9.

67 29 77
                                    

"Untuk tugas rumah, kerjakan halaman 132-135 di buku tugas. Dikumpulkan minggu depan. Saya akhiri pembelajaran hari ini, wassallam." kata bu Ririn kepada kelas Arkan lalu melangkah pergi.

"Siap bu, waalaikumsalam!" ucap mereka serempak.

Bel istirahat memang baru saja berbunyi, anak-anak di kelas sudah bosan dengan deretan rumus-rumus yang tertulis di buku tebal itu.

"Akhirnya istirahat juga," Galen merenggangkan ototnya yang tampak kaku.

"Woi kantin yok, lapeerrr." rengek Galen pada teman-temannya itu dengan wajah yang diimut-imutkan. Bukannya imut, malah amit-amit!

"Jijik woi," Putra bergidik ngeri.

Galen mengerucutkan bibirnya, "Orang ganteng gini, awas lo suka sama gue!"

"Amit-amit!" desis Devan, ikutan bergidik ngeri.

"Kantin." kata Arkan sambil berjalan mendahului mereka diikuti Devan dan dua curut dibelakangnya.

Di sepanjang perjalanan menuju kantin, kedua curut terus beradu mulut. Tak jarang mereka menggoda kaum hawa seperti adik-adik kelas maupun teman se-angkatannya.

"Dek, dek!" panggil Putra pada adik kelas mereka yang tak sengaja berpapasan.

Gadis itu menunduk malu sekaligus gugup. Siapa yang nggak malu di panggil cogan ha? Siapaaaa?!

"I-iya ka?"

"Gak usah gugup gitu kali dek, gue tau gue ganteng." ucap Galen dengan pede nya.

"Dih!" Arkan dan Devan sama-sama berlagak ingin muntah.

Galen nyengir.

"Hustt, diem-diem. Gue mau gombal nih," Putra menyugar rambutnya sok ganteng. Lalu kembali menatap adik kelasnya.

"Neng, abang punya tebak-tebakan, coba tebak ya." ia berdehem. Teman-temannya hanya memperhatikan. Sedangkan adik kelas itu terlihat gugup.

"Kotak, kotak apa yg bikin patah hati? Hayoo bisa jawab gak?" tanya Putra sambil menaik-turunkan alisnya.

"Kotak ilang?" bukan, bukan adik kelasnya yang menjawab tapi Galen.

"Salah," Putra menggerakkan jarinya ke kanan dan ke kiri.

"Emm kotak kosong?" tebak adik kelasnya ragu-ragu.

"Salah lagi,"

"Mau tau nggak?" tanya Putra pada seluruh human yang sedang menatapnya. Semuanya mengangguk, penasaran.

"Apa?" tanya mereka serempak.

"Jawabannya... Kotak sadar bahwa aku selama ini mencintaimu beip," mengerlingkan matanya genit seraya tertawa terbahak-bahak. Bengek bund.

Krik

Krik

Krik

"Huuu, garing!!" Arkan, Devan, dan Galen serempak mencibir Putra.

Sedangkan adik kelasnya yang masih disana tertunduk malu, pipinya sudah merah.

Putra nyengir tak jelas.

"Udah, mending ke kantin." kata Devan seraya melanjutkan jalannya.

"Assiiapp~"

"Lah, penuh." Devan mengacak rambutnya seraya mencari-cari tempat duduk yang sekiranya kosong.

"Yahh, padahal udah laper tapi ga ada tempat," Galen cemberut.

Seketika matanya berbinar saat melihat bangku kosong di meja Naura dan kedua temannya.

WITH YOU WAKETOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang