10. Cinta Tanpa Syarat

198 9 0
                                    

"Sanggupkah aku melepasnya, saat segalanya masih sangat terasa indah?"

 "Sanggupkah aku melepasnya, saat segalanya masih sangat terasa indah?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seminggu berlalu. Hubungan kami kembali normal. Walaupun intensitasnya kian berkurang. Biasanya kami selalu bercanda, tapi kali ini hanya saling bertukar kabar, bertukar foto kegiatan, ya hanya sebatas itu.

Ketakutan itu muncul lagi. Apa dia mulai bosan padaku? Tapi aku hempaskan pikiran itu dan tetap positive thinking. Mungkin memang hubungan akan selalu seperti ini, merenggang tanpa alasan.

Apa hubungan kami kekurangan afeksi? atau karena ada nafsu yang tidak tersalurkan sebagai energi hubungan kekasih, sehingga dia mulai sedikit agak jenuh akan hubungan ini.

Lagipula sudah terlalu lama juga rasanya, kami tidak saling meluapkan kasih sayang sejak hari pertama jadian. Kita sudah lama tak berciuman.

Aku merindukan ciuman itu. Bagaimana dia mengecup keningku, bagaimana dia menciumi bibir dan leherku, bagaimana dia meraih lidahku dengan lidahnya dengan nafas yang memburu. Sejujurnya, aku menikmatinya dan kali ini aku ingin melakukannya lagi.

Saat pikiran itu mengganggu hariku, juga mengganggu pekerjaanku di kantor, kebetulan dia langsung mengirimiku pesan. Kau tahu apa yang dia bahas? Sama dengan apa yang kupikirkan.

Arga: "Yang..."

Aku:  "Iya sayang?"

Arga: "Aku boleh jujur gak?"

Aku:  "Iya dong, harus. Ada apa?"

Arga: "Jujur. Aku takut kehilangan kamu. Tapi ada sesuatu yang harus aku sampein."

Aku:  "Iya apa?"

Arga: "Aku gak bisa kalo kita harus berhubungan seks."

Aku:  "Oh masalah itu. Iya, gak apa-apa. Santai aja. Aku juga gak ngarepin apa-apa koq. Aku bener-bener tulus."

Arga: "Yakin gak apa-apa? Gak bakalan ngerasa gak puas?"

Aku:  "Aku kirain hal yang penting. Ternyata soal ini. Ya jujur, meskipun aku penasaran, tapi seks bukan prioritas dan orientasi aku dalam berhubungan. Jadi ya gak apa-apa."

Arga: "Yakin. Lagian punya aku kecil, hehe."

Aku:  "Ya ampun sayang. Kalo aku ngikutin kamu. Kamu itu pemimpinnya di sini."

Arga: "Yaudah kalo gitu. Aku cuman takut aja. Takut karena hal itu, kamu jadi jenuh."

Aku:  "Enggak koq sayang. Kalo kamu mau, aku siap, kalo enggak juga gak apa-apa. Lagian juga, kebutuhan biologis kamu udah tersalurkan lewat istri kamu 'kan? Gak apa-apa koq, serius."

Arga: "Yaudah iya. Kamu udah makan?"

Percakapan kami berlanjut dengan hal-hal seperti biasanya. Setelah itu, kulanjutkan kembali fokusku pada pekerjaanku di kantor.

[BL] Red VelvetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang