11

111 18 8
                                    

Rigel berjalan ke parkiran sambil menenteng tugas yang harus ia serahkan pada dosen tepat pukul 3 sore. Sepanjang jalan, bibirnya bernyanyi lagu yang akhir-akhir ini menjadi lagu kesukaannya.

Lagu yang direkomendasikan Bulan sekitar seminggu lalu. Rigel banyak tersenyum jika mendengarkan lagu itu, rasanya persis ketika ia jatuh cinta pada cewek cantik itu. Bulan itu sederhana, tapi berkualitas dari segi sikap, sifat dan paras.

Rigel tak pernah merasa lelah untuk mengagumi sosok Bulan Liliana Setianandini.

"Rigel"

Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Bulan dengan setelan kemeja pendek dan celana kulot abu mudanya itu berlari ke arah Rigel.

"Mau kemana?"

"Gue? Mau ke ruang dosen"

"Ikut ya" Bulan menggandeng tanga Rigel.

Bagi Bulan, Rigel adalah orang yang bisa membuatnya nyaman. Hampir sama dengan Bintang, tapi Rigel lebih memberinya hal yang tidak bisa Bintang berikan. Bulan nyaman saat bersama Rigel, Bulan selalu belajar bagaimana cara Rigel memperlakukannya. Rigel yang selalu mendahulukannya, Rigel yang selalu tersenyum padanya, Rigel yang selalu mengabadikan setiap momen dirinya dengan kamera kesayangan cowok itu. Rigel membuat Bulan mencintai tanpa alasan yang jelas. Bulan hanya nyaman dengan perlakuan Rigel, tapi hatinya tidak bisa menjawab apa yang membuatnya mencintai cowok Malang itu.

Bagi Rigel, Bulan adalah pusat distraksi. Dua tahun mengaggumi Bulan dalam diam memberinya banyak pelajaran. Bagaimana cara Bulan menatap dunia, cara Bulan berbagi dengan orang lain, cara Bulan tersenyum padanya. Bulan adalah definisi distraksi yang sesungguhnya. Bulan yang sulit untuk dia lupakan, Bulan yang selalu mengguncang pikirannya, bahkan Bulan yang selalu mencuri semua atensinya. Intinya, ia senang bisa bertemu Bulan walau harus menahan diri untuk tidak mengungkapkan rasanya secepat itu. Ia tidak mau kehilangan Bulan.

-

"KATANYA GAK ENAK, TAPI DIMAKAN"

Teriak Nanda saat melihat Altair memakan habis kue kering buatannya. Padahal sekitar sepuluh menit lalu kue kering itu masih ada satu toples.

"Enak Nan, cuma harus ditemenin susu"

"Gila gila gila, cowok gue makan kue kering sama susu??? How can i get a boyfriend like you? Serius, lo tuhㅡ"

"Apa?"

"Lo tuh manis banget, serius. Lo gak aneh-aneh anaknya, lucu, manis, dan lo tuh soft banget. Gue rasanya sangar banget buat lo yang selembut itu"

"Lebay"

Nanda duduk di karpet dan berhadapan dengan Altair, "Ta, serius deh. Gue tuh ngeliat lo selembut itu. Cara ngomong lo, kelakuan lo, sifat dan sikap, ah pokoknya lembut deh. Beda banget sama gue, gue suka sambat, jutek, jelek-jeleknya ada di gue. Tapi kok bisa dapetin elo ya?"

"Kan saling melengkapi. Gue soft, lo hard"

"Kita pacaran apa perangkat komputer ada soft ada hard"

"Lo tuh ya ada-ada aja. Tapi lo juga ada kali sisi soft, bahkan polos. Mami bilang lo itu cewek polos yang tiba-tiba ngerasa oh gue tau nih gue harus gimana padahal lo gak bisa. Inget gak pas mami kasih lo hadiah?" Lalu Nanda mengangguk. "Mami sebenernya mau kasih lebih banyak. Cuma liat ekspresi lo kaget banget dan bilang jujur sama mami, jadi mami ketawa kok zaman sekarang masih ada yang sepolos lo"

Altair menatap Nanda lamat-lamat, "elo itu terlalu transparan, mudah ditebak, tapi lo kadang misterius. Lo tuh kayak dua sisi koin, bisa A atau B dalam sekali duduk"

Absquatulate ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang