10

260 23 3
                                    























Mohon maaf jika typo bertebaran







.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
==========================



















Selamat membaca













Hembusan angin makin membuat aroma bunga makin menusuk kehidung ditambah aroma rumput menyengat karna suasana pagi hari tidak membuat sebagian orang-orang dimuka bumi menyambutnya dengan suka cita malah berubah duka yang mendalam sampai meninggalkan bekas yang tak tahu sampai kapan hilangnya. Mentari sudah menunjukkan cahaya masih tidak bisa membuat  alunan tangis berhenti malah makin memekik nyaring yang dihantarkan oleh udara sekitar yang tersampaikan kepada telinga siapa saja yang mendengar ikut merasa iba sekaligus sakit. Sapu tangan dan pelukan masih menjadi kekuatan untuk bertahan agar tidak hancur walau jiwanya mulai terkoyak paksa. Raga kosong berdiri bagai patung manekin dengan dibalut kain hitam tidak membuat Jungkook ingin mendekati kumpulan orang-orang dengan busana hitam itu walau dirinya juga memakai warna sama tapi Jungkook lebih memilih  berdiri jauh sambil menatap nanar orang-orang disana.

"Jadi seperti ini ceritanya".

Jungkook masih diam terpaku pada kerumunan orang disana walau telinganya jelas mendengar ucapan orang disampingnya. Entah kenapa hanya itu yang menarik dimata Jungkook sekarang

"Apa sekarang tanganku bersih atau kotor Yuta".

Orang yang dipanggil Yuta pun hanya bisa mengusak rambutnya dan menarik dasi dilehernya seakan mencekiknya sedari tadi.

"Boleh aku berharap kalau tangis mereka adalah lullabyku sekarang".

Yuta tak bereaksi apapun dan hanya mengikuti arah pandang Jungkook.

"Apa kau sekarang menyesal".

"Dari pada menyesal aku lebih bersyukur tanganku tak berlumuran darah". Ujar Jungkook sambil mengangkat tangannya gemetar hebat

"Aku tidak tahu apa yang kau pikirkan sekarang Kook tapi aku selalu berdoa kau tak menyesal akan keputusan yang kau ambil".

Mendongakkan kepala keatas Jungkook bisa melihat kumpulan awan layaknya biri-biri terbang dan langit biru sebagai rumputnya. Jungkook mulai merasa langit biru diatas seperti mendukung dirinya. Bolehkah Jungkook berharap kalau langkahnya ini sudah benar. Ia tidak pernah merasa goyah tapi sekarang entah apa membuat Jungkook goyah.

"Lebih baik kita pikirkan langkah selanjutnya". Jungkook berusaha mengembalikan pikirannya melupakan isi hatinya berteriak kalau langkah yang dia ambil mulai salah atau memang sudah salah.

Yuta diam mengangguk setuju tanpa berniat membantah atau apa. Jika Jungkook sudah seperti sekarang Yuta akan mencoba berdiri dibelakang Jungkook walau dia tahu jalan yang dipilih Jungkook mulai salah arah. Katakan dia bodoh saat tahu kalau pemandu arahnya salah tapi Yuta tetap yakin mengikutinya tanpa henti.

"Kalau begitu semoga harimu menyenangkan sajangnim".

Setelah berucap seperti itu Yuta melangkahkan kakinya menjauh dari Jungkook yang masih berdiri disamping pusara Jaehyun dengan mata menatap sendu kerumunan hitam itu.

FIANCÉ DAMANTE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang