04

232 27 3
                                    

"Nanda"

"Ananda. Woy, bangun"

"Gue mau minta indomie, gue males ke warung"

Ceklek!

Pintu kamar Nanda terbuka dan membuat Ratu terkejut, "Lo mirip zombie Nan" Ratu melihat Nanda yang sangat jauh dari kata baik-baik saja. Rambut sebahunya terikat asal, lingkaran matanya cukup gelap, dan diajak bicara juga kadang bisa kadang tidak.

"Gue abis nangis semaleman, subuhnya gue nugas biar gak kepikiran"

"Altair lagi?"

Nanda mengangguk.

"Lo sejak pacaran sama Altair kayak doyan banget nangis dah. Kembaran zombie tsunami tau gak"

"Gue bikin dia hujan-hujanan buat minta maaf. Tapi gue malah blank karena dia kedinginan terus demam"

"Minta maaf kenapa lagi sih? Lebaran masih jauh neng"

"Dia ketemu cewek, peluk-peluk dia tuh ceweknya, gue kesel aja cowok gue di peluk. Tapi gue gak bisa marah yang mencak-mencak gitu jadi gue pergi"

Ratu duduk dan menggeser gelas teh manis yang dia bawa, "padahal lo ngamuk aja sih ya wajar kalo lo ngamuk, dia cowok lo. Yang salah ceweknya, main nemplok aja kayak ulet sagu. Namanya siapa? Gue labrak juga nih"

"Gue denger Nagisa, Nagita, Nagi apa gitu"

"Jangan bilang Nagita Audrey. Wah parah, orang itu perlu lo basmi sih Nan. Si Renita sama cowoknya putus, si Agnia sama cowoknya putus. Gue bukannya mikir si Altair bakalan kena juga, cuma pelet si Nagita kuat juga kalo gitu. Lindungi cowok lo dari godaan iblis berwujud ulat sagu. Tapi gue liat si Altair bucin mampus sih sama lo"

"Lo jangan nakutin gue dong"

"Itu iblis gak mandang bulu. Lo harus sebisa mungkin nempel sama si Altair"

"Tu, gue sama Nagita cantik mana sih?"

Ratu menerawang, "kalo jujur sih cantikan Nagita, tapi Altair gak doyan kali sama boneka anabel kek dia. Dia malah doyan sama elo si tukang sambat"

"Anjir ya lo Atu" Nanda tertawa.

"Gue bilang apa, lo tukang sambat. Tapi lo itu apa adanya Nan, lo pernah cerita ke gue kalo keluarga Altair juga suka sama lo. Belum tentu keluarga dia nerima si boneka anabel jadi pacar anaknya atau sodaranya. Lo udah jauh di depan dia sob. Kalem"

"Iya juga sih"

"Lagian si boneka anabel itu paling sok akrab doang. Ih gue sih ogah ya ketempelan dia, cowok lo sakit bukan karena kehujanan kali tapi abis dipeluk dia. Energi negatif dia bikin cowok lo meriang anjir"

Nanda tertawa, bisa-bisanya Ratu yang terkenal jutek satu angkatan itu bisa melawak dengan wajah datarnya.

"Gue mau minta indomie, malah buka sesi curhat"

"Kriting Tu usus lo"

"Mama belum kirim duit"

"Ya ampun, anak rantau"

"Ngaca. Lo juga"

-

Katarina berjalan ke arah perpus, namun tangan Juna menariknya secepat kilat, "anak setan" Katarina mengumpati Juna, "kalo gue kecengklak gimana anjir?"

"Winda mana?"

"Ada di kelas, belum keluar. Lo tuh ya usaha deketin Winda tapi mepet-mepet ke gue mulu. Orang lain bisa salah paham nanti"

"Winda susah banget dipepetnya. Lo bantuin dong, Kat. Nanti gue ajarin main township deh"

Katarina mendorong Juna, "township doang mah gue juga bisa kali Jun. Gini aja dah, nanti sore gue, Winda, Nizma sama Garneta mau makan di Kokas. Lo mau sendiri apa bawa rombongan haji lo itu kesana aja. Gue aturin gimana caranya biar bisa jalan sama Winda. Deal gak?"

Absquatulate ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang