Kedua temannya yang melihat kedua bahu kecil milik Jimin mulai bergetar hebat dengan isakkan kecil yang keluar dari bibir manis milik Jimin, merasa terkejut sekaligus panik. Seokjin lantas memeluk Jimin dengan erat—sedangkan Yoongi masih berdiri ditempatnya sembari memandangi Seokjin dan Jimin yang berpelukkan.
Jimin menangis hebat didalam pelukkan Seokjin, pria tinggi itu kemudian mengusap lembut pucuk kepala Jimin dengan perlahan, mencoba menenangkan pria itu. Yoongi kemudian mendesah pelan sebelum mengedarkan pandangannya kearah sekitar seraya menyandarkan tubuhnya kedinding— kedua mata kecil miliknya lantas membulat ketika ia menemukan Jungkook yang tengah berdiri mematung menatap ketiganya— diambang pintu masuk toilet.
Yoongi menarik napas panjang, ia kemudian mengalihkan atensinya pada Jimin dan Seokjin yang masih memeluk satu sama lain—dan Jimin yang masih sedikit terisak. Beberapa orang mulai memasukki toilet dan membuat keadaan toilet menjadi sedikit ramai, Yoongi kemudian berinisiatif untuk mengajak Seokjin dan Jimin untuk pergi saja dari toilet—terlebih lagi karena adanya presensi Jungkook disana. Yoongi rasa itu bukanlah hal yang bagus.
Yoongi menyentuh lengan Seokjin dan berdehem dengan pelan, pria tampan itu lantas melepaskan pelukannya dan menghapus air mata milik Jimin—ia kemudian menenangkannya dan memberikan Jimin selembar tisu untuk mengelap pipi nya basah.
"Terimakasih, Seokjin-ah. Yoongi-ah" Jimin tersenyum, suaranya terdengar begitu serak karena ia menangis sedari tadi didalam pelukkan Seokjin.
Ketika tubuh Seokjin berjalan kearah samping Jimin dan membuat jarak pandang Jimin meluas, hal pertama yang Jimin lihat adalah Jeon Jungkook yang sedang berdiri seraya menatap ke arahnya dengan tatapan yang begitu datar dan dingin.
Jungkook dapat melihat kedua mata milik Jimin yang membengkak dan hidung pria itu yang memerah—ada sesuatu yang membuat hatinya terasa begitu tidak nyaman ketika melihatnya. Ia sendiri pun tidak tahu apa dan mengapa, sebab ia tak pernah merasakan hal yang semacam itu sebelumnya.
Ketika kedua netra mereka saling bersirobok untuk beberapa saat—Jimin menjadi yang pertama untuk melepaskan tautan kedua netra mereka —ketika Seokjin merangkulnya untuk berjalan pergi dari sana.
Ketiganya kemudian melangkah pergi dari sana—meninggalkan Jungkook yang masih mematung disana. Jungkook lantas menggelengkan kepalanya beberapa kali—mencoba menghempaskan segala rasa penasaran yang mulai menggerogoti hatinya.
Ia tidak seharusnya perduli. Sama sekali bukan urusannya, bukan?
ホタル᭄✶
"Jimin? Saya minta tolong kamu untuk mengambil buku tugas yang kemarin dikumpulkan, berada diatas meja saya" Jimin memutar bola matanya dengan malas ketika mendengar hal tersebut, namun apa boleh buat? Ia takkan mungkin bisa menolak permintaan Yumi ssaem yang sangat garang jika tidak ingin merah-merah karena dicium oleh penggaris panjang milik Yumi Ssaem.
Jimin hanya mengangguk pelan dan kemudian beranjak dari kursinya —melangkahkan kaki nya kearah kantor guru untuk mengambil buku tugas mereka.
.
"Duh" Jimin mengaduh ketika bahu kecilnya tidak sengaja bertabrakkan dengan seseorang, buku-buku berat yang berada didekapannya lantas terjatuh dan berserakan dilantai lorong.
"Maaf?" Jimin merasa begitu asing dengan suara seorang pria tersebut—Jimin menaikkan pandangannya untuk menatap wajah pria tinggi tersebut. Lantas, dalam sekejap mata —Jimin langsung membeku ditempatnya berdiri, kedua netra miliknya masih terpaku kepada sesosok pria tinggi dan tampan dihadapannya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hotaru [ ホタル ] || KM
FanfictionJungkook selalu membenci Jimin yang selalu berada lebih tinggi darinya, sampai ia melihat luka yang tak pernah ditunjukkan Jimin pada siapapun. ‼️ Bxb, hurt/comfort, harsh words, toxic relationship,mentioning cheating, broken home, bad diction, men...