4

1.2K 72 5
                                    

Ningsih membuka matanya saat dia mendengar suara ketukan dari pintu depan rumahnya. Ningsih melihat jam di dinding kamarnya pukul 6 kurang 15 menit. Siapakah gerangan yang menggedor pintu rumahnya sepagi ini?

Pintu masih diketuk dengan nada agak keras sehingga Ningsih dengan cepat turun dari tempat tidur, lalu keluar kamar, untuk kemudian membuka pintu depan.

Dan ketika pintu depan terbuka, dia melihat Faiz yang berdiri di hadapannya.

"Mas Faiz?" ucap Ningsih.

"Ning, aku kesini cuma mau ngasih tahu kamu, kayaknya warung makan nggak bisa dibuka hari ini?"

"Memangnya kenapa mas?"

"Ara muntah-muntah, dan aku bingung. Kalau nggak jualan, bahan sudah dibeli oleh kamu semalam, terus juga nggak ada pemasukan. Tapi kalau tetap jualan, bagaimanapun aku harus ke rumah sakit."

Ningsih juga ikut kebingungan. Terlebih dia masih merasa mengantuk. Ningsih kan baru terbiasa pergi bekerja jam setengah tujuh lewat. Sedangkan pagi ini jam 6 pun belum.

"Jadi, bahannya sudah dimasak mas?"

"Sudah, nasi 20 kg sudah dimasak. Kalau nggak jualan juga nasib nasi itu bagaimana."

Ningsih mulai berpikir. "Begini saja mas. Tetaplah berjualan. Mas Faiz nanti instruksikan saja sama aku apa yang harus kukerjakan."

"Tapi ini soal masakan, Ning."

"Mas bisa kan meracik bumbunya sebentar, nanti kan soal merajang sayur atau menggoreng-goreng ikan, ayam, tahu dan tempe, ada aku, juga ibumu."

"Tapi, kalian pasti kerepotan."

"Namun, untuk hari ini saja kan mas. Sudah masak sebentar mas Faiz bawa Ara ke rumah sakit. Nanti kan bisa aku sama ibu mas yang lanjutin masak"

Faiz diam dan menatap Ningsih. Ada kesungguhan dan semangat disana. Dia sebenarnya nggak tahu kalau ada kejadian ini. Jam 4 subuh tadi Faiz sudah bangun, lalu mencuci beras. Mengungkep ayam dan membumbui ikan. Memasak rendang. Namun tiba-tiba keasyikannya di dapur terhenti manakala ibunya histeris melihat Ara yang muntah-muntah. Pagi hari memang jam yang amat sibuk. Selain mengurus Fathan yang harus sekolah, ditambah kini kondisi Ara yang demam panas.

"Ya sudah, cepat kamu mandi. Aku tunggu. Kalau begitu tetap jualan. Nanti aku masak sebentar."

"Ya harus begitu mas. Sayang kan kalau nggak jualan. Para pelanggan pasti pada tanya warung makannya mas. Ya sudah, aku cuci muka sebentar ya mas. Nggak usah mandi. Nanti setelah agak siang mandi disana saja."

"Ya sudah, aku tungguin."

Ningsih tanpa membuang waktu langsung bergerak ke kamar. Dia mengambil handuk dan menuju kamar mandi. Dia hanya mencuci mukanya lalu berganti pakaian. Tak lama, dia sudah ke depan. Mengunci pintu dan menemui Faiz yang sudah menghidupkan mesin motornya.

Motor pun berjalan menuju ruko Faiz yang hanya ditempuh dengan waktu 15 menit saja.

***

Begitu sampai, Faiz langsung meracik bumbu untuk memasak malbi. Dia memotong kacang panjang. Melakukan pekerjaan yang tersisa, karena tadi pagi ia sudah bergerak cepat.

Ningsih sama lincahnya dengan Faiz. Dia langsung memotong tomat. Memetik cabe. Memetik daun ubi, juga melakukan pekerjaan lain sebisanya.

Dan terlihat Faiz memasukkan santan kental ke dalam kuali untuk membuat kuah gulai.

Ningsih menatap laki-laki itu yang tengah memasak. Laki-laki itu nampak telaten. Selain pintar memasak, Faiz juga telaten melayani pengunjung yang datang.

Dikejar Mantan Suami(Ada Di KBM App) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang