12

111 17 4
                                    

Nanda masih sering melamum walau sudah dua minggu lalu Egi pergi. Notifikasi dari m-banking terus berbunyi, Kartinah benar-benar menepati janjinya untuk mengirimkan uang sebesar 10 juta. Tapi rasanya uang belum cukup membuatnya bahagia, ia ingin bersama adiknya. Komunikasi mereka juga diputus sepihak, Nanda tidak bisa melacak apapun tentang Egi.

"Nan, mau ketemu Elrea?" Tanya Altair. "Mungkin bisa ngurangin rasa kangen lo sama Egi"

Nanda tersenyum, "Egi disana pasti hidup bahagia kan? Jadi gue gak perlu sedih kayak gini ya" Nanda mengusap air matanya, "gue laper, makan dulu yuk"

"Mau makan apa? Bilang aja"

"Gue gak tau mau makan apa, lo aja yang milih. Lo biasanya suka ada ide"

"Apart gue dulu deh, gue masakin. Belanja dulu, bebas lo ambil apa aja yang lo mau"

"Selalu. Ya udah, ke supermarket deket apart lo aja"

"Meluncur"

-

Supermarket terasa lebih ramai dari biasanya, mungkin karena hari sabtu juga. Banyak yang datang bersama anak, cucu, bahkan sekeluarga. Berbelanja bisa menjadi ajang bercengkrama dengan keluarga bagi sebagian orang.

"Ambil dong, jangan diliatin mulu. Gue dorong troli ini buat diisi"

Nanda terkekeh, "ngomel mulu lo, cepet tua nanti" Nanda kembali memilih beberapa jenis sayuran, "lo suka daging gak?"

"Gue kan gak terlalu suka makan daging merah. Ayam udah paling mentok"

"Lo gak bosen apa makan ayam mulu, lama-lama lo jadi sepupu ayam" Nanda melihat daging yang harganya lumayan, "iya sih mending ayam, lebih murah. Gila aja kalo beli daging buat steak ini bisa buat makan gue seminggu"

"Lo mau steak?"

"Gak jadi"

"Ambil aja"

"Emang lo mau masakin, lo aja gak suka daging"

"Iya sih"

"Ta, bikinin gue sup jamur pake tahu aja"

"Kok itu doang? Yang lain"

"Katanya terserah gue gimana sih lo"

"Ya udah, sama apa lagi? Biar sekalian"

"Ayam geprek"

"KAN AYAM JUGA"

Nanda tertawa melihat Altair yang marah, "becanda kok. Gue cuma mau makan sama sup doang, agak gak enak badan gue"

Altair hanya menatap Nanda, "lo sakit?"

"Gue kurang makan doang, agak kurang napsu makan. Kali aja sup buatan lo bikin gue enak makan"

"Jelas, yang masak kan Altair"

"Masih aja lo bisa sombong ya"

Acara belanja kali ini tentu dan pasti membuat mereka ribut.














Melihat Altair dengan celemek dan memotong bahan masakan, membuat Nanda sedikit berimajinasi. Bagaimana juga cowok itu memasakan dirinya sarapan setiap pagi, tersenyum saat dipanggil walau di tangannya ada pisau, atau hanya sekadar bilang "sarapan udah siap". Rasanya indah juga.

Nanda tersenyum hanya karena membayangkannya saja. Apalagi jika terjadi, mungkin akan selalu tersenyum setiap hari.

"Gue tau kok gue cakep kalo lagi masak, jangan diliatin begitu"

"Iya lo emang cakep. Latihan masakin buat istri ya" Nanda terkekeh.

"Iya istrinya malah sibuk halu di meja makan bukannya siapin alat makan"

Absquatulate ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang