9. Hari Merindu

205 10 0
                                    

"Jika dia meninggalkanku, duniaku tak akan sama lagi. Mungkin aku akan dahaga kasih, lalu meradang dalam sepi"

     Kami menjalani kehidupan sebagai sepasang kekasih yang ideal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kami menjalani kehidupan sebagai sepasang kekasih yang ideal. Kian hari ke hari, rasa cintaku pada Arga semakin tumbuh. Diiringi perasaan was-was, khawatir hubungan gelap kami akan terbongkar, khawatir dia akan mengkhianatiku, dan intinya aku khawatir kehilangan dia.

Selama 14 hari ini apa yang kami lakukan? Tentu kegiatan kami berjalan begitu saja seperti biasanya. Bisa dikatakan monoton. Namun, hal-hal wajar ini teramat membahagiakan rasanya.

Diawali pagi hari, dia memberiku pesan selamat pagi dan mengingatkanku untuk sholat subuh. Dilanjutkan dengan siang hari, kami saling bertukar kabar, bertukar lelucon, bahkan bergosip.

Meskipun terkadang—ada suatu waktu, yang dia selalu bicarakan adalah sahabat sejatinya, seorang polisi yang satu pangkat dengannya, kawannya sejak remaja, sekaligus rekan kantor satu ruangannya, juga tetangganya, dia bernama Randi. Bahkan mereka lahir di bulan dan tanggal yang sama, 10 Juli, meski beda satu tahun (Randi lebih muda). Aneh, mengapa semua bisa serba kebetulan.

Jujur saja itu sedikit membakar perasaanku. Tapi aku tahu diri, bahwa sejatinya kedudukan seorang sahabat lama lebih tinggi derajatnya dibandingkan aku yang hanya seorang selingkuhannya, kekasih gelapnya, apalagi usiaku yang lebih muda. Aku harus menerima hal itu, dan mencoba untuk mempercayai Arga.

Kami tidak setiap hari bertemu. Salah satu faktornya adalah Randi, karena seperti yang kukatakan tadi, mereka bersahabat dan mereka bertetangga. Otomatis, pasti akan ada pertanyaan dari Randi jika Arga lepas dari pandangannya. Walaupun sesekali, Arga selalu mencuri waktu agar bisa bertemu denganku. Saat Randi sedang piket misalnya.

Saat waktu itu ada, terkadang Arga datang ke kantorku hanya untuk sekadar makan siang bersama dan untuk melihatku. Atau sepulang Arga kerja, dia menemuiku di sebuah kafe langganannya, kafe Grace's House, kafe yang menyajikan makanan Asia yang pernah kuceritakan.

     Aku betul-betul muak dengan jatah pertemuan dengan kekasihku yang terbatas. Karena—kau tahu? Menahan rindu itu sulit. Tapi aku masih bersyukur karena melihat upayanya untuk menemuiku. Bahkan dia juga suka mencuri waktu jika aku tampil di kafe Starlight. Walau kedatangannya hanya sebentar.

     Satu lagi hal yang ingin kuceritakan soal Arga. Adalah, dia selalu memberikanku jatah uang mingguan! Hal pelengkap yang membuat permainan cinta kami lebih menyenangkan. He's really a sugar daddy figure! Dengan uangnya, aku bisa menabung lebih banyak.

     Tak lupa peran Nandha di sini, sebagai sahabatku—dia tentu menjadi penikmat langganan kisahku yang seru ini. Dia menjadi teman tergila sekaligus terbijaksana yang pernah kutemui. Bahkan pernah kudengar dia berkata dalam candanya, "keruk hartanya!" haha, sialan memang.

Tak luput, sebagai teman dia juga tak hentinya mengingatkanku soal posisiku sebagai 'simpanan', mengingatkanku akan hal-hal yang benar. Aku harus siap dengan segala kemungkinan-kemungkinan bahkan jika itu adalah yang terburuk. Terlepas dari itu, dia menyerahkan segala kebijaksanaan terhadapku, karena aku yang menjalani semua ini.

[BL] Red VelvetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang