20. Malam Liar

130 6 3
                                    

"Entah mana yang lebih buruk, dikhianati atau menjadi bagian dari sebuah pengkhianatan"

"Entah mana yang lebih buruk, dikhianati atau menjadi bagian dari sebuah pengkhianatan"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

AKU 99% yakin sedang bermimpi. Alasan mengapa aku begitu yakin adalah, pertama, aku berdiri di bawah pohon berwarna oranye, dan di hadapanku berjejer pohon-pohon yang sama; pohon musim gugur. Padahal kita yakin bahwa tidak ada musim gugur di Indonesia yang memiliki iklim tropis—dan kedua, aku sedang menatap Arga. Padahal hubungan kami sedang rusak, jadi itu bukti solid untuk menguatkan teoriku tentang mimpi ini.

Dalam mimpi ini, Arga mengajakku memasuki mobilnya. Saat aku masuk ke dalam, ternyata ada anak Arga, Daffa. Aku duduk di depan, sementara Arga yang membawa mobil, lalu Daffa duduk di belakang. Sembari menyetir, Arga merangkulku. Namun kulihat raut wajahnya masam tanpa kehangatan. Sesekali Daffa mengajakku bersenda gurau selayaknya keponakan terhadap pamannya, walaupun di dunia nyata kami tak begitu dekat.

Selagi mobil berjalan, kusaksikan pemandangan musim gugur begitu indah; cerah. Berbeda dengan pancaran wajah Arga yang kulihat muram, hal itu membuatku takut dan merasa tidak nyaman.

Mimpiku berjalan begitu saja hingga aku lupa detilnya. Namun yang kuingat akhirnya kita berciuman dan berpelukan. Aku menangis entah karena apa.

Aku terbangun kaget—kelopak mataku terbuka lebar—dan terkesiap.

Hanya mimpi, kataku dalam hati. Itu tadi hanya mimpi. Aku menarik napas dalam-dalam, kemudian terlonjak lagi karena Rizky mengagetkanku.

"Woy! lo ketiduran juga? buruan siap-siap! kita 'kan malam ini mau ke Braga," cara Rizky membangunkan seperti menggrebek maling.

Aku masih dalam keadaan setengah sadar. Kulihat jendela, langit sudah mulai gelap.

Aku masih terfokus pada apa yang jadi mimpiku tadi. Ya, hanya mimpi. Namun di satu sisi aku penasaran apa makna dari mimpi tersebut. Masih terlihat jelas bayangan wajah Arga dengan raut masam yang ada pada mimpiku. Apa kini dia membenciku?

Kusadari saat ini aku tidak sedang berada di rumah, maupun di Depok. Aku berada di Bandung. Terbangun saat menjelang maghrib memang membuatku seperti orang tolol, celingukan dan tidak mengerti keadaan. Tertidur di sore hari begitu mengerikan.

"Woy! buruan siap-siap! malah lanjut bengong aja," sentak Rizky menyebalkan.

"Isssh! biasa aja kali! gue kaget nih. Bentar, gue mau kumpulin nyawa dulu baru mandi dan siap-siap!" ketusku.

     Aku langsung bergegas mandi dan bersiap-siap.

     Setelah itu, kami semua berangkat—meskipun macet, perjalanan tetap kami terjang. Hingga langit benar-benar gelap—sampailah kami di salah satu wilayah Bandung yang terkenal itu.

[BL] Red VelvetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang