2. Aku dan Papa

504 11 0
                                    

"Anehnya, semakin aku memilih untuk membenci Papa, semakin aku merasa kehilangan sosok laki-laki dalam hidupku, semakin pula aku merindukan Papa."

     Berbicara soal Papa, sebetulnya hubungan kami tak sedekat itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

     Berbicara soal Papa, sebetulnya hubungan kami tak sedekat itu. Ada banyak kejadian rumit menimpa keluarga kami.

Flashback...

Mama dan Papa bercerai pada saat usiaku masih 8 tahun. Itu sebelum aku tahu bahwa ternyata Mama adalah istri simpanan Papa. Usia Papa terlampau jauh lebih tua 15 tahun dibanding Mama. Saat mereka menikah, usia Mama masih 17 tahun.

Waktu masih kecil, aku tidak begitu paham dengan keadaan keluargaku, namun aku merasakan ada keanehan. Instingku terlalu liar untuk seorang anak-anak—aku mempertanyakan banyak soal.

Pertama, mengapa tidak ada foto pernikahan Papa dan Mama seperti teman-temanku saat aku mengunjungi temanku atau bahkan tetanggaku? Tidak sedikit dari mereka memajang foto pernikahan yang terpampang sejak aku memasuki ruang tamu mereka.

Kedua, kenapa Papa sangat jarang pulang ke rumah? Mungkin hanya seminggu sekali, atau malah pernah sampai sebulan sekali. Kenapa aku tak punya kesempatan untuk pergi ke mesjid bersama dengan Papa, seperti yang dilakukan teman-temanku?

Aku merasa ada yang janggal di kehidupan keluargaku. Sampai kemudian perceraian itu terjadi. Mama bilang, "Lucky, Mama sama Papa itu udah pisah. Kamu ikut mama ya..." tandasnya singkat. Aku hanya bisa mengangguk menyetujui karena masih lugu.

Bertahun-tahun aku ikut dengan Mama. Menjadi ekor untuk pencarian cinta sejati Mama. Masih dengan ketidaktahuanku. Beberapakali Mama mengalami kegagalan cinta. Sementara Papa? Entah kemana rimbanya.

Namun dengan seiring berjalannya waktu, aku mulai mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Aku hanya mengikuti alur kehidupan. Tidak ingin kritis karena segala pertanyaan diri atau kesimpulan aku simpan rapat-rapat.

Pasca perceraian Mama, kami mengungsi ke rumah Nenek. Kami menjadi beban baru untuk keluarga Nenek—Sedikit-banyak. Pada akhirnya yang mengurusku adalah Nenek. Sementara Mama, melanjutkan pencarian cinta sejatinya yang tak kunjung usai.

Sampai akhirnya, aku harus melanjutkan sekolah ke jenjang Menengah Pertama. Tentu akan membutuhkan biaya lebih untuk sekolahku. Maka dari itu, Mama memutuskan untuk bekerja sebagai penyanyi kafe di luar pulau, karena tawaran gaji yang cukup menggiurkan untuk pekerjaan yang sekadar bernyanyi di sebuah kafe. Mama memiliki suara yang bagus, dan bakat itu menurun padaku.

Ya, kafe—yang aku pikir pada awalnya. Namun ternyata—sampai akhirnya aku sadar bahwa ternyata tempat bekerja Mama di Bali bukanlah kafe, melainkan club yang terdapat fasilitas karaoke. Lalu apa jabatan Mama? Ya—kau tahu? menjadi pemandu lagu.

Sementara Mama mencari nafkah, aku melanjutkan sekolahku. Sesekali aku merindukan sosok Papa, meskipun sedari kecil hubungan kami tidak begitu dekat karena sekat, jarak, dan waktu.

[BL] Red VelvetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang