. Dan Saga bilang Rayn lebih baik nggak punya kaki sekalian biar Saga hidup tenang, dan doa itu dikabulin tuhan.
Rayn jadi gadis yang nggak berguna lagi, cuma bisa nyusahin orang lain."

Arya yang mendengar cerita Rayn mulai tersentuh, ia cium puncak kepala Rayn lalu dipeluknya erat pundak rapuh gadis itu. Cukup lama hingga Rayn sendiri yang melonggarkan pelukannya, merebut ponsel Arya kembali lalu asik memutar videonya kembali.

"Dua kakak kamu dimana? Tadi kamu bilang kalau kamu sendiri waktu itu, terus mereka kemana?" tanya Arya tiba-tiba.

Rayn tertawa kecil mendengar pertanyaan Arya, ia pikir mungkin Arya akan membuat sebuah biografi tentang dirinya.

"Ada kok, tapi mereka punya urusan yang lebih penting ketimbang mengurusi kisah percintaan Rayn. Ada salah paham juga dikeluarga kita, jadi kita nggak terlalu deket. Dan Rayn nggak perlu cerita yang satu ini kan?"

Arya menggaruk kepalanya yang tak gatal, ia merasa menjadi wartawan disituasi yang tidak tepat. Setelah itu keduanya diselimuti keheningan hingga suara Maya memecah keheningan dikeduanya.

----


Lampung, 2021 🌾

EccedentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang