Epilog

203 33 8
                                    

Kita ibarat dua kutub bumi. Terlihat dekat namun kenyataannya jauh. Takdir yang awalnya mempersatukan tapi, sekarang takdir pula yang memisahkan kita.

- Ganendra Alfa -

Main song : My Heart Will Go On - Céline Dion

Main song : My Heart Will Go On - Céline Dion

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**Dua minggu setelah pemakaman Alfa**

Stasiun itu ramai dengan padatnya lalu lalang para penumpang yang hendak pergi.

"Jaga diri lu baik-baik ya Ta, gue bakalan kangen banget sama lu." Adhisti memeluk erat tubuh milik Netta. Gadis itu menitikkan air matanya.

"Iya pasti, thanks udah mau jadi temen gue selama disini, jangan berubah lu." Netta mengelus punggung Adhisti. Keduanya melepaskan pelukan. Netta menepuk pundak Adhisti lalu berjalan menjauh.

Adhisti memandang tubuh Netta yang perlahan menjauhinya menuju ruang tunggu stasiun.

Netta duduk di deretan kursi dekat loket pembelian tiket kereta. Ia menghela nafas sejenak sembari menanti kedatangan keretanya. Ia mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru stasiun. Ia terus mengamatinya.

Gerimis turun perlahan. Sayup-sayup terdengar suara rintik hujan yang mengetuk atap bangunan stasiun seakan menyapanya.

Ia merindukan Alfa.

Tinta bahagia yang tertulis di atas kertas itu seakan mendadak pudar. Hanya tersisa sedikit bekas yang terlihat. Kini Netta dan juga Alfa sudah terpisah jauh.

Kenangan itu pergi dengan rasa yang tak bisa dipahami baik oleh Netta sendiri maupun Alfa. Semuanya sudah hilang, pupus, dan musnah. Gadis itu mengambil sebuah note kecil yang merupakan buku diarinya. Ia mulai menulis beberapa kalimat di dalamnya sembari menunggu kedatangan kereta.

"Jika mencintaimu itu bukan sebuah dosa. Mungkin aku akan tetap berada disisimu sampai saat ini. Tapi, takdir mengatakan bahwa ini semua adalah kesalahan yang tak mungkin aku teruskan. Meskipun aku merasakan sakit karena perpisahan ini aku harap kamu mengerti akan keadaan ini. Kita hanyalah dua anak manusia yang disesatkan oleh permainan alam dan waktu yang mengarahkan kita pada arah yang salah. Sebuah keadaan yang membuat kita tak bisa bersatu."

Netta membubuhkan tanda tangan dan inisial namanya dan juga Alfa di akhir tulisan itu. Tak berselang lama sebuah suara dari pusat interkom stasiun berbunyi dengan lantangnya.

"Para penumpang kereta yang mengambil rute perjalanan Yogyakarta - Semarang harap segera menuju gerbong kereta karena kereta rute tersebut telah sampai. Sekian dan terima kasih."

Netta mengambil nafas panjang dan bangkit dari posisi duduknya lalu berjalan menjauh. Pergi menuju lembaran hidupnya. Tanpa Alfa.

"Ketika kehilangan seseorang yang kita cintai itu adalah takdir dan ketetapan waktu. Jangan pernah bersedih ketika kehilangan dia, meskipun Ia sudah pergi, tapi ingatlah bahwa momen dan kenangannya masih ada dan akan tetap sama dalam ingatan kita."

Word : 367 words

***** The End *****

Yah, kisah Mbak Netta sama Mas Alfa dah tamat nih. Gimana kesan kalian selama ini sama mereka. Ada yang sedih?

Terima kasih buat kalian yang selama ini support dan kasih kritikan buat author. Semoga bisa berguna di cerita yang akan datang ya. See you

Salam dari author yang biasa aja

SEREIN [ SEGERA TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang