Tepat pukul tujuh pagi, Ningsih sudah berada di warung makan. Faiz yang hendak mengantar Fathan sekolah, sampai terbelalak ketika melihat keadaan Ningsih yang sudah demikian bugar.
"Ningsih," kata Faiz. "Sudah sehat?" senyum semringah muncul dari bibir Faiz.
"Sudah baikan mas, Alhamdulillah."
"Beneran sudah bisa bekerja hari ini?" tanya Faiz, masih belum memercayai penglihatannya.
"Sudah mas. Kondisiku sudah lumayan kok. Tak ada yang perlu dikhawatirkan," jelas Ningsih.
"Maafkan saya ya Ning. Semalam kan udah janji mau ke tempat kamu. Mau nemenin kamu periksa ke dokter."
"Saya udah pergi sama mantan suami saya mas, kemarin siang. Ke klinik dokter terdekat,"
"Oh..." dan bunyi huruf O yang membesar itu malah terdengar berbeda di telinga Ningsih. Dia bisa merasakan jika suara itu bercampur perasaan kecewa.
"Ya diberikan obat baru mas. Obat yang mas belikan di apotik juga diminum. Kata dokter, nggak papa. Makasih banget mas,"
"Sama-sama Ning. Tapi beneran udah sehat ini ya? Jangan angkat yang berat-berat dulu. Jika di dapur, jangan terlalu kecapean dulu."
"Iya mas,"
"Ya sudah, saya ngantar Fathan sekolah dulu ya Ning. Titip masakan. Ada ibu kok di dalam."
"Ya mas,"
Faiz lantas menuju ke arah motornya. Ningsih masih tegak di depan pintu ruko. Akhirnya Ningsih membuka rolling door. Dia mulai melakukan aktifitasnya seperti biasa. Hingga ibu Narti muncul di belakangnya.
"Sudah sehat Ning?"
"Sudah Bu. Sudah agak baikan."
"Tapi obatnya tetap diminum ya. Jadi sudah berobat?"
"Sudah Bu. Sama mantan suami kemarin."
Tidak Faiz, tidak juga ibunya. Ibu Faiz itu hanya ber-oh panjang. Sama demikiannya seperti Faiz tadi. Lagi-lagi Ningsih seperti mendengar ada nada kecewa saat berucap kalimat itu. Ningsih dapat merasakan hal tersebut.
Sampai akhirnya Ningsih mulai melakukan pekerjaannya seperti pagi biasanya. Ia mulai menyapu dan mengepel lantai.
***
Hari ini Faiz begitu memerhatikan Ningsih. Faiz lebih banyak melarang ini itu. Bahkan, Faiz sendiri yang turun tangan mencuci piring. Dia tidak ingin Ningsih bekerja lebih keras hari ini. Dia masih belum yakin, fisik Ningsih sudah lebih baik.
Ningsih merasa tidak enak. Apa-apa dilarang. Mengerjakan ini dilarang. Itu dilarang. Ningsih sudah biasa mondar mandir dengan lincah. Namun khusus hari ini apa yang dikerjakannya kebanyakan nggak boleh.
"Aku sudah sehat mas. Yakinlah. Kalau justru aku nggak banyak bergerak nantinya malah badanku jadi makin tidak enak."
"Pokoknya hari ini kamu jangan kecapaian dulu. Biar aku sama ibu yang lebih banyak bekerja hari ini. Kamu bantu-bantu sedikit dulu," putus Faiz. Dan Ningsih hanya bisa diam. Dia tidak mungkin membantah ucapan laki-laki itu. Lagipula maksudnya baik. Agar Ningsih tak kecapaian bekerja. Agar dirinya nggak jatuh sakit lagi.
Hingga siang harinya. Tepat pukul tiga sore, Faiz mulai mendekat pada Ningsih yang sedang duduk istirahat.
"Ning, hari ini kita tutup cepat. Sebelum magrib udah tutup."
"Lho, memangnya mau kemana mas?"
"Ibu ngajak makan di luar. Dan jikalau kamunya nggak keberatan, ibu kepingin kamunya ikutan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dikejar Mantan Suami(Ada Di KBM App)
RomanceRank #1 kategori Ningsih-30 Maret 2021 Rank #1 kategori Ningsih-2 April 2021 Rank #5 kategori Faiz-9 Mei 2021 Rank#4 kategori Faiz- 10 Mei 2021 Rank #4 kategori Faiz- 2 Agustus 2021 Rank #3 kategori suami- 3 Oktober 2021 Rank #6 katogeori Faiz-8 Jul...