Tiga

326 194 93
                                    

Melupakan dia yang datang di halaman pertama hidupku sangat sulit. Mengingat namanya saja sudah membuatku merasa ada yang berbeda.

- Ganeeta Naladhipa -

Main song : Dari mata -Jaz

Bayangan Alfa terus berputar-putar di dalam kepala Netta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bayangan Alfa terus berputar-putar di dalam kepala Netta. Sial, gadis itu kesulitan menghapus wajah Alfa dari ingatannya. Gaya berpakaian cowok itu mengingatkannya pada satu orang yang sangat dibencinya hingga saat ini.

Netta menghembuskan nafasnya dengan kesal sebab sedari tadi belum ada taksi yang lewat.

"Duh, taksi-taksi ini pada kemana sih!"

Udara dingin mulai mengerogoti tubuh gadis itu. Ia berusaha menahannya dengan jaket yang dikenakannya.

Mobil berwarna silver itu mendekat ke arah Netta. Ia mencoba mengingat mobil itu sebelumnya. Namun, belum selesai mengingat tentang mobil itu, kaca mobil itu terbuka dan muncul sosok yang tak asing.

"Lu mau nunggu sampai kapan disitu?" Alfa memandangi Netta yang masih memeluk tubuhnya yang berbalut jaket.

Netta mengabaikannya dan memilih untuk memandangi jalanan kota Yogyakarta yang cukup ramai.

"Heran, punya kuping tapi gak dipake. Kasian bet, cantik tapi tuli," sindir Alfa sembari menatap jam tangannya.

Netta menghentikan pandangannya ke arah jalanan. Kedua matanya menatap tajam ke arah cowok itu. Otaknya serasa mendidih mendengar perkataan Alfa. Tanpa pikir panjang gadis itu melayangkan tamparan ke wajah Alfa.

"PLAKKK!"

Suara itu keras sekali. Cowok itu terdiam sejenak lalu menatap sinis ke arah Netta. Gadis itu memelototinya seperti ingin sekali menghajar wajah Alfa yang nampak menyebalkan itu sekarang juga.

"Makanya kalo punya mulut itu dipake ngomong, telinga pake dengerin orang ngomong bukan kebalikannya," Alfa mengelus pipinya. "Nampar gue aja ni nggak ada rasanya sama sekali." Sambungnya.

Tangan Netta mengepal keras. Gadis itu ingin sekali menjambaki rambut Alfa sampai rontok, memukul wajahnya yang cuek dan membuat bibirnya tak bisa mengucapkan kata-kata pedas padanya.

"Masih tetep mau pulang naik taksi?" tanya Alfa mencoba meyakinkan Netta. "Lu mau bayar pake shopee pay?"

"Mau lu tu apa sih?"

Alfa memasang wajah datar. Sorot matanya bisa Netta baca. Pertanyaan Netta memang tidak salah, namun, bagi Alfa itu terdengar seperti pertanyaan bodoh untuk kondisi saat ini.

"Gue minta konfirmasi ke lu sekali lagi buat balik bareng gue atau nggak. Gue gak bakalan tawarin ini untuk ketiga kalinya. Gak ada jawaban fix gue tinggal pulang."

Netta terdiam sejenak. Ia berpikir kalau ada benarnya juga cowok sinting itu memberikan saran. Hari sudah mulai gelap. Jalanan juga semakin sepi.

"Woey, lu gak budeg kan?" tanyanya sekali lagi pada Netta yang melamun.

SEREIN [ SEGERA TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang