special chapter; in another life

183 15 14
                                    


8 tahun kemudian, hidup Nanda mulai ditata sedemikian rupa. Kini ia sudah menjadi pemilik dari toko percetakan dan desain yang cukup ternama. Memiliki pelanggan dari berbagai kalangan, omzet yang menguntungkan dan bisa menggaji 15 orang karyawannya.

Di usia ke 28 tahun ini, Nanda bisa disebut berhasil dalam banyak bidang. Tidak kekurangan dan bisa selalu berbagi. Dalam kesehatan, ia selalu sehat. Peruntungannya selalu baik dan positif.

Namun, dalam hal percintaan sedikit meleset. Selepas Altair pergi, Nanda belum siap untuk membuka hati lagi. Masih teringat betapa ia sangat terpukul ketika Altair pergi untuk selamanya, meninggalkan jutaan mimpi yang ingin mereka wujudkan satu persatu. Bayangan Altair masih memeluknya hingga kini walau banyak yang bilang ia perlu melihat bahwa banyak yang bisa menjadi pasangannya di luar sana.

Nanda masih terpaku pada bayangan Altair.

"Udah 8 tahun Nan" Rigel menepuk bahu Nanda. Kini Rigel menjadi partner bisnis percetakan ini. "Gue tau susah, tapi lo belum pernah nyoba. Kalo lo gak bisa buka diri buat orang lain, setidaknya lo biarin orang-orang deket sama lo"

"Tau kok. Tapi hati gue masih stuck with Altair. Susah mengikhlaskannya, karena gue masih merasa bersalah"

"Altair meninggal bukan karena salah lo, selama hidupnya malah elo udah menjaga dia sebaik mungkin"

"Kalo gue menjaga dia sebaik mungkin, malam itu pasti gak akan terjadi Rigel. Malam ituㅡ"

Rigel memeluk Nanda, "tenang, jangan sampe lo panik lagi. Ini lagi di kantor, Nan. Lo tenang ya sekarang, meeting setengah jam lagi biar gue yang handle. Lo pulang ke apart sekarang, gue siapin mobil"

-

Nanda duduk di ranjangnya, memeluk kedua lututnya dan menangis. Menangisi kenapa ia yang harus hidup seorang diri dan hampa. Andai saja malam itu Altair tidak menghampirinya di taman kota, mungkin ia masih ada di sisi Nanda sekarang. Atau andai ia bisa lebih cepat menyelamatkan Altair, mungkin kejadian itu tidak akan terjadi.

Nanda menyesal.

"Ta, gue nyesel malam itu minta lo ke taman kota. Kalo malam itu gue gak stress karena tugas, kalo gue gak jalan keluar dan telepon lo, mungkin kejadian itu gak akan terjadi. Gue minta maaf. Setelah kejadian itu, gue trauma. Gue takut mau ketemu sama keluarga lo, gue ngerasa bersalah sama mereka. Gue ngumbar janji banget kesannya, bilang kalo gue mau jagain lo, tapi malah gue juga yang bikin lo celaka sampe meninggal. Maafin gue. Gue liat lo meninggal di depan mata gue buat gue stress, trauma dan depresi Ta" Nanda menangis. "Gimana cara gue hidup dengan tenang kalo rasa bersalah ini terus berkeliaran di pikiran gue. Gue ngerasa semua salah gue"


"Nanda!"

Sosok Ratu muncul di balik pintu, ia begitu terkejut melihat kondisi Nanda. Seakan ia kembali pada ingatan 7 tahun lalu ketika Altair meninggal.

"thank you God. Nanda, you're safe.  Gue nyetir dari kantor kesini kayak orang kesurupan karena Rigel minta gue buat temenin lo. Please, lo pasti bisa menghapus pikiran bahwa lo adalah penyebab Altair meninggal. I know, it's hard for you, but take it all slowly. Altair akan sedih kalo liat lo seperti ini. Dia mau elo hidup dengan bahagia seperti permintaannya"

"Altair aja gak pernah bilang kapan dia akan mati sama gue, Tu. Altair selalu misterius. Dan lo masih bilang dia mau gue bahagia kayak permintaannya? Permintaan yang mana sih?"

"Altair gak misterius Nan, dia juga gak tau kapan dia meninggal. Lo harus bisa ikhlas Nan"

"Gue gak bisa"

"Lo belum coba"



"Gue selalu berharap, di kehidupan yang lain gue bisa ketemu lagi sama Altair. Tentu dengan versi yang lebih baik. Gue mau ketemu Altair yang sehat, dan gue juga sehat secara psikis. Gue ngerasa selama 7 tahun ini gue sakit secara psikis, udah berobat juga belum bisa sehat sepenuhnya. Gue mau kehidupan gue yang lain, gue lebih baik"

Absquatulate ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang