Part 5

351 71 56
                                    

Gadis yang memakai bando telinga kucing itu meringkuk sambil menutup telinganya rapat-rapat. Suara teriakan beberapa orang di luar kamarnya membuat gadis itu terlihat sangat ketakutan.

Tzuyu, Gadis yang masih berusia enam tahun itu lagi-lagi mendengar keributan orang-orang dewasa di sekitarnya.

Seperti hari biasanya, nenek, kakek, dan ibunya selalu memulai pertengkaran. Dan itu sebab dirinya. Sebab Tzuyu yang tidak diinginkan di rumah ini.

"Ibu! Kenapa Ibu selalu meributkan ini?! Kenapa Ibu selalu memintaku untuk menyerahkan Tzuyu ke panti asuhan?! Dia itu putriku Ibu!"

"Ya! Hera! Kau seharusnya malu mengatakan itu! Kau sudah menodai nama baik keluarga kita! Seharusnya dulu Kau putus dengan pacarmu itu dan menikah dengan orang yang kami pilihkan untukmu! Tapi Kau malah melakukan hal memalukan dengan pacarmu itu! Kau itu sangat memalukan!"

"Oh begitu? Baiklah! Kalau begitu biarkan aku dan putriku keluar dari rumah ini!" Hera membuka pintu, masuk dengan langkah tergesa menghampiri Tzuyu.

Tzuyu diam saja saat tangannya digenggam dan kemudian dibawa pergi oleh Hera. Namun sebelum benar-benar pergi, Hera menoleh ke arah orang tuanya. Dia menatap mereka dengan sorot datar. "Jangan harap aku akan kembali lagi pada kalian."

*****

Kejadian itu sudah lewat bertahun-tahun yang lalu. Dan semenjak itu, Tzuyu tidak pernah bertemu dengan kakek neneknya. Tzuyu pikir, setelah Dia terhindar dari kakek neneknya, Dia akan hidup bahagia dengan mamanya. Namun nyatanya tidak seperti itu.

Tzuyu ... tetap merasa kosong. Dulu, Dia selalu bertanya pada Hera; 'Apa Dia menyesal telah melahirkan anak seperti dirinya?'

Dan Hera selalu menjawab 'tidak'. Tzuyu tidak mengerti apa arti dari kata 'tidak' yang sebenarnya. Walau perlakuan Hera berbeda dari ibu-ibu kebanyakan. Tapi Tzuyu tahu, Hera masih menganggapnya, dan menyayanginya walau itu terlihat samar.

"Tzuyu! Gue kalau pakai warna ini cocok nggak, ya?"

Tidak mendapat balasan. Winter mengernyit, Dia menoleh pada Tzuyu yang kini terlihat sedang melamun.

"Woy!"

"Eh, iya?" Tzuyu menoleh, menatap sahabatnya itu tampak linglung.

Winter berdecak. Dia berjalan meninggalkan Tzuyu. "Tau, ah. Mending kita berangkat aja. Keburu telat!"

Tzuyu menghela napas. Dia lalu terkekeh sambil menggeleng pelan. Winter pasti marah karena bicaranya tidak Dia dengarkan.

"Tungguin." Tzuyu menyusul Winter. Hari ini Dia dan Winter sepakat untuk berjalan kaki untuk menuju ke sekolah.

"Sepeda Lo masih tahap perbaikan, ya?"

"Belum gue perbaiki malah."

Winter mendelik pada Tzuyu. "Aish, gimana sih, Yu? Lo masak mau jalan kaki mulu, sih?"

"Sebenarnya gue lebih suka jalan kaki, sih. Lagian jarak sekolah kita kan nggak jauh-jauh amat."

Winter menggeleng-geleng. Dia merogoh saku, mengeluarkan handphone dan kemudian membalas sebuah pesan sambil tersenyum-senyum. Dan itu membuat Tzuyu heran. Dia mendekat lalu mengintip handphone Winter.

"Gebetan baru, ya?" tanya Tzuyu sambil tersenyum menggoda Winter.

Winter tersenyum-senyum malu. Dia memeluk handphone-nya sendiri sambil berteriak kegirangan. "Ganteng banget, sih!!"

"Siapa, sih? Lihat fotonya, dong!" Tzuyu nyaris meraih handphone Winter, namun dengan cepat Winter langsung menghindar.

"Nggak mau, ah. Nanti Lo gebet lagi," ujarnya sambil menjulurkan lidahnya ke arah Tzuyu.

IGNORANTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang