[Pertama]

2.4K 217 16
                                    

Jeon Jungkook tidak tahu apa yang membuatnya begitu emosi—melihat dinding pengumuman urutan peringkat kelas, mendengarkan celotehan si Park Jimin yang begitu bahagia, ataukah mendengar teman-teman nya berbicara tanpa henti untuk memuji kepintaran dan kecantikan si Park Jimin itu.

Ia mendenguskan napas kasar sebelum berbalik dan berjalan menuju toilet, menjauh dari keramaian dengan langkah gontai. Lantas ia membuka keran wastafel, mencuci tangannya sebelum akhirnya membasuh wajahnya dengan sedikit air.

Ia kemudian mengangkat kepala dan menatap dirinya sendiri disebuah cermin besar, Jungkook menutup matanya sebelum kembali menghembuskan napas pelan—mencoba meredakan amarahnya sendiri. Jungkook tak pernah suka dengan kenyataan bahwa ia harus kalah lagi dari si populer dan sombong Park Jimin.

Ia benci.

Ia benci ketika ia harus berada diurutan kedua sejak kelas satu, katakanlah ia tidak bersyukur dengan yang ia dapatkan sekarang. Namun, selain tuntutan dari kedua orang tuanya, sifat Jimin yang menurutnya manja dan sombong itulah yang membuatnya semakin berambisi untuk merebut peringkat pertama.

Matanya terbuka dengan cepat ketika suara pintu toilet dibuka merasuki telinga tajam miliknya, tanpa perlu berbalik ia dapat melihat melalui cermin siapa yang masuk kedalam bilik toilet—itu Park Jimin.

Sesaat sebelum Jimin menutup pintu biliknya, ia tersenyum manis ke arah cermin dengan sengaja, Jungkook yang melihat itu tentu saja tidak suka.

Emosinya kembali muncul bersamaan dengan hilangnya presensi pria mungil itu dibalik pintu bilik berwarna coklat tua. Jungkook mengusap wajahnya dengan kasar dan kemudian pergi melangkah keluar dari toilet.

ホタル᭄✶

"Oh, maaf Jungkook" Jungkook tak berekspresi apapun ketika seseorang yang menabraknya secara tidak sengaja —meminta maaf kepadanya, Jungkook masih memperhatikan lamat-lamat pria yang menabraknya tadi —itu Park Jimin.

Kenapa ia harus sering bertemu dengan Jimin? Selalu saja pria itu.

Jimin lantas pergi setelah mengucapkan maafnya pada Jungkook, namun si Jeon rupanya tersulut emosi melihat wajah si Park. Lantas dengan tangan mengepal ia mengikuti langkah Jimin, ketika dalam jarak yang begitu dekat ia berusaha menahan dirinya sendiri untuk tidak berbuat yang lebih. Pada akhirnya ia hanya menarik bahu kecil itu dan menghalangi jalan pria bermarga Park tersebut.

"Kau sengaja, kan?" Jungkook bersuara dengan penuh penekanan disetiap kalimatnya, terdengar jelas tiap emosi dan kemarahan dalam nada bicaranya, Jimin sebenarnya sedikit takut dengan tatapan tajam pria itu,namun ia mengernyitkan dahinya heran ketika melihat si Jeon yang begitu marah.

Seperti perempuan sedang dalam menstruasi saja, pikirnya sesaat.

Jimin tampak berpikir beberapa saat sebelum senyuman manis namun tampak seperti mengejek terlukis indah diwajah manisnya, ia lantas terkekeh kecil dan hal tersebut menimbulkan tanda tanya dari si Jeon yang masih setia menatap tajam manik miliknya.

Seisi koridor jelas memperhatikan kedua murid pintar nan populer itu dengan bisik-bisikkan kecil.

"Kenapa begitu marah? Aku kan sudah minta maaf" Jimin melipat kedua tangannya didepan dada dengan dagu yang sedikit terangkat, melihat Jungkook dengan senyuman dan tatapan yang penuh arti.

"Ah.. aku sepertinya paham. Kau tampaknya marah bukan karena aku tidak sengaja menyenggolmu kan tuan Jeon? Kau marah karena kau tak bisa mengalahkanku sejak kelas satu" Jimin tersenyum dan mendekatkan wajahnya kearah Jungkook yang wajahnya masih datar-tak berekspresi. Meskipun demikian, gurat-guratan marah diwajahnya tampak begitu jelas.

Hotaru [ ホタル ] || KM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang