02

1.8K 329 11
                                    

(Y/n) POV




Kau pikir semuanya akan terasa mudah, mengingat Jun adalah orang yang begitu ramah dan terlihat sangat mudah untuk memberikan hatinya. Tapi justru hal tersebut yang membuatmu berpikir selama beberapa hari ini.

Ini bukan kali pertamamu berhubungan dengan makhluk Tuhan berjenis kelamin laki-laki itu. Dari sekian banyaknya lelaki, kau bisa belajar bahwa tak ada satupun lelaki yang benar-benar baik layaknya pangeran dari negeri dongeng yang dulu sering kau dengar. Jadi hal itu juga sudah pasti berlaku untuk Jun.

Pasalnya, data-data yang kau dapatkan dari lingkungan pertemananmu belum tentu valid. Tapi ada satu rumor yang membuatmu mengerutkan keningmu.

"Apa kau yakin?" Tanyamu

Jinae, satu-satunya wanita yang mau berteman denganmu itu adalah informan yang cukup handal.

"Aku tak bisa memastikan, tapi sudah ada dua wanita yang menjadi korbannya." Jelas Jinae

Kau masih mencoba untuk menyangkal rumor yang satu itu, karena sejujurnya kau tak percaya dengan hal-hal yang berbau mistis.

"Memang banyak yang tak percaya pada rumor ini, tapi tak sedikit juga yang percaya. Kau tau, mereka sampai secara terang-terangan menjauhi Jun sunbae." Jelas Jinae menggebu-gebu.

Kau berdecih singkat sebelum kembali menyeruput chocolate frape pemberian Jinae ini.

"Tak ku sangka, ternyata banyak orang tolol disini. Jika mereka tak mendengar cerita aslinya dari Jun sunbae, untuk apa mereka percaya? Apa mereka tak berpikir bahwa rumor itu bisa saja dilebih-lebihkan." Balasmu

"Kau sendiri bagaimana? Apa kau percaya?"

Kau menggeleng sebagai balasan dari pertanyaannya.

"Sama sekali? Memang kau tak takut jika kau menjadi korban selanjutnya?" Tanya Jinae yang kali ini membuatmu sedikit berpikir, namun berakhir dengan jawaban yang sama.

"Aku tak mau menjadi tolol, jadi nanti akan aku tanyakan pada orangnya langsung." Balasmu santai

Jinae menganga sambail bertepuk tangan seperti orang bodoh.

"Woahh memang! Temanku ini tak ada takutnya. Aku sampai heran, kira kira apa ketakutan terbesarmu?"

Kau tersenyum miris. Memikirkan ketakutan terbesarmu adalah ditinggalkan oleh orang yang benar-benar kau cintai. Ternyata sikap kasarmu hanya sebagai kamuflase untuk menutupi jiwamu yang sejatinya sangat rapuh dan lemah.

"Aku juga manusia, Jinae-ya. Aku takut dengan Tuhan." Jawabmu selogis mungkin.

"Eiii... takut dengan Tuhan, tapi setiap bertemu dengan orang kau selalu memakinya. Apa benar kau takut dengan Tuhan?"

Kau terkekeh sebelum menggeleng dan pergi meninggalkannya di meja kantin. Beruntungnya, Jinae adalah tipe teman yang pengertian. Sehingga ia sudah memahami dirimu dan akan menjaga jarak denganmu selama di kampus. Saling percaya dan memahami adalah dua kunci yang baik dalam pertemanan yang murni, sehingga kau tak perlu memamerkan kekerabatanmu dengan Jinae. Tidak seperti Seolin yang berteman hanya untuk ajang pamer, padahal ia hanya takut tak memiliki teman.

Ngomong-ngomong soal Seolin, gadis itu semakin menambah bebanmu dengan memberikan batas waktu yang harus kau penuhi. Dia memberikan waktu kurang dari tiga bulan.

Sebenarnya waktunya sangat cukup, bahkan lebih. Tapi mengingat cara yang akan kau jalani harus di tempuh perlahan-lahan maka kau rasa waktu tiga bulan tidaklah cukup.

Cara yang akan kau tempuh adalah dengan mendapatkan hatinya terlebih dahulu. Karena menurutmu cara itulah yang paling aman agar kau tak dicap sebagai gadis mesum yang hanya ingin mengambil foto laki-laki bugil.

Just A Rumor [M] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang