"Gue melakukan apapun yang gue mau karena itu hidup gue, lo gak berhak buat ngatur gue." -- Atlantik Pasifik
•••
Di malam yang gelap seorang gadis berdiri diatas jembatan, dengan motor yang dia tepikan di pinggir.
Gadis itu merentangkan tanganya, lalu berteriak kencang, sambil memegang kepalanya. Terlihat jika gadis itu seperti merasa prustasi akan sesuatu. Sembari melihat kebawah, dibawah sana arus air terlihat sangat deras. Lalu kembali menaiki motor hitam miliknya.
Seketika ia merasa pusing,dia memegang kepalanya. Sekelibat bayangan tiga anak kecil yang sedang bermain, dan tertawa tiba-tiba melintas begitu saja.
Setelah meredakan rasa sakit pada kepalanya lantas ia menghidupkan motor ninja hitam miliknya. Lalu melesat menuju rumah yang selama ini ia tinggali. Sebuah rumah kontrakan kecil yang selama ini dia sewa.
Hidup sendiri membuatnya harus berkerja di usia muda, walaupun begitu ia tak pernah mengeluh sedikit pun, jika ada yang bertanya mengapa ia berkerja. Dia akan menjawab "Gue makan pakai kalau gak kerja. "
Aleo namanya. Gadis itu tidak tahu siapa keluarga nya, ia hanya mengingat saat itu dia tertabrak mobil, sehingga dia harus menginap disebuah rumah sakit. Untung saja ada orang baik yang mau membiayakan adminstrasi.
Aleo menghempaskan tubuh nya diatas kasur kontrakan miliknya. Setelah berdiam diri beberapa saat ia berjalan menuju almari miliknya. Dia mendekati dan membuka almari tersebut.
Sebuah kalung perak terlihat mengkilau dengan ukiran huruf yang membentuk namanya disana 'ALEO' ia pun sebelumnya tak ingat dengan namanya sendiri sehingga saat melihat kalung ini yang terpasang di lehernya ia tahu, kalau namamya adalah yang terukir di kalung tersebut.
Mengingat seseorang yang menolongnya mengatakan kalau kalung ini sudah terpasang dileher nya ia jadi yakin kalau itu benar-benar namanya.
Aleo kembali meringis memegang kepalanya, kilatan ingatan itu kembali muncul di kepalanya. Lalu ia menuju nakas mengambil sebuah obat botol lalu meminumnya sehingga rasa sakit yang ada dikepala nya seketika mereda.
Ia memijit pelipis hidung nya saat merasakan pusing. Aleo menggengam erat kalung yang berada ditangan nya. Kalung yang membuat ia mengenali siapa dirinya. Disaat merasa terpuruk karena sesuatu entah kenapa hanya kalung ini yang membuat dirinya tersenyum.
Entah apa yang ada di dalam kalung perak ini, yang ia tau saat melihat kalung ini semua masalah yang dia jalani seakan menghilang.
"Yaza," gumam Gadis tersebut.
•••
"Valorant," gumam Pak Randi.
"Ada apa,Pak?" tanya Pak Subroto.
"Sekumpulan anak-anak itu kenapa cepat sekali berubahnya, dulu mereka anak yang baik-baik, dan tidak nakal."
"Mungkin karena pertikaian tahun lalu, Pak," jawab Pak Subroto.
"Tapi, untung saja mereka masih mengutamakan pendidikan walaupun kadang mereka bolos demi geng yang mereka bangun. Saya sangat mendukung adanya Valorant."
Para guru yang berada diruang rapat hanya menatap bingung ke arah kepala sekolah tersebut, kecuali Pak Subroto yang hanya tersenyum singkat menanggapinya.
"Walaupun kadang mereka suka membuat kerusuhan, tapi dengan adanya mereka sekolah kita tidak kalah menariknya dengan sekolah sebelah."
"Saya setuju, Pak." Sahut para staf guru.
Berbagai perbincangan anatara para guru yang membahas Valorant cukup berlangsung lama, pada intinya ada juga guru yang tak menyukai kehadiran Valorant, tapi mereka tak bisa membicarakan hal ini sebab jika kepala sekolah sudah mengatakan A, maka jawabanya akan tetap sama.
Tak sedikit pula guru yang menyukai Valorant, mereka hanya berharap anak Valorant akan terus mengabdi kepada negeri, dan terus berguna bagi nusa dan bangsa.
Valorant sangat berpengaruh besar di sekolah ini, dalam bidang prestasi akademik maupun Non akademik yang jelas Valorant tidak merugikan Sma Axendaria, lantaran prestasi yang dimiliki mereka.
•••
"Aleo, woi Aleo."
Aleo melihat ke belakang di mana terdapat tiga gadis cantik yang mendekat ke arah nya, sementara salah satu diantara mereka menatap Aleo dengan tatapan senduh.
"Apa?"
"Tungguin kita kenapa sih," ujar Kila.
Lalu ke empat gadis ini berjalan menuju kantin, padahal hari sudah menujukan pukul 9:00 pagi, setelah melewati pagar mereka lamgsung menuju kantin, tanpa menuju kelas.
Mereka berjalan begitu santai tanpa menyadari di depan sana ada seorang guru tanpa ditumbuhi rambut dikepala nya, kaca mata yang bertenger manis dihidung nya, dan penggaris kayu yang selalu berada di tangan nya berdiri dengan tatapan tajam.
Lelaki paruh baya tersebut nampak berjalan mondar mandir, Denista yang merasa ada sebuah ancaman di depan mereka lantas menyeret ketiga temanya, menuju salah satu gudang untuk bersembunyi.
"Denista, kenapa nyeret Killa sih," rajuk Killa lantaran Denista menyeret nya secara tidak wajar, dengan cara menyeret kerah baju nya.
"Killa diam dulu deh, itu ada Pak Prokoso, lo mau dihukum dan berakhir kayak beberapa waktu lalu?" sosor Chalista.
Yang dibalas gelengean kepala oleh gadis itu. Pak Prokoso mulai melangkah menuju ke arah gudang dengan tongkat kayu yang masih berada ditangan nya. Ia perlahan berjalan mendekati gudang tersebut.
Lalu berhenti tepat di depan pintu gudang sambil memperhatikan sekeliling,mata tajam seakan ingin menerkam siapa saja yang berada disekitarnya.
Sedangkan empat gadis yang berada dibalik pintu, terdiam menahan nafas mereka. Karena nyatanya telinga Pak Prokoso itu sangat tajam.
Setelah dirasa nya aman Pak Prokoso berjalan menuju kantor, sebelum dihentikan oleh suara barang jatuh yang berasal dari gudang.
Bruk
Sebuah kotak yang diketahui berisi kertas jatuh berserakan dari atas lemari membuat ketiga cewek ini menatap tajam Kila yang tengah cengengesan. Ia menunduk ketika teman-temanya menatap tajam dirinya.
Pak Prokos segera berjalan menuju gudang kembali. Langka kaki Pak Prokoso membuat keempatnya berkeringan dingin. Suara langkah kaki makin terdengar jelas hingga....
•••
How Are you today?
Mugunghwakkojjipioes sseomnida.
Dor
Tinggalin jejak!
KAMU SEDANG MEMBACA
Leader Cassanova (Revisi)
Fiksi Remaja(KENAPA HARUS NUNGGU END KALAU BISA BACA SEKARANG ?!" Berkisah tentang sejumlah murid yang terkenal nakal, tidak tahu aturan namun memiliki rupa yang menawan otak yang cemerlang. Mereka yang awalanya kelihatan baik, hingga menunjukkan sifat mereka y...