Kenapa harus bunuh diri yang diputuskan sang Mama? Ada banyak cara untuk menguatkan diri, kenapa mamanya harus memilih memotong nadinya dan meninggalkannya?
Tzuyu terpuruk.
Dia kini sudah tidak punya siapa-siapa lagi. Dia tidak punya seseorang untuk bersandar.
Dia ... sendiri.
Sudah tiga hari semenjak kepergian mamanya, Tzuyu tidak pernah keluar dari kamar. Dia mengurung diri, meratapi nasibnya yang seperti ini.
Dibuka ponselnya, melihat berita-berita tentang kematian mamanya yang kini diketahui sepenjuru dunia.
Dia kembali menangis saat melihat komentar orang-orang yang menanggapi kematian Hera.
"Ke-kenapa mereka masih aja ngehujat mama? Kenapa mereka sama sekali nggak punya hati?" Tzuyu mematikan ponselnya. Dia tidak sanggup lagi membaca komentar-komentar pedas yang tertuju pada mamanya yang kini sudah meninggal dunia.
Tzuyu ... benar-benar membenci mereka yang terus memberi hujatan. Dia tahu, mamanya memang berbuat salah, tapi setidaknya jangan sampai seperti ini. Mereka jelas-jelas tahu kalau mamanya sudah meninggal, tapi mereka sama sekali tidak berhenti menghujat. Mereka terus saja mengungkit kesalahan Hera, menertawakan kematian Hera begitu saja.
*******
Jam istirahat. Taehyung keluar dari kelas, menyusul ketiga sahabatnya yang kini berada di kantin. Dia berjalan menuju etalase, memesan siomay. Setelah selesai, Dia berbalik dan berjalan ke arah ketiga sahabatnya.
"Nggak nyangka aja sih sampai bunuh diri. Padahal penyebabnya Dia sendiri."
"Siapa suruh pacaran sama suami orang? Kan jadinya dihujat sana sini."
"Eh, semenjak mamanya meninggal Tzuyu nggak pernah masuk sekolah, loh. Malu mungkin punya nyokap kayak gitu."
Taehyung langsung menghentikan langkah. Matanya menyorot sekitar, hampir semua orang di kantin kini membicarakan Tzuyu dan mamanya. Dia menghela napas kasar, lalu kembali melanjutkan langkahnya ke tempat duduk ketiga sahabatnya.
"Ha-ha-ha. Masalah dibuat sendiri. Nggak kuat dihujat malah bunuh diri. Bener-bener, deh. Nggak menghargai hidup banget."
"Udah, ah. Diem aja. Jangan lagi dijelek-jelekin. Nggak baik tahu, apalagi yang kalian omongin ini orangnya udah meninggal. Nanti dihantui baru tahu rasa, loh!"
"Apaan, sih. Lo tuh yang diem!"
Taehyung duduk di depan Jimin. Seokjin yang berada di sampingnya hanya menggeleng sambil memasang headset di sepasang telinganya.
"Mereka semua pada seneng ngomongin orang. Coba aja kalau mereka yang diomongin, mungkin udah mencak-mencak." Seokjin berujar pelan. Dia memasukkan siomay ke mulut kemudian mengunyahnya.
Jungkook terkekeh. Dia mengangguk-angguk. "Padahal belum tentu hidup sendiri udah bener. Nggak habis pikir banget, kan?"
Jimin menatap kedua sahabatnya itu, lalu beralih pada Taehyung. Dia baru sadar, kalau sedari tadi sahabatnya yang satu ini hanya diam tampak melamun.
"Lo nggak makan, Tae?" Pertanyaannya tidak dijawab, membuat Jimin mengerutkan kening. "Woy!"
Taehyung langsung mendongak, menyorot Jimin tampak linglung. "Hah? Apaan?"
Jimin meringis. "Lo tuh, ya. Mikirin apaan, sih?"
"KALIAN SEMUA BISA DIEM NGGAK, SIH?" Winter menggebrek meja. Dia memberi sorot marah ke arah orang-orang yang membicarakan Tzuyu dan juga Hera. "Nggak punya hati nurani banget! Dari tadi yang gue denger cuma ngomongin Tzuyu sama mamanya mulu. Bukannya ikut berduka, malah ngehujat. Kalian itu bener-bener jahat tahu nggak!"
KAMU SEDANG MEMBACA
IGNORANT
Teen Fiction(FOLLOW TERLEBIH DAHULU) Tzuyu adalah anak dari Aktris terkenal bernama Hera. Hera yang bersikap keras, meminta Tzuyu untuk pindah ke sekolah baru yang lebih terkenal dan meninggalkan sekolah lamanya. Hal itu, membuat Tzuyu bertemu lagi dengan Tae...