08

122 20 6
                                    

Pagi itu tiba-tiba Kartinah, ibu Nanda datang ke Bandung dengan adik perempuannya Egi. Ketika Nanda bertanya kenapa, Egi hanya bisa bilang "bunda tiba-tiba ngajak aku ke Bandung, katanya bunda kangen mbak"

Nanda yang semalam sudah menangis hingga dirinya sangat berantakan itu malah dibuat heran dengan kata kangen. Ibunya tidak terbiasa untuk bilang kangen pada dirinya, walau Nanda pernah sekalipun berbulan-bulan hilang ditelan tugas kuliah dan tidak sempat memberi kabar.

"Bun, kenapa tiba-tiba ke Bandung? Ada masalah?"

"Bunda mau kamu jagain Egi, bunda mau kerja jadi TKW"

Mendengar hal itu, Nanda menatap Kartinah lamat-lamat. "Bunda, kenapa?"

"Bunda perlu uang yang banyak untuk kuliah kamu dan sekolah Egi. Tahun depan juga Egi kuliah, dan bunda mau kuliahin Egi bareng sama kamu biar dekat. Kalo kalian setuju, bunda lusa berangkat"

"BUNDA!!!!" Nanda kelepasan. "Maksud Nanda, apa gak bisa kerja disini aja? Gak harus jadi TKW bun. Egi juga masih harus sekolah di Malang, dia nanti sendirian disana. Aku gak bisa ke Malang kan masih kuliah"

"Egi akan bunda pindahkan ke Bandung"

"Aku gak habis pikir sama bunda. Aku tau niat bunda tulus untuk aku dan Egi, tapi bunda kayak gini sama aja kayak menelantarkan Egi. Terserah bunda aja, Egi biar tinggal sam aku"

"Mbak"

"Aku bukannya mau jadi anak durhaka, tapi bunda bisa pergi dari sini dan aku yang urus kepindahan Egi secepatnya"

Nanda tidak habis pikir akan tertimpa masalah seberat ini, ia harus putar otak untuk menghidupi dirinya sendiri saja sudah susah. Sekarang? Adiknya ada disini.

"Mbak, aku gapapa kok pulang ke Malang. Aku bisa kerja disana biar gak ngerepotin mbak disini" Egi menunduk.

"Kamu tanggung jawab mbak, Gi. Udah, biar mbak aja yang kerja sambil kuliah. Mbak mampu kok"

-

"Kusut banget Nan" Rigel memberinya segelas kopi.

"Kacau Gel. Hidup gue pelan-pelan kacau"

"Kenapa?"

Nanda menghela napas, "bunda mau jadi TKW, adek gue tahun depan kuliah dan sekarang tinggal sama gue di asrama. Gue gak habis pikir, kenapa bisa bunda kepikiran jadi TKW dan ninggalin Egi di Malang. Gilanya malah mau mindahin Egi ke Bandung biar sama gue. Dia belum pergi aja, gue udah stress mikirin Egi"

"Nan, kalo lo butuh bantuan gak perlu sungkan sama gue. Kita kan temen, dan gue gak mau lo susah sendirian. Gue juga ngerantau ke Bandung, gue ngerti gimana rasanya ada di posisi lo. Lo punya gue sebagai temen lo Nan, tenang ya" Rigel menepuk bahu Nanda yang sedikit bergetar.

"Gue harus gimana Gel, gue ngurus diri sendiri aja keteteran. Sekarang malah ada Egi di asrama, terus gue kayak ah anjing kenapa sih hidup gue harus jadi orang miskin? Kalo gue kaya, bunda gak mungkin egois pergi ninggalin gue sama Egi. Egi butuh bunda, biarin kalo gue. Gue bisa hidup sendiri. Tapi Egi? Dia gak pernah jauh dari bunda"

"Nan"

"Masalah gue rasanya gak kelar-kelar. Dari mulai Altair yang bikin gue stress gak mau kehilangan dia, sekarang keluarga gue yang pelan-pelan bakalan hancur. Dan gue sendirian. Anjing banget"

"Lo gak akan kehilangan Altair, keluarga lo gak akan hancur. Lo kuat Nan"

"Rigel, lo gak ngerti"

"Iya Nan, iya"

"Gue cabut. Kelas sore gue cabut, gue kerja di Timeless cabang gatsu" Nanda menarik tasnya dan berlalu meninggalkan Rigel.


"Nanda stress banget"

Absquatulate ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang