Sapta Vimsati

838 148 40
                                    

Kamu tau? Cerita kita itu udah dimulai sejak aku mutusin buat suka sama kamu

Dan alur cerita sudah dimulai sejak aku mengikutimu untuk mencari tahu tentang kehidupanmu

Tak pernah aku bayangkan jika pada akhirnya kita bersama

Dan semua kebersamaan pasti akan berakhir suatu saat nanti





Haechan menatap gumpalan tanah di depannya, sudah selesai Haechan mencabuti rumput liar yang ada disana lalu memberikan bunga matahari diatas makam sang Bunda dan bunga lily diatas makam Dongpyo.

"Echan kangen sama kalian," ucap Haechan, tangannya terulur untuk mengusap nisan sang Bunda.

"Bunda sama Pyo udah bahagia kan disana? Maafin Echan karna nggak bisa ngelakuin yang terbaik semasa hidup. Pasti kalian khawatir ya sama Echan? Maaf ya," Haechan bermonolog, seakan mengobrol dengan dua insan yang selalu mengisi hari-hari Haechan dulu, yang selalu menjadi tempatnya pulang.

Hari ini Haechan datang sendiri, Sungchan harus bekerja dan Jaemin yang mengantarpun harus pergi ke kantornya. Renjun bilang dia selesai nanti siang untuk hari ini, sedangkan ini masih pagi.

Netra Haechan terus menatap nisan sang Bunda dengan lekat, kemudian dia melihat kembali layar ponselnya dimana ada notifikasi pesan.

"Bun, Echan pulang ya?" ucap Haechan, matanya berkaca, tak rela meninggalkan. Lalu dengan langkah berat Haechan meninggalkan area pemakaman, menuju mobil SUV yang terparkir di dekat gerbang makam.

Haechan masuk ke dalam mobil, hanya ada dia dan supir di dalam sana. Penuh dengan keheningan dalam perjalanan yang entah kenapa terasa dingin bagi Haechan.

Mobil SUV itu akan membawanya ke rumahnya, rumah yang sudah lama tak Haechan kunjungi, rumah yang tak lagi menjadi rumah bagi Haechan. Tempatnya mendapatkan suka dan duka dari kenangan lama.

Ayahnya, yang tak pernah menghubunginya secara ajaib semalam menghubungi Haechan. Menanyakan bagaimana kabarnya,

Haechan bahkan sampai memekik senang di dalam kamar, apa kini akhirnya sang Ayah telah sadar? Bahkan sampai menyuruhnya untuk datang ke rumah, memberikan jemputan untuknya agar dia bisa sampai dengan selamat di rumah.

Rumah itu tak banyak berubah, hanya bunga-bunga di taman halaman depan yang berganti. Banyak bunga mawar dan lily disana. Langkah kaki Haechan entah kenapa semakin terasa berat, dia takut akan kejadian yang tak dia inginkan terjadi. Seperti sebuah tamparan keras di pipinya, mata Haechan bergetar menandakan ketakutan dan kerisauan yang dialaminya sekarang. Bahkan tangannya terasa sangat dingin seolah darah tak ingin memompa ke bagian tangannya,

Namun semua ekspetasi itu tak sesuai dengan realitanya, dalam sejarah hidup Haechan. Baru kali ini, dia berani bersumpah bahwa itu adalah senyuman pertama Dongwook yang diberikan kepadanya.

Rasanya seluruh dunia terasa sangat asing, padahal Haechan mengharapkan senyuman itu sejak dulu.

Dongwook merengkuh tubuh Haechan lalu memeluknya,

Rasanya seperti mimpi hingga Haechan tak tahu bagaimana cara menanggapi semua ini, tubuhnya kaku bahkan untuk sekedar mengucapkan kata sapaan 'Hai Ayah'. Tak bisa, Haechan benar-benar tak bisa melakukannya,

"Nggak ada sambutan nih buat Ayah?" tanya Dongwook sembari melepaskan pelukannya, Haechan hanya tersenyum kikuk. Di depan Ayahnya, dia kembali menjadi bisu. Tak berani berkata, trauma itu masih ada. Haechan masih takut untuk berbicara di depan Ayahnya, hingga yang dia lakukan adalah...bahasa isyarat.

BENTALA (LEE DONGHYUCK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang