Prolog

665 237 127
                                    

"Terkadang banyak hal yang kita takuti di dunia ini. Namun, sebuah perasaan tak pernah paham bagaimana sebuah ketakutan mempengaruhi segalanya."

- Serein -

Suasana halaman rumah siang itu nampak sunyi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Suasana halaman rumah siang itu nampak sunyi. Gerimis turun membasahi halaman dan pepohonan. Dedaunan berwarna kuning yang layu berguguran terkena air hujan yang mulai deras mengguyur.

Gadis berambut gelombang itu duduk menatap halaman rumah. Ia masih sama seperti saat berada di rumah sakit. Tak ada sepatah kata yang keluar dari bibirnya. Ia nampak seperti orang linglung yang tak mengenal siapa dirinya.

Terdengar bisikan perlahan dari sisi kanan telinganya. Suara itu sayup-sayup terdengar dan berubah menjadi teriakan.

"Dasar perempuan jalang!"

"Anak haram!"

Teriakan lantang itu menggema di dalam kepalanya—berlarian di dalam kepalanya.

"Gue gak akan biarin hidup lu bisa bahagia sama siapapun!"

Ucapan itu masih berputar tiada henti—Ia merasakan ucapan itu seperti jarum yang menusuk kepalanya.

"Lu gak akan pernah tenang!"

Suara itu terus menerus hadir dan tak mau pergi. Gadis itu berteriak tak terkendali, memegangi kepalanya erat dengan meronta layaknya binatang yang akan dikorbankan.

"Pergi!"

Memori di dalam kepalanya berputar kembali. Kali ini bukan teriakan melainkan masa lalu bahagia. Gadis itu tak mengenali wajah itu. Semuanya terasa asing buatnya. Potret bahagia muncul sedikit demi sedikit.

Gadis itu masih merasa asing, mencoba mengingat siapa pun—memejamkan kedua matanya. Semuanya seketika menjadi gelap dan hening—semua berubah seketika.

Nampak sebuah kamar tidur berwarna putih yang sangat rapi. Terlihat di dekatnya ada sebuah meja yang berisi beberapa pigura berisikan foto dua orang gadis.

Tangan berkulit putih itu meraih foto di dalam bingkai tersebut lalu mengelusnya. Memandang lekat, dia mencoba mengingat keras siapa orang dalam foto kini berada di tangannya. Membuat rasa sakit kepalanya datang lebih hebat dari yang pernah dia rasakan.

Ia berteriak meringis kesakitan. Memejamkan mata rapat saat rambutnya yang bergelombang terjatuh menutupi sebagian dari wajahnya.

Ada sesuatu dalam foto itu yang tak bisa diingatnya. Tak perduli sekeras apapun dia berusaha untuk mengingatnya terasa seperti seseorang yang sangat berarti. Namun, bukan satu waktu ia mengenalnya. Ada rasa sakit dalam hatinya saat menatap lekat foto itu.

Hatinya serasa dikoyak. Ditusuk dengan beribu jarum yang terasa perih. Ketenangan dalam hidupnya serasa mati dan hilang. Berganti dengan rintihan pelan.

Ketika rasa sakit itu datang, ia tak dapat menahannya.

PRANGGG!!

Suara pigura yang terjatuh dari tangannya bersamaan dengan tubuhnya yang ambruk tak sadarkan diri.

Matanya yang semula terpejam membuka perlahan. Terbangun dari ketidaksadarannya. Terasa aneh. Semua nampak asing. Kepalanya menoleh ke segala penjuru. Mencoba menemukan petunjuk. Nihil. Tak ada yang dapat diingat. Dunia ini terasa asing.

"Dimana aku?"

Ia masih mencoba mencari jawaban atas semua ini. Semua seakan misteri. Perlahan ia bangkit. Kedua matanya kembali menerawang. Berusaha menemukan semua jawaban. Tapi, kegelapan kembali merenggutnya. Kembali tenggelam dalam sunyinya kegelapan—Ia tak sadarkan diri lagi.

Words : 430 words

***To Be Continued***

Bagaimana prolognya, udah cukup atau kurang nih buat kalian pada penasaran? Tunggu update aku selanjutnya ya. See you 😊

Salam dari Author yang biasa aja ini 😉

SEREIN [ SEGERA TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang