Part. 13 Pertengkaran Kecil
"aku merasa menjadi orang ketiga dalam hubunganku sendiri."
Kania Azzahra
"Rayn, coba deh."
"Belum dicuci, itu kotor."
"Coba dulu, segigit aja initu enak, ada manis-manisnya gitu."
Arya merasa pagi ini menjadi pagi yang istimewa untuknya, jika dipagi sebelumnya ia akan menjumpai Rayn dengan wajah datar pucatnya, tapi kali ini Rayn terlihat lebih ceria, sinar wajahnya terpancar sempurna, canda dan tawanya juga terasa nyata untuk Arya.
"Enggak, nanti dimarah bunda."
"Hilih... cuma bunda, serahin aja semua ke aku, Rayn."
"Apa yang mau diserahin, Bang?" Maya menengahi perdebatan mereka.
Memang Arya tengah memaksa Rayn untuk menggigit wortel yang dipegangnya, menghasut Rayn agar memakan wortel seperti kebiasaanya.
"Bukan apa-apa, Bun, lagi bercanda doang sama Rayn." Arya meringis memamerkan deretan giginya.
Rayn merebut wortel dari tangan Arya, wortel yang bahkan tinggal setengah setelah di gigiti oleh kelinci berwajah tampan itu. Menatapnya sebentar lalu menggigit potongan kecilnya. Awalnya Rayn meringis, menunggu sensasi pahit atau asam dari sang wortel, tapi nyatanya wortel itu berasa manis seperti yang dikatakan Arya tadi. Rayn kembali menggigit wortelnya hingga hampir habis tanpa sisa.
"Ekhem... doyan, Neng?" Arya mengangkat alisnya menggoda Rayn.
"Kata Arya tadi suruh nyoba," kilah Rayn membela diri. "Lagi pula lebih enak brownies Bunda daripada wortel punya Arya".
Sontak ibu-ibu yang awalnya sibuk memilah sayur menjadi tertawa terpingkal-pingkal mendengar celotehan polos Rayn. Arya sendiri sudah memanas kedua pipi hingga menjalar ke telinganya, tahu 'kan apa yang difikirkan Arya saat Rayn berucap demikian? Hem... intinya seperti itu. Maya menepuk ringan lengan Rayn lalu mengusapnya lembut.
"Nanti mampir kerumah Bunda dulu ya, kita bikin brownies coklat kesukaan Rayn sama-sama."
***
"Kamu mau kemana?""Papa nyuruh ke kantor bentar."
"Ke kantor apa nyamperin Rayn?"
Saga menghentikan langkahnya, saat ini keduanya tengah berada di rumah Kania. Ya... pagi-pagi sekali Kania sudah menelepon Saga untuk datang ke rumahnya, katanya ada sesuatu yang ingin dibicarakan. Tapi sudah 1 jam menunggu dan Kania bahkan tak membuka suara pun. Jadi Saga berlagak seolah ada janji dengan ayahnya.
"Nggak ada urusannya sama Rayn." Saga menyahut singkat lalu melanjutkan langkahnya.
Kania menahan lengan Saga yang hampir mencapai pintu, mata nya berkaca menatap tepat pada netra gelap Saga, kepalanya menggeleng lalu menarik Saga untuk duduk kembali pada sofa ruang tamu itu.
Kania menempatkan kepalanya pada bahu lebar Saga, tangannya bergelayut pada lengan kokoh sang pacar. Mata yang tadi berkaca kini mulai menitikan air mata, isakan kecil terdengar dari mulut Kania. Saga yang tak tahu haris berbuat apa hanya mengelus singkat puncak kepala Kania dengan gerakan yang begitu kaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast
General FictionKisah gadis 21 tahun bernama Rayn mengalami kelumpuhan total yang kecil kemungkinan dapat berjalan secara normal, hidupnya yang hanya seputar hitam dan putih perlahan kembali berwarna seiring hadirnya seorang wartawan TV swasta bernama Arya laksmana...