07

1.8K 364 26
                                    

Part paling panjang di book ini, jadi kuingatkan dulu untuk vote dan comment🧡
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Satu minggu kemudian...

Kau terbangun dari tidurmu dan mendapati dirimu berada di pelukan hangat seorang Wen Junhui. Memang bukan untuk yang pertama kali, tapi debaran yang kau rasakan masih sama seperti pertama kalinya.

Kau menyibakkan selimut yang menyelimuti tubuh kalian kemudian beranjak menuju kamar mandinya untuk membersihkan diri.

Terhitung sudah lebih dari satu minggu kau tidur bersama Jun dalam satu ranjang yang sama. Hanya tidur, tidak melakukan hal lain. Beberapa barangmu juga kau pindahkan ke kamarnya agar memudahkanmu untuk bersiap diri tanpa harus takut diganggu oleh arwah wanita itu.

Meskipun gangguan tersebut belum benar-benar berhenti, tapi selama ini kau selalu berada dalam pengawasan Jun, jadi perasaan takutmu mulai digantikan oleh keberanian yang ditularkan Jun padamu.

Begitu kau keluar dari kamar mandi, kau tak mendapatinya di ranjang seperti saat terakhir kali kau meninggalkannya. Karena penasaran, kau pun pergi keluar kamar dan dari kejauhan kau dapat melihat Jun yang tengah sibuk di dapurnya. Hal itu membawa langkahmu semakin mendekatinya.

"Kau masak apa?" Tanyamu

Jun tersentak tapi setelah itu ia tersenyum sembari tanpa sadar mengusap puncak kepalamu.

"Aku memasak nasi goreng kimchi."

Kau mengangguk pelan sebelum beralih menuangkan air ke dalam segelas air lalu meneguknya pelan.

"Ya sudah, kalau begitu aku akan berangkat ke kampus. Kau tak ada kelas kan hari ini?"

Jun mengangguk kemudian menuangkan nasi goreng buatannya ke dalam kotak bekal yang selalu ia bawa. Kau tak begitu penasaran kemana ia akan membawa kotak bekal tersebut jadi kau memilih untuk meninggalkannya ke kamar untuk mengambil buku dan tasmu.

Namun ketika kau keluar dari kamar kau mendapati Jun yang tengah memakai jaket kulitnya. Pasalnya ia nampak aneh. Bayangkan saja, bagaimana ia bisa memadukan piyama kotak-kotak birunya dengan jaket kulit berwarna hitam mengkilat itu.

"Pft! Kau mau pergi kemana huh? Apa di mimpi mu kau sedang mengendarai sebuah motor? Kalau begitu kau memerlukan helm." Ucapmu mengejeknya.

"Apa sangat aneh? Lagipula aku hanya akan mengantarmu lalu kembali ke apartement."

Kau tertegun. Tak jadi menertawakan selera berpakaiannya yang buruk. Lagi-lagi perlakuan kecilnya itu berhasil menyusup menyentuh hatimu.

"L-lalu apa bekal itu juga untukku?" Tanyamu ragu

Jun mengangguk kemudian memberikan kotak bekalnya padamu.

"Harus dihabiskan. Aku tak terima jika makanan yang aku buat dengan susah payah tak kau hargai sama sekali. Aku akan marah besar jika sampai bekalmu tak habis. Kau paham?" Ujarnya seperti ibu-ibu yang memperingati anaknya untuk menghabiskan bekal makan siangnya.

Bagimu hal yang kau anggap kecil ini memiliki efek yang besar padamu khususnya pada perasaanmu. Seiring dengan itu, reputasi buruknya yang tersemat di kepalamu perlahan memudar. Kau sangat menghargai usahanya untuk bangun pagi dan membuatkan nasi goreng kimchi untukmu. Padahal bisa saja ia melanjutkan tidurnya, mengingat ia tak memiliki jadwal kelas pagi ini.

"Ayo kita berangkat."

"Jun, tunggu dulu."

Jun menatapmu bingung lantaran saat ia hendak menuju keluar rumah kau menahan pergelangan tangannya.

Just A Rumor [M] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang