Part. 9 Patah
"Maaf, seharusnya aku tak membuatmu begitu membenciku."
Saga Adhiputra.
" R... Rayn, ini bener kamu?"
Nafas Rayn tertahan. Suara ini, suara yang dulu begitu ia puja, namun dengan kejamnya mengucap beragam kata tercela. Begitu tajamnya hingga ia tak ingin mendengar suara ini lagi.
Rayn menghempaskan tangan yang ada di pundaknya, ia kembali memutar rodanya. Namun kembali lagi pria itu menahan Rayn dengan kuat, hingga membuat Rayn hilang keseimbangan yang membuat Rayn terjatuh, lututnya terbentur keras. Rayn meringis kesakitan air matanya menetes begitu saja.
Arya tergopoh-gopoh berlari menggapai Rayn, tapi langsung ditepis.
"Pergi!"
Arya kembali meraih tangan Rayn, dan ditepis lagi olehnya. Rayn berteriak histeris mencuri perhatian para tamu, saat ini semua mata tertuju pada Rayn dan Arya.
Arya tetap mencoba menenangkan Rayn dengan menyentuh lembut pipinya, tapi pria tadi berkata lagi yang membuat Rayn kembali histeris.
"Rayn, maafin aku. Aku mohon maafin aku, Rayn. Aku tau kamu masih Rayn ku yang dulu kan? Kamu masih tetep jadi hujan ku kan, Rayn? Rayn jawab!"
"Jangan sentuh!" Rayn menolak kala Arya ingin menenangkannya.
Suasana menjadi tidak kondusif, saat pria itu memeluk erat Rayn. Arya menatap tak percaya, bagaimana pria itu mengenal Rayn.
"Lepas, Brengsek!"
Rayn melepas kasar pelukan pria itu, ia menahan segala sakitnya untuk menjauh darinya. Pria itu mendekat dan langsung mendapat tamparan keras dari Rayn.
"Pergi, Saga, semua udah berakhir, pergi!" sentaknya keras.
Pria yang tak lain bernama Saga itu menatap sendu Rayn.
"Tak ada kesempatan lagi, Rayn?"
"Kau memintaku pergi dan mengatakan bahwa harusnya aku tak memiliki kaki agar tak lagi mengejarmu bukan? Dan saat itu juga tuhan mengabulkan permintaanmu, lalu apalagi sekarang, apalagi pintamu? Aku membencimu, menjauhlah dariku, aku juga ingin bahagia!"
Rayn mengucapkan kata itu dengan suara bergetar, ia tak ingin terlihat lemah. Tapi pertahanannya runtuh kala Arya dengan cepat membopongnya dan membawanya keluar ruangan.
"Maaf Rayn, maaf! Aku akan tetap memperjuangkanmu walau itu artinya aku harus kehilangan hal besar dalam hidupku!" teriak Saga menggebu, Rayn mendengarnya begitu juga dengan Arya, ia semakin mengeratkan gendongannya dan berjalan semakin cepat kearah lift.
Didalam ruangan semua kacau. Gadis dengan pecahan gelas ditangannya itu meringis, kenapa Rayn datang begitu cepat, haruskah ia semakin menderita karena pacarnya lebih peduli pada Rayn?. Sudahlah ia harus menenangkan Saga.
Gadis itu mendekat, menyentuh lembut bahu bergetar Saga lalu memeluknya. Prianya tengah rapuh sekarang jadi ia harus menjadi penguatnya.
"Aku ketemu Rayn, Nia, dia didepanku. Dia benar-benar nyata. Aku harus meminta maaf padanya, aku sayang dia." Racau Saga yang membuat ngilu hati seorang Kania.
***
Pecahan kaca yang memenuhi lantai kamar, kursi roda yang terjungkal jauh dipojok ruangan, selimut hingga seprai teronggok di depan kamar mandi menandakan betapa kacaunya sang pemilik kamar hingga semua barangnya terhempas jauh dari tatanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast
Narrativa generaleKisah gadis 21 tahun bernama Rayn mengalami kelumpuhan total yang kecil kemungkinan dapat berjalan secara normal, hidupnya yang hanya seputar hitam dan putih perlahan kembali berwarna seiring hadirnya seorang wartawan TV swasta bernama Arya laksmana...