Part panjang dan mungkin agak sedikit menakutkan
Jadi jangan lupa vote dulu.
Vote gaes, plus comment kalo baik💗
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Empat hari berlalu namun keadaanmu semakin memburuk. Selama empat hari itu kau tak datang mengunjungi ibumu dan hanya memberi kabar melalui pesan. Padahal seminggu lagi adalah jadwal operasi ibumu. Selama empat hari pula kau memilih untuk mengurangi intensitas bicaramu dengan Jun.
Kau merasa telah kehilangan arah. Hanya terombang-ambing tanpa tau tujuan yang pasti. Karena sejak empat hari yang lalu, semua tujuanmu telah hilang. Seolah kau sedang berjalan di jalanan yang tak berujung.
Kau yang sejak tadi duduk sedirian di balkon apartement terkejut saat mendapati Jun sudah berjongkok di hadapanmu.
"Eoh? Sejak kapan kau disini?" Tanyamu
Jun menghela napas. Ia terlihat sedih dan sangat menghawatirkanmu. Selama kau tak ada, ia juga yang merawat ibumu di rumah sakit.
"Kenapa melamun? Apa akhir-akhir ini ada yang mengganggu pikiranmu? Apa arwah itu membuatmu ketakutan lagi?" Tanya Jun
Laki-laki itu terlihat sangat tulus. Tapi kau tak mengerti, mengapa kau masih belum yakin dengan perasaanmu. Jujur saja, kau tahu bahwa ia sangat mengharapkan kau bisa membalas perasaannya.
"Jun, sudah satu bulan lebih dan sebentar lagi kita akan berpisah." Balasmu
Ia semakin murung mendengar balasanmu.
"Apa kau tak mengerti perasaanku, (y/n)?" Tanyanya
"Aku mengerti. Tapi perjanjian tetap perjanjian. Dua bulan dan kau berikan foto bugilmu."
Jun menghela napasnya lagi. Kali ini ia merasa kesal karena kau begitu keras kepala.
"Aku mencintaimu, lalu bagaimana bisa aku melepasmu (y/n)? Aku bisa memberikan apapun yang kau mau, termasuk foto bugilku. Tapi aku tak mau kau pergi." Ucapnya
"Aku tak bisa Jun..."
"Apa yang membuatmu tak bisa? Ku pikir kita punya perasaan yang sama, (y/n). Apa kau tak memiliki perasaan yang sama denganku? Lalu malam itu, kenapa kau mengijinkanku untuk menyentuhmu?" Tanya Jun
Kau memejamkan matamu rapat-rapat. Menolak semua ingatan yang tiba-tiba terbayang saat kau dan Jun menikmati malam itu dengan desahan yang bersautan. Semakin kau memikirkannya, semakin kau merasa bahwa dirimu ini menjijikan.
Tapi perasaanmu mendorong bibirmu untuk mengatakan bahwa kau juga memiliki perasaan yang sama dengannya. Hanya, sulit sekali untuk mengeluarka kata-kata itu.
"Masih terlalu awal untuk bisa jatuh cinta padamu Jun. Setidaknya aku memang menyukaimu untuk saat ini. Aku menyukaimu sampai-sampai aku membiarkanmu untuk menjadi laki-laki pertama yang menyentuhku. Padahal kau belum tentu menjadi laki-laki terakhir yang akan menikah denganku. Aku hanya... sedikit menyesal karena semua tidak sesuai dengan apa yang kuperjuangkan selama ini." Jelasmu.
Kau mulai menatap Jun dengan perasaan yang mulai membaik. Setidaknya kau sudah mengungkapkan apa yang kau rasakan. Meskipun pemikiranmu ini sangat kuno, karena wanita sebayamu bahkan tak mempermasalahkan keperawanannya direnggut laki-laki yang tidak akan menjadi suaminya. Tapi kau berbeda. Kau hanya tak ingin menjadi seperti ibumu, yang pada akhirnya memilih laki-laki yang salah karena hamil di luar nikah.
Jun lantas beranjak dan mulai menuntunmu untuk masuk ke dalam kamar karena udara di luar semakin dingin. Ia lantas mengajakmu untuk duduk diatas ranjang sembari saling berhadapan satu sama lain. Menatap mata lawan bicara dengan intens.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just A Rumor [M] ✔
FanfictionSiapa sangka, taruhanmu dengan gadis pembully justru membuka pintu untuk taruhan baru yang kali ini menaruhkan nyawamu dan reputasi seseorang yang sudah tercoreng oleh rumor yang kau anggap tolol. "Bagaimana ini?" "Selama aku tak takut, aku tak ak...