Sudah mula terlihat garis garis kedutan , di wajah insan berjasa .
Insan yang selama ini mengorbankan sepanjang usianya ,
Demi melihat engkau bahagia - kau anaknya yang dikasihi separuh nyawa .
Cuba kaugenggam tangan tua itu ,
Tangan yang dahulunya menggendongmu dengan rasa kasih tidak terperi ,
Tangan yang pernah mengusap ubunmu dengan penuh rasa cinta di hati ,
Tangan yang menghayun buaianmu sehingga kau nyenyak dibuai mimpi.
Kini telapak tangan itu sudahpun mulai kasar , kerana begitu gigih berkerja demi sesuap nasi.
Itulah tangan yang banyak menghulur padamu , sedang acapkali dia lupa akan dirinya sendiri.
Itulah tangan ayahmu , yang kasihnya jarang diperlihatkan namun percayalah , demi melihatmu tersenyum - hatta nyawa sanggup dia pertaruhkan.
Kini, cuba kautatap pula kedua bola matanya.
Jendela mata yang terlihat redup , namun menyimpan begitu banyak rahsia dan kisah duka.
Kini, mata itu sudah mulai kelabu , penglihatannya tidak lagi sebaik yang dulu.
Ia mungkin sudah kabur , namun mata itu akan sentiasa celik untuk melihat kejayaanmu.
'Jendela' yang mengalirkan begitu banyak air mata , sepanjang usia membesarkanmu.
Mata yang menyembunyikan tangisannya , agar dia tidak kelihatan rapuh dimatamu.
Walaupun hakikatnya bahunya terasa begitu berat , beban di dadanya sudah terlalu sarat , namun tidak mengapa.
Demi terlihat tabah dan kuat , ditutupnya kecewa dengan senyuman kelat.
Kini , cuba kau sentuh tapak kakinya.
Kaki yang banyak berdiri , berjalan , bahkan berlari ke sana dan ke sini.
Disanggupkan dirinya melakukan begitu banyak kerja , demi menyara keluarga yang disayangi.
Tapak kaki itu pasti sudah mulai merekah , asbab terlalu lama memijak duri duri kehidupan,
Asbab dari langkahnya yang gigih menempuh kepayahan
Itulah sepasang kaki yang sanggup bersakit-sakitan, demi melihatmu membesar dalam keselesaan.
Dan akhir sekali , cuba kaurenungkan senyuman tua itu.
Senyuman yang selama ini menghiasi hari-harimu , senyuman yang akan paling kaurindukan di saat dia pergi , tidak akan lagi kembali.
Dialah ayah yang jarang kaulihat senyumannya , yang sering kaukira dia tidak menyayangimu.
yang kaukira dia tidak pernah berbangga dengan pencapaianmu ,
yang kaukira dia tidak pernah menghargai kecemerlanganmu.
Namun percayalah di belakangmu dia adalah manusia yang paling berbahagia dengan setiap kejayaanmu,
Dialah yang curi-curi mengambil tahu segalanya daripada ibumu , dialah yang paling lebar senyumannya tatkala melihat tawa riangmu.
Memang begitu sikapnya ayah. Terlihat tidak peduli , namun dia yang paling tulus menyayangi.
Terlihat tidak mengambil tahu , namun dia yang paling maklum tentang dirimu.
Terlihat sibuk dan tiada masa untukmu , namun semua itu dilakukannya demi menyuapmu dengan bahagia
Dialah yang paling bimbang dan khuatir , sepanjang melihat engkau mendewasa.
Maka mengertilah. Insan yang sedang kautatap itu , senyuman tua yang tergores itu akan pergi jua satu hari nanti.
Maka hargailah keberadaanya , sayangilah dia sepenuh nyawa , rendahkan egomu dan genggamlah tangannya.
Kerana satu hari nanti , kehangatan itu hanya akan tinggal kenangan . Saat itu yang ada cumalah sekujur tubuh lesu membeku ,
Dan kasih yang takkan pernah terganti walau cuba kaucari hingga kehujung waktu.
YOU ARE READING
Siri Cerpen dan Puisi - Tarian Pena
Short StorySederhana tapi bermakna, siri cerita pendek dan lakaran puisi yang dinukilkan ikhlas dari hati.