03

1.7K 324 12
                                    

Kau menuntun Jun yang terlihat sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Setidaknya laki-laki tampan itu sudah bisa bernapas dengan normal.

"Apa kau sudah merasa lebih baik Sunbae?"

Jun mengangguk setelah ia memijat kepalanya yang mungkin terasa pening.

"Maaf jika aku lancang, apa aku bisa pinjam dapurmu sebentar?" Tanyamu

Ia awalnya menatapmu bingung, tapi kemudian mengangguk mengijinkanmu untuk menggunakan dapurnya. Setelah mendapatkan ijinnya, kau pun langsung pergi ke dapurnya untuk membuatkan teh hangat.

Setelah jadi, kau kembali ke hadapannya dengan secangkir teh hangat buatanmu.

"Ini, dihabiskan ya Sunbae. Aku memang tak tahu kau sakit apa, tapi semoga saja ini dapat membantumu meredakan sakit kepalamu." Ujarmu

Kau tersenyum tulus. Entah mengapa kali ini kau justru membantunya. Sangat berbeda dari sikap acuhmu selama ini. Kau juga tak mengerti mengapa rasa kemanusiaanmu bisa muncul begitu saja ketika melihatnya sengsara. Jika orang lain, kau pasti sudah pergi meninggalkannya.

"Terimakasih (y/n), maaf aku merepotkanmu."

"Tidak usah dipikirkan, sekarang Sunbae istirahat saja ya. Ah iya, apa Sunbae sudah makan malam? Mau kubuatkan sesuatu?"

Pertanyaanmu hanya dibalas tatapan bingung dari Jun. Ia seolah-olah ingin membaca pikiranmu selama ini, tapi kau yakin ia tidak bisa.

"Sunbae?" Tanyamu lagi

Ia kemudian menghela napasnya pelan sebelum ia bangkit dan berdiri di hadapanmu. Dengan terpaksa kau menengadah karena tubuhnya yang jauh lebih tinggi darimu.

"Bagaimanapun aku memikirkannya, aku masih tak mengerti." Jelasnya

Nampaknya kali ini laki-laki itu sudah kembali seperti sedia kala. Bahkan ia menatapmu dengan tajam dan mengintimidasi. Berbeda dari tatapan hangat yang biasa ia berikan padamu.

"Apa yang tak kau mengerti Sunbae?"

"Dirimu. Aku tak mengerti kenapa kau masih berusaha mendekatiku. Apa kau tak tahu rumor tentangku? Apa kau tak takut padaku jika rumor itu benar?" Tanyanya

Berbicara tentang Jun, ini tentang rumor yang kemarin kau dengar dari Jinae. Rumor itu mengatakan bahwa Jun selalu diikuti oleh arwah perempuan yang selalu meneror semua perempuan yang pernah menjadi kekasihnya. Jinae menceritakan bahwa dari tiga mantan kekasih Junhui yang diketahui banyak orang, dua diantaranya bunuh diri dengan cara lompat dari ketinggian, sementara mantan kekasihnya yang masih hidup harus mendekam di rumah sakit jiwa karena teror itu menggangu mentalnya.

Kau tak begitu mempedulikan rumor tersebut, karena sejujurnya kau tak percaya pada sesuatu yang tak kasat mata, seperti arwah dan semacamnya.

Kali ini ia melangkahkan kakinya mendekatimu. Awalnya kau cukup berani untuk balik menatapnya, tapi kali ini rasanya keberanianmu berkurang seiring dengan langkah kakinya yang semakin mendekat. Kau memundurkan langkahmu sebanyak ia melangkahkan kakinya untuk mendekatimu.

"Jangan kira aku tak tahu bahwa kau memiliki maksud tersendiri untuk mendekatiku. Kau terlalu mencolok. Jadi, mari kita cukupkan saja peran kita sampai disini."

Brak!

Ia menghantamkan tangannya ke arah dinding tepat disamping wajahmu. Menghimpit tubuhmu ke dinding yang bahkan tak kau sadari kehadirannya.

Kau menyeringai melihat Jun yang mungkin sedang menunjukan sifat aslinya. Benar bukan dugaanmu? Tak ada laki-laki berkuda putih seperti di dongeng. Semuanya palsu, hanya kamuflase semata.

Just A Rumor [M] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang