Part 8

326 67 62
                                    

Jam olahraga selesai. Taehyung membuang napas kasar seraya menyeka keringat di wajah dengan punggung tangannya. Dia sedikit kelelahan setelah bermain bulu tangkis dengan Jimin.

Jimin tersenyum mengejek. Dia mendekati Taehyung lalu duduk di samping cowok bersurai biru itu. Dia meletakkan raket miliknya di lantai kemudian mengambil botol minuman milik Taehyung lalu mulai meneguknya.

"Lo sore ini di rumah?"

Taehyung mengangguk. Dia menoleh, menautkan satu alisnya ke arah Jimin. "Kenapa emang? Lo mau nginep di rumah gue lagi? Enyah."

"Jahat banget. Gue sahabat Lo bukan, sih?" Jimin sengaja mengerucutkan bibirnya, membuat Taehyung menggedik jijik.

"Jangan make ekspresi jijik Lo di depan gue." Taehyung berdiri. Menyingkap poni rambutnya yang berantakan ke belakang. Dia lalu berkata lagi, "Gue duluan, ya."

"Eh, bentar." Jimin meraih raketnya kemudian Dia sodorkan pada Taehyung. "Nitip raket gue di loker Lo, dong. Loker gue pintunya tiba-tiba rusak. Nggak tahu siapa yang ngerusakin."

Taehyung mendengus. Akan tetapi Dia tetap mengambil raket milik Jimin. Dia kemudian meninggalkan lapangan dan berjalan menuju tempat loker.

******

Tzuyu berada di depan lokernya. Dia mengulurkan tangan, lalu membuka pintu loker tersebut. Bola matanya langsung melebar.

Tzuyu mendapatkannya lagi. Dia mendapatkan surat ber-amplop warna merah itu. Surat yang tidak Dia ketahui siapa pengirimnya.

Tangan Tzuyu meraih amplop merah tersebut, kemudian mulai membuka dan membaca isi suratnya.

Kejutan kemarin nggak berarti apa-apa dibanding sama kejutan yang akan datang.

Tunggu, ya .... Tzuyu.

#V

"Ngapain Lo?"

Tzuyu tersentak. Dia menoleh dengan sorot terkejut. Taehyung mengernyit dengan sorot angkuh. Dia memutar tubuhnya, mencondongkan wajahnya tepat di depan Tzuyu.

"Apa? Kenapa?!" Taehyung semakin sewot saat melihat mata Tzuyu yang melebar menatapnya. "Kenapa Lo natap gue kayak gitu? Ngajak gelud?!"

Sesaat setelah menatap lama, Tzuyu nyengir. Dia kemudian menangkup wajah Taehyung sambil cemberut imut. "Ngapain ngajak om-om gelud? Sekali tebas, pasti nanti Om langsung minta ampun. Ya, kan?"

Taehyung menahan napas lalu menepis tangan Tzuyu dari wajahnya. Menghela napas dalam-dalam. Dia harus sabar, Dia harus sabar. Jika Dia tidak sabar, Tzuyu pasti akan semakin membuatnya kesal.

Predikat gue sebagai manusia usil udah sirna semenjak ini anak dateng! Dengus Taehyung dalam hati, sambil menatap Tzuyu dengan sorot malas.

"Om."

"...." Tidak ada jawaban.

Tzuyu cemberut. Dia menghentikan tangan Taehyung yang hendak membuka pintu loker. Taehyung menoleh, menatapnya tajam. Tzuyu hanya tersenyum. "Kayaknya cocok, deh, kalau jadi Idol."

Taehyung terkekeh sombong. "Karena gue ganteng, kan? Ya, pasti, lah. Udah banyak yang bilang kayak gitu. Gue juga pandai nyanyi sama ngedance."

Tzuyu menggeleng lucu. Menatap Taehyung yang kini menatapnya tampak heran. "Bukan Elo." Dia lalu menunjuk dirinya sendiri sambil tersenyum lebar. "Tapi gue yang cocok jadi idol."

"ELO?!" Taehyung menunjuk kening Tzuyu, kemudian tertawa terpingkal-pingkal. "Mimpi, woy!"

Tzuyu cemberut. Tapi hanya sesaat, lalu tersenyum lagi. Membiarkan Taehyung yang masih tertawa lepas.

IGNORANTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang