dari Nanda

125 14 5
                                    

Altair Dewandaru Rajasa,

Nama itu dulu terdengar asing di telinga gue, nama yang belum atau bahkan gak akan pernah akrab dengan gue. Tapi nyatanya, nama itu adalah nama yang selalu gue sebut ketika gue berdoa.

Setiap kali gue berdoa, gue selalu pengen marah. Kenapa Tuhan mengambil Altair dengan cara yang seperti itu. Kenapa Tuhan mengambil Altair sebelum dia pamit. Gue marah, bener-bener marah.

Altair pernah bilang dia itu akan mati kapan saja karena penyakitnya itu. Altair juga bilang jangan pernah takut untuk kehilangan dia, karena semua manusia juga akan merasakan kehilangan. Apalagi kehilangan orang yang sangat dicintainya, itu akan sangat mudah.

Tapi apa pernah gue kepikiran akan kehilangan Altair seperti ini? Gak pernah sama sekali. Makanya gue marah sama Tuhan kenapa harus kayak gini.

Altair itu bukan hanya pacar di hidup gue, tapi Altair adalah orang yang masuk ke hidup gue dan nyuruh gue buat belajar. Belajar kalo orang yang sakit aja pengen hidup, tapi gue yang sehat malah pengen mati. Belajar menjadi orang yang bisa mencintai diri sendiri. Belajar untuk nenjadi lebih baik walau dimulai dengan hal kecil.

Altair itu bermakna di hidup gue.

Kenapa Tuhan gak bisa membiarkan gue bahagia? Selalu mengambil orang yang gue sayang dengan paksa. Pertama ayah, kedua Egi yang diambil bunda dan gak bisa gue hubungi lagi, sekarang Altair.

Gue cuma mau bahagia, Tuhan. Bahagia sama Altair.

Tapi kenapa gak direstui sama semesta?




Gue marah, gue kecewa, gue benci sama diri gue sendiri karena gue gak bisa jaga Altair sebaik-baiknya. Padahal gue udah janji sama diri gue sendiri bakal jagain dia sekuat tenaga. Tapi gue lengah.

24 jam per 7 hari ternyata masih kurang buat gue jagain Altair.

Walaupun kerja sama bareng adik-adik, Ratu, Rigel buat jagain Altair tapi tetep aja gagal.




Nanda menyesal udah lengah jagain kamu, Altair.







Absquatulate ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang