Sunya

4.5K 345 98
                                    

Terik mentari tampak menembus lempengan bening dalam pahatan kayu itu, menyinari perlahan tubuh seorang remaja manis yang terlihat masih bergelung didalam balutan selimut hangatnya.

Alunan lagu manis menyambut pagi ketika jam menunjukkan pukul 07.15 pagi,

Pemuda itu lantas meraih ponsel yang berbunyi dan mengeluarkan vibrasi itu, yang mengganggu tidur sekaligus yang membangunkannya setiap hari. Setelah meregangkan tubuhnya, ia beranjak dari ranjang kemudian berjalan menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri,

Selama lima belas menit bergelut dengan air di dalam kamar, ia lantas bersiap untuk benar-benar memulai harinya dengan mengambil seragam sekolah yang tertata rapi di lemarinya,

Tangannya dengan telaten memakaikan potongan kain itu ke tubuhnya, hingga tubuhnya terbalut indah dengan seragam sekolah yang selalu pemuda itu banggakan, nametag bertuliskan Haechan Lee itu terpampang diseragam bagian dada kiri. Setelah memakai jas almamaternya kini Haechan siap untuk keluar dari apartemennya. Pemuda itu tinggal sendiri di apartemen mewah yang diberikan oleh keluarganya, baginya kini ia bisa hidup bebas tanpa takut akan ada yang mengawasinya.

Ini sudah satu minggu semenjak Haechan memulai tahun ajaran baru sebagai siswa kelas 12, Haechan tidak boleh gagal untuk menjadi yang pertama lagi, setidaknya ia bisa pamer ke orang tuanya.

Sekolah terlihat ramai dengan siswa yang berangkat sekolah, ada yang berjalan kaki, ada juga yang diantar. Dan dari banyaknya siswa yang berjalan kaki, ada satu anak yang mencolok dengan seragamnya yang terlihat acak-acakan, tidak memakai dasi, kemeja yang dikeluarkan dan juga jas almet yang malah menjadi gantungan di pundaknya.

"Jung Sungchan!"

Dan ya, siapa yang tidak tahu tentang Jung Sungchan, si murid nakal yang selalu berhasil mendapatkan penghargaan berupa surat peringatan dari guru BK.

"Kamu ini niat sekolah nggak sih?!" tanya guru yang tengah berjaga di depan gerbang,

"Nggak Pak," jawab Sungchan dengan santainya. Dan hal itu nampaknya cukup untuk membuat guru dengan sebutan Pak Botak itu naik pitam,

"Kenapa sih kamu ini nggak ada bosennya ngelanggar aturan mulu, jam hukuman kemarin aja belom selesai. Jaemin! Catet!" seru Pak Botak pada murid lain yang berdiri disampingnya, yang tak lain adalah si perwakilan kelas tiga yang sekarang tengah mendapat giliran untuk berjaga dan menjadi pendamping Pak Botak. Na Jaemin namanya.
"Siap Pak," balas Jaemin. Melihat itu Sungchan hanya berdecak kemudian melanjutkan kembali perjalanannya menuju ke kelas,

"Heh! Benerin dulu baju kamu!" rasanya sudah bosan guru dengan nama Shin Yoon itu mengingatkan Sungchan selama tiga tahun terakhir. Sungchan benar-benar tidak pernah jera.

Lantas pemuda jangkung itu berjalan santai menuju ke kelasnya, sebelum atensinya teralihkan pada pemandangan pagi yang menarik untuknya,

"Siniin anjir duit lo! Semuanya!" Sungchan menatap kearah gang dimana ada segerombolan anak yang berkumpul mengelilingi seorang murid. Kakinya berjalan cepat mendekati gerombolan itu dengan senyum merekah, mendekati teman-temannya.

"Siapa nih? Oh...si bisu.." Sungchan menatap pemuda yang dikurung itu, tiga temannya tertawa kecil.

"Lumayan juga nih dia uang sakunya banyak, besok lagi bagi boleh lah," ucap salah satu siswa disana.

"Nanti siang ke tempat pembuangan akhir, bisakan?" Sungchan menatap intens pemuda di hadapannya,

"Jawab!" Sungchan menarik dagu siswa itu,

"Heh, dia kan nggak bisa ngomong, anjir," suara temannya mengundang gelak tawa,

"Lah iya, lupa. Pokoknya, dateng aja. Awas sampe' nggak," setelah berucap demikian Sungchan mendorong tubuh mungil siswa itu hingga terjatuh, lantas pergi darisana bersama yang lain.

BENTALA (LEE DONGHYUCK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang