[Keenam]

1.1K 157 12
                                    

Note:

Ada sedikit tambahan di chapter sebelumnya pada bagian akhirr, kalo ada yang udah baca dluan part kmrn boleh balik dikit ke part sebelumnyaaa~ im sorry🥺🙏 cuma dipenghujung aja kok. Anyway, cetak miring itu flashback ya😬

———————————————————

"Dasar wanita tidak tahu diuntung! Sudah bagus aku akan memberikanmu uang yang layak untuk hidup!" Meski samar, Jimin masih mengerti betul apa kalimat yang keluar dari mulut sang ayah. Jimin kecil yang berumur 6 tahun hanya bisa menangis sembari memeluk lutut kecilnya dibalik pintu kamar yang terkunci dari luar. Seluruh tubuhnya bergetar—air matanya tak pernah mau berhenti bahkan ketika ia sudah begitu lelah menangis.

"Maka izinkan aku untuk membawa Jimin, lalu aku akan menerima semua perjanjian ini, dan kau bisa hidup sesukamu, Jeongsu" Jimin lantas mengangkat kepalanya ketika mendengar suara lembut sang ibu meskipun samar-samar ditelinganya.

"Tidak! Kau pikir kau bisa merawatnya dengan baik? Jangan harap. Cepat tanda tangani saja surat perceraian dan perjanjiannya, atau aku akan membunuh anakmu itu?" Mendengar hal itu, Jimin kecil lantas terbelalak, hatinya semakin mendung diselimuti ketakutan luar biasa. Apakah ayahnya akan membunuhnya? Apakah ayahnya membencinya dan juga ibunya? Tapi mengapa?

Kakinya terlalu pendek untuk meraih gagang pintu, tubuhnya terlalu kecil dan lemah untuk bisa mendobrak pintu kayu yang terkunci. Lagipula apa yang bisa diharapkan dari seorang bocah berumur 6 tahun?

"Jika kau menyayangi Jimin, kau harus menandatanganninya Sohye! Kau mau kehilangannya?!"

"Maafkan ibu, Jimin" sang ibu menandatangani surat perceraiannya dan juga surat perjanjian gila yang ia harus setujui dengan paksa. Tangannya gemetar ketika ia menandatangani kedua surat yang sangat berpengaruh bagi hidupnya—dan terlebih anak tunggal kesayangannya, Park Jimin kecilnya yang manis.

"S-setidaknya izinkan aku memeluknya sekali lagi, setelah itu aku akan pergi seperti yang kau katakan, aku takkan muncul dihadapannya lagi setelah ini, aku berjanji Jeongsu" Suara nya terdengar begitu rapuh—bergetar karena ia menahan tangisnya agar tidak pecah disana. Hatinya tak rela meninggalkan anaknya yang bak malaikat tersebut didalam sebuah kubangan api neraka.

"Izinkan aku bertemu Jiminku, untuk yang terakhir kali" Suara parau wanita itu terdengar jelas ditelinga Jimin kecil, batinnya sakit. Jimin kecil mulai merengek dan memukul-mukul pintu kayu meskipun dengan tenaga yang tidak seberapa—ia juga ingin bertemu ibunya. Dan apa maksudnya 'bertemu untuk terakhir kalinya?'

Namun yang terjadi selanjutnya tidak pernah sesuai dengan angan, Park Jeongsu yang malah tersulut emosi justru melemparkan sebuah kursi kearah pintu kamar dimana Jimin berada—menimbulkan suara yang sangat keras bahkan hingga Jimin harus terjatuh kebelakang karena ia terkejut dengan hebat. Kedua tangan kecilnya begitu sakit bersamaan dengan hati kecilnyajantungnya bekerja duakali lipat lebih cepat bersamaan dengan keringatnya yang mengucur dari pelipisnya.

"Hentikan! Aku akan pergi, jangan sakiti Jimin demi apapun Jeongsu" Wanita bernama  Park Sohye tersebut kemudian meraih kopernya yang telah disiapkan—ia lantas berjalan dengan langkah kaki yang terasa begitu berat bersamaan dengan air matanya yang terus mengalir.

Hatinya begitu sakit, ia benci akan kenyataan bahwa ia kalah dengan takdir. Ia kalah, ia tak bisa membawanya malaikat kecilnya bersamanya, ia tak bisa memeluk dan menyaksikan malaikat kecilnya tumbuh menjadi pria yang tampan.

Itu semua kini hanya menjadi sebuah angan untuk Sohye. Dan dikamarnyaJimin kecil hanya bisa menangis tanpa bisa mencegah ibu nya pergi.

Hotaru [ ホタル ] || KM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang