Part 10

302 62 55
                                    

"Mama udah pernah bilang, kan, jangan ikut bela diri! Tapi kenapa Kamu nggak mau dengerin Mama? Kamu mau jadi anak bandel, iya?!"

Tzuyu menghela napas malas. Dia duduk di atas sofa sambil menyorot Hera yang kini tengah berdiri sambil memarahinya.

Hera menyorot putrinya tajam. Lalu menggeleng tidak habis pikir melihat Tzuyu yang sangat keras kepala dan selalu menentang kehendaknya.

"Orang suruhan Mama bilang kalau tadi Kamu lagi jalan dan makan di restoran sama dua cowok. Siapa mereka?! Pacar Kamu?!"

Tzuyu berdecak. Dia kemudian berdiri, menyorot mamanya tampak jengah. "Mama bisa nggak, sih, berhenti ngawasin aku? Kenapa Mama selalu aja ikut campur urusan aku? Aku itu bukan anak kecil lagi, Mama!"

Hera semakin marah mendengar ujaran Tzuyu. Dia memicingkan mata sambil menujuk-nunjuk Tzuyu. "Berani banget Kamu bilang kayak gitu sama Mama! Jelas Mama harus ikut campur urusan Kamu, karena Mama ini yang ngelahirin Kamu!"

"Terus kenapa kalau Mama yang ngelahirin aku?! Mama juga nggak peduli sama aku! Mama selalu kerja! Kerja! Dan kerja!"

PLAK!

Tzuyu terbelalak sesaat. Dia kemudian terkekeh dengan sorot nanar. Menyorot mamanya dengan manik berkaca-kaca.

"Mama selalu minta orang buat ngawasin Kamu, ngeliat keadaan Kamu. Kenapa Mama ngelakuin ini? Jawabannya karena mama khawatir sama Kamu! Mama emang nggak bisa nemenin Kamu terus-menerus di rumah kayak ibu-ibu yang lain! Tapi Mama nggak pernah sekalipun nggak peduli sama Kamu, Tzuyu!" Hera memberi jeda, Dia kemudian menatap putrinya dengan sorot lirih.

Dia mengimbuhkan, "Kalau Mama nggak peduli sama Kamu, mungkin udah dari zaman Kamu lahir Mama biarin Nenek ngebuang Kamu! Kenapa Kamu nggak pernah mikir itu? Mama itu sayang banget sama Kamu, Tzuyu ...."

Mendengar penuturan mamanya, Tzuyu  tidak bisa lagi membendung air matanya untuk tidak jatuh. Dia menjatuhkan lututnya lalu menangis terisak-isak. Membuat Hera langsung berjongkok dan kemudian memeluk tubuh Tzuyu.

"Mama emang bukan tipe ibu yang baik. Tapi seburuk-buruknya mama, mama tetep sayang banget sama Kamu."

Tzuyu semakin terisak di pelukan mamanya. "Aku iri ... iri setiap ngeliat temen-temen makan satu meja sama keluarganya. Aku pengin ... pengin ngerasain apa yang dirasain mereka. Aku cuma pengin makan bareng sama Mama, bercanda bareng sambil nonton TV sama Mama. Aku pengin ngerasain itu semua, Ma."

Hera mengangguk. Dia membelai rambut putrinya masih dengan tangisannya yang meluap. "Kamu bakal ngerasain itu, Sayang. Sekarang Kamu mandi dulu. Nanti kita makan malam di luar."

Tzuyu mengangguk. Dia kemudian berdiri dan melangkah menuju kamarnya.

****

Makan malam pertama dengan sang Mama di sebuah Restoran terbaik di Korea. Tzuyu tersenyum lebar, kemudian keluar dari mobil bersama mamanya. Dia menatap sang mama yang wajahnya kini ditutup dengan masker.

"Kita duduk di mana, Ma?"

Hera menoleh, menurunkan sedikit maskernya. "Mama udah pesen ruang VIP. Ayo masuk," ucapnya kemudian mulai melangkah masuk ke dalam Restoran tersebut.

Mereka disambut oleh dua pelayan dan kemudian dipersilahkan duduk di ruang yang sudah Hera pesan.

Makanan sudah disiapkan. Tzuyu dan Hera mulai menyantapnya dengan nikmat. Tzuyu tidak hentinya mengulas senyum. Dia ... sangat senang.

"Gimana sekolah Kamu? Setelah menyebarnya kabar itu, Kamu nggak pa-pa, kan?"

Tzuyu menggeleng. "Aku sih nggak pa-pa. Nggak peduli juga sama omongan mereka."

IGNORANTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang