08

1.9K 333 20
                                    

Part panjang, jadi tolong siapkan waktunya untuk baca kkkk

Jangan terlalu menghayati ntar kalian takut🥺 belum ada ehem ehem ya🌚

Jangan lupa vote dan comment juga ya💗💗
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Tengah malam kau memutuskan untuk pergi ke apartement Jun. Ya, setelah mendapat banyak masukan dan pencerahan dari ibumu, kau memutuskan untuk kembali ke apartement laki-laki itu dan berniat untuk meminta maaf.

Sesampainya kau diapartement Jun, kau melihat sebagian lampu di lobby telah padam. Wajar, karena jam layanan operasional apartement Jun hanya buka sampai pukul sebelas malam saja, dan saat ini sudah jam dua belas lewat empat belas menit.

Kau hanya bisa berharap bahwa Jun belum tidur sehingga kau masih dibukakan pintu olehnya.

Saat kau ingin menggunakan lift, sayangnya teknologi canggih itu sedang tidak dapat digunakan sehingga mau tidak mau kau harus menggunakan tangga darurat untuk mencapai kamar Jun di lantai empat.

Awalnya kau hanya fokus pada pikiranmu sendiri tetang bagaimana kau akan mengucapkan maaf pada Jun. Sembari memijaki anak tangga satu persatu, kau berpikir keras akan bagaimana reaksi yang akan ditunjukan Jun nantinya.

"Aaishh! Lagipula kenapa aku harus marah?! Bukankah bagus jika ada orang yang membantuku untuk membayar biaya rumah sakit ibu? Itu artinya aku tak perlu lagi ikut taruhan dengan Seolin. Ahh... dasar (y/n) bodoh!" Gerutumu disepanjang perjalananmu mencapai lantai empat.

Tanpa terasa kau sudah mencapai lantai dua. Namun kau menemukan kejanggalan yang membuatmu mengenyit bingung. Di salah satu anak tangga yang akan kau lewati, kau menemukan salah satu dari sepasang sepatu bayi berwarna merah. Karna tak mau ambil pusing, kau pun menghiraukannya dan kembali melanjutkan langkah kakimu hingga di lantai tiga.

Namun kau kembali menemukan satu buah sepatu bayi yang kau yakini adalah pasangan sepatu bayi yang tadi kau lihat.

Kau berhenti sejenak sembari memperhatikan sepatu itu. Awalnya kau berniat untuk mengambil sepatu itu dan memberikannya nanti pada pihak keamanan. Namun sebelum kau sempat menyentuh sepatu tersebut, lampu di tangga darurat mulai redup lalu menyala terang kembali dalam waktu yang cepat.

Hal itu sukses membuatmu seperti ditarik kembali pada kenyataan. Kau bahkan lupa bahwa ada arwah gentayangan yang memang sedang mengusikmu, dan bodohnya lagi kau justru berada jauh dari Jun.

Kau mencoba menetralkan degupan jantungmu seiring dengan indera penciumanmu yang kesulitan untuk meraup oksigen seperti biasanya.

Akhirnya kau abaikan sepatu tersebut dan menaiki tangga dengan gerakan cepat hingga kau sampai di pintu penghubung tangga tersebut dan lantai empat.

Baru kau ingin membuka pintu tersebut, langkahmu terhenti diiringi dengan bulu kudukmu yang berdiri.

Kau baru saja mendengar seseorang seperti berbicara padamu.

"Kenapa kau tidak memungutnya?"

Suara wanita itu berhasil membuat degupan jantungmu bertambah cepat dan tak menentu. Dari asal suaranya, kau tahu bahwa wanita itu kini berdiri di anak tangga yang tak jauh dari tempatmu berpijak.

Jikapun dia manusia yang mengikutimu sejak tadi, kau pasti sudah mendengar langkah kakinya. Tapi sejak tadi kau merasa seorang diri.

Dengan sisa keberanianmu dan kesulitanmu untuk menelan saliva, kau menolehkan kepalamu kebelakang dengan gerakan lambat. Hingga kau melihat sesosok wanita bergaun merah dan berambut panjang tengah membelakangimu menghadap tembok.

Just A Rumor [M] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang