Sash

774 156 21
                                    

Pagi ini Haechan sibuk dengan menghubungi nomor Dongpyo, tapi sang adik belum juga menjawab telfonnya sejak kemarin, apalagi pesan. Haechan khawatir, dimana Dongpyo tidur semalam?!

"Ayo dong dek..angkat..please..." Haechan sudah merapal dalama hati, tapi nyatanya panggilannya belum juga dijawab.

Ting! Tong!

Suara bel apartemen membuat Haechan berdiri, ia masih ingat kalau Sungchan bilang akan ke apartemennya.

Dan benar saja kalau yang berdiri di depan pintu adalah Sungchan, pemuda jangkung itu menatap keadaan Haechan yang jauh dari kata baik. Mata sembab dan lingkaran hitam akibat tidak tidur semalaman, dan matanya memerah, ada beberapa luka goresan di lehernya. Haechan menghambur kedalam pelukan Sungchan, menenggelamkan kepalanya di dada bidang sang kekasih. Sungchan mengusap punggung Haechan dengan tujuan agar ia lebih tenang,

"Masuk yuk, gaenak ntar diliatin orang," ucap Sungchan, Haechan melepaskan pelukannya, kemudian mereka berdua masuk ke dalam apartemen Haechan.

"Gue bawain bubur, takutnya lo belom makan," ucap Sungchan. Haechan masih diam, sesekali isakan masih keluar dari bibir Haechan. Sungchan menuntun Haechan untuk duduk di sofa,

"Makan dulu ya? Abis itu kita cari Dongpyo," ajakan Sungchan langsung dibalas anggukan oleh Haechan. Sungchan tersenyum, kemudian ia mengeluarkan satu mangkuk bubur dari kresek,

"Gue suapin," ucap Sungchan ketika Haechan hendak meraih sendok, si manis hanya memberikan sebuah senyuman kecil.

"Jangan sedih gitu, gue yakin Dongpyo bakal percaya sama lo," ucap Sungchan.

"Lo gatau apa masalahnya Chan, gue yang udah bikin Bunda meninggal," batin Haechan.

"Keretanya dateng...syuuu," Sungchan menyuapkan satu sendok bubur kepada Haechan, mendengar itu Haechan tertawa kecil sebelum ia memakan suapan Sungchan.

Seperti perkataan Sungchan tadi, kini mereka tengah mencari Dongpyo. Sungchan membantu Haechan untuk menghubungi wali kelas Dongpyo untuk meminta nomor teman sekelas Dongpyo yang bernama Junho, sosok yang terakhir kali Dongpyo ajak ke rumah. Sekarang Sungchan dan Haechan sudah berada di depan gedung apartemen, berdiri diarea parkir sepeda motor dengan Sungchan yang menghubungi anak bernama Junho itu.

"Halo?"

"Junho bukan?"

"Iya, gue Junho,"

"Dongpyo sama lo nggak? Abangnya nyariin,"

"Uh...mm.." Junho terdengar ragu disebrang, biasa, anak SMP masih belum pintar berbohong dan Sungchan menyadari hal itu,

"Dia sama lo kan? Kirim alamat lo sekarang,"

"Tapi-"

"Sekarang," setelah itu Sungchan menutup panggilan. Haechan menatap Sungchan, sedikit lucu juga melihat Sungchan yang segalak itu dengan anak SMP. Tak berapa lama sebuah pesan berisi share location dari Junho Sungchan terima,


🌻🌻🌻🌻🌻🦌🦌🦌🦌🦌


Berangkat dengan menggunakan motor matic Sungchan menuju ke lokasi yang diberikan oleh Junho. Mereka menempuh perjalanan selama dua puluh menit, bukan karena jaraknya jauh, tapi karena Haechan yang payah mengikuti peta membuat Sungchan salah berbelok beberapa kali.

Sungchan memarkirkan motor di depan sebuah rumah minimalis dengan cat rumah berwarna biru muda itu, pagar rumah terbuka, menampilkan pemandangan seorang pria manis tengah menyirami bunga.

BENTALA (LEE DONGHYUCK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang